Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 563 Hamil (1)

Justin Nan ditakuti oleh senyuman Bianca Ye, dengan hati-hati Justin Nan bertanya: "Ide bagus apa?"

"Sekarang aku belum boleh bilang. Sampai saat itu tiba, itu pasti akan sangat mengejutkan!"

Justin Nan memegang dadanya sambil berkata: "Bianca, tenang! Kemampuan jantung kita sangat lemah, jika itu terlalu mengecewakan, kita tak bisa menerimanya."

"Aku tenang sekali. Aku tidak pernah setenang ini sebelumnya."

Hm, benar juga. Ekspresi Bianca Ye saat ini sangat tenang, tenang sekali sampai membuat orang ketakutan.

"Tapi..."

"Teh di sini rasanya lumayan, kamu juga cicipi. Setelah minum teh, kita jalan-jalan. Aku ingin melihat kalung. Kalung yang dulu kamu berikan jatuh ke kolam renang karena aku tidak hati-hati, aku berencana membeli yang baru."

Ucap Bianca Ye sambil menuangkan segelas teh untuk Justin Nan.

Justin Nan menerima teh tersebut dengan pasrah.

Justin Nan tahu Bianca Ye tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan ini. Jika dirinya banyak bertanya, belum pasti juga ada hasilnya.

Justin Nan menghembuskan napasnya lemas, terpaksa menerima kenyataan, dengan suara datar berkata: "Baiklah. Selama kamu senang, itu sudah cukup bagiku."

"Aku juga ingin membuat rencana buruk untuk kakakku. Kamu harus memberitahunya."

Saat Justin Nan ingin meminum teh, ucapan wanita itu membuat Justin Nan mematung lalu langsung menoleh ke Bianca Ye: "Kamu yakin tidak kurang kata 'tidak' saat bicara ini padaku?"

Bianca Ye menjawab dengan santai: "Tidak. Aku yakin aku tak salah bicara. Aku hanya menyuruhmu memberitahu kakakku."

Justin Nan dibuat bingung, "Ini... aku agak tak mengerti."

"Kakakku adalah orang yang sombong dan angkuh. Aku akan membiarkan dia tahu jalan pikiranku, dia hanya akan mengejek imajinasiku. Dia tidak akan mempermasalahkan masalah ini. Dengan seperti itu, dia malah akan bersantai dan tak waspada. Itu memudahkanku untuk menjalankan aksiku."

Bianca Ye mengaturnya dengan jelas. Begitu mendengar, Justin Nan langsung tahu bahwa Bianca Ye sudah siap beraksi.

Begitu Bianca Ye membuat keputusan, sepuluh sapi pun tak bisa menarik keputusannya kembali, termasuk Justin Nan, pria itu hanya bisa mendesah lemas.

"Aduh dua bersaudara ini, kalian saling mencintai dan saling membunuh satu sama lain"

"Sudahlah, tak usah membicarakan ini lagi. Justin, maaf selama ini aku membuatmu sulit."

Perubahan sikap Bianca Ye sangat cepat, Justin Nan untuk sementara waktu termenung, lalu mengulurkan tangannya mengusap kepala Bianca Ye: "Selama kamu senang, itu bukanlah hal yang merepotkan untukku."

Teringat dirinya yang dulu selalu membuat masalah, Bianca Ye malu pada dirinya.

"Justin, hanya kamu yang bisa memaklumi tempramen burukku. Apakah kamu merasa dirimu merasa disulitkan?"

"Tempramenmu buruk? Aku tidak merasa begitu. Di mataku, kamu adalah ratu kecilku, terkadang kamu akan marah karena aku tidak bisa memahami jalan pikiranmu. Aku lah yang buruk."

Kelembutan Justin Nan membuat Bianca Ye terharu dan malu. Lalu Bianca Ye berinisiatif sendiri menghambur ke pelukan Justin Nan dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Justin, kamu sungguh memanjakanku."

Justin Nan memeluk Bianca Ye erat sambil mengelus kepala Bianca Ye: "Kalau begitu biarkan aku memanjakanmu selamanya."

Bianca Ye mendongak menatap Justin Nan, tatapannya begitu lembut bagai air, menatap pria itu dengan jantung yang berdegup kencang. Justin Nan membungkukkan tubuhnya lalu mencium Bianca Ye.

Ketika dua orang tersebut sedang memadu kasih, Vanny malah sedang khawatir.

Vanny duduk di sebelah Ani Xie, dengan dahi berkerut bertanya: "Ani, menurutmu mereka berdua tidak akan bertengkar, kan?"

Sambil menyetir sambil Ani Xie menjawab: "Jangan khawatir, Bianca sudah tak marah, dia tidak akan marah pada Justin. Aku tebak, mereka berdua sedang bermesra-mesraan."

"Sungguh?"

"Tentu saja. Kamu jangan mengkhawatirkan masalah mereka. Yang bahaya sudah hilang. Sekarang segalanya tentram dan aman. Kita juga harus bersantai. Ayo makan makanan lezat."

"Makan lagi? Ani selera makanmu sungguh membuat orang takut. Bagaimana kalau kamu cek ke dokter?"

"Saat perut tidak enak, harus cek ke dokter. Lalu saat perut enak, aku juga harus cek ke dokter? Kamu terlalu banyak berpikir." Ani Xie melihat wajahnya sendiri dari kaca depan mobil. Ani Xie sadar wajahnya membulat dan berkata: "Tapi... aku memang harus diet. Aku merasa akhir-akhir tubuhku gemuk."

"Kamu makan begitu banyak. Akan aneh kalau tidak gemuk."

Vanny sedang malas memarahi Ani Xie, menyuruh Ani Xie untuk serius: "Kenapa? Kamu juga merasa aku gendut? Kalau begitu aku harus diet. Jika tidak aku akan jelek di kamera.

"Ya, bukankah kamu sangat sibuk? Kenapa akhir-akhir ini kamu tampak santai? Kalau ada waktu, ayo pergi minum teh dan jalan-jalan."

"Aku juga tidak tahu kenapa akhir-akhir ini selalu merasa lelah. Aku ingin makan sesuatu, lalu melakukan apapun tak semangat. Karena kondisiku memburuk, jadi aku langsung istirahat."

Ucapan Ani Xie semakin membuat Vanny khawatir. Dengan alis berkerut Vanny berkata: "Aku pikir kamu harus cek ke dokter. Dulu kamu bekerja cukup keras, sangat mungkin kesehatanmu bermasalah. Lebih baik secepatnya kamu berobat."

Tapi Ani Xie tak menganggap itu masalah besar, dengan bercanda berkata: "Baiklah, baiklah. Kalau ada waktu aku akan cek."

"Jangan kalau ada waktu. Ayo sekarang cek. Aku tahu dokter yang terkenal, dia sangat tepat mendiagnosa penyakit. Aku akan bawa kamu ke sana."

"Sekarang? Tapi aku agak lapar."

"Aduh, selesai ke dokter baru makan, itu sama saja. Jalan selanjutnya kamu belok ke kanan. Dua puluh menit sudah sampai."

Vanny bersikeras membawa Ani Xie ke dokter, Ani Xie tak bisa berbuat apapun: "Baiklah. Aku sungguh takut denganmu."

Ani Xie mengganti arah laku mobilnya. Ketika bersiap menyebrang jalan, tiba-tiba sebuah sepeda listrik melintas.

"Ani, hati-hati!"

Ani Xie langsung menginjak rem, ban mobil mengeluarkan suara berdecit yang nyaring. Sepeda tersebut meluncur beberapa jarak, lalu berhenti.

Di saat bersamaan, sesuatu yang berat jatuh ke tanah. Orang-orang langsung mengerubungi.

Dua orang wanita di dalam mobil ketakutan. Beberapa saat kemudian, Ani Xie bertanya: "Vanny... aku tidak menabrak orang, kan?"

"Jangan bergerak. Aku akan turun dan lihat dulu."

Vanny juga sangat takut, tapi identitas Ani Xie berbeda dengan dirinya, wanita itu tak pas untuk muncul di publik. Vanny terpaksa memberanikan diri keluar mobil untuk melihat situasinya.

Saat itu, seorang nenek terbaring di tanah, sorot matanya kesakitan. Sepeda di sampingnya jatuh di tanah lalu lampu sepedanya pecah.

Melihat Vanny, nenek tersebut langsung berteriak.

"Aduh, anak muda ini. Kalian itu bisa menyetir tidak? Kalian hampir membunuh orang!"

Vanny membungkukkan tubuhnya, "Maaf. Anda baik-baik saja?"

Nenek tersebut tak membalas pertanyaan Vanny. Nenek itu memegang pinggangnya dan berkata: "Kalian menyetir untuk pamer dan merasa kami tak punya uang seperti kalian dan kalian menilai hidup kami tak berarti, ya kan?!"

Orang yang mengerubungi semakin lama semakin banyak, semua orang mulai menunjuk-nunjuk Vanny, ada juga yang berwajah tak senang dan berucap sinis.

Vanny maju ke depan membopong nenek tersebut dan berkata: "Bukan itu maksud kami. Anda lihat dulu bagian mana yang sakit. Bagaimana kalau kita ke rumah sakit?"

Tapi nenek tersebut malah menghempas tangan Vanny, "Aku tidak ingin bicara denganmu. Suruh supirnya turun, aku ingin bicara dengannya!"

"Dia ketakutan. Kalau ada sesuatu, bicara saja denganku. Itu sama saja."

"Aku ingin bicara dengannya. Suruh dia turun!"

"Itu...."

Sambil melotot nenek itu berkata: "Apanya yang itu? Apa kalian ingin lari dari tanggung jawab? Aku beritahu, orang-orang di sini melihat kalau kalian menabrakku. Jangan pikir untuk menyanggah hal itu!"

Melihat nenek tersebut di pihak yang benar, dengan suara pelan Vanny berkata: "Aku melihat stamina dirimu penuh, tidak seperti orang yang terluka."

"Apa kamu bilang?"

Bibir Vanny bergerak ingin mengatakan sesuatu tetapi dari belakang tubuhnya terdengar suara seseorang.

"Nenek, sebenarnya anda terluka di bagian mana?"

Nenek tersebut mendongak, melihat seorang wanita berpakaian sopan, memakai topi dan kaca mata hitam berdiri di depannya. Wanita itu tidak tampak marah tapi mengintimidasi, sikapnya berubah.

Hm, sekali lihat langsung tahu kalau dia orang kaya!

Mata nenek tersebut berbinar, lalu mendengus: "Oh, kamu berani muncul? Aku pikir kamu akan terus sembunyi."

Keterkejutan tadi membuat Ani Xie tak nyaman, wajahnya agak pucat.

Tapi kaca mata hitam besar itu menutupi sebagian besar wajah Ani Xie dan juga menutupi wajah pucatnya, memaksa dirinya menahan bobot tubuhnya, Ani Xie bertanya: "Di mananya anda terluka?"

Nenek tersebut menjawab dengan memberengut: "Pinggang, kaki, kepala juga sakit. Mungkin kepalaku gegar otak. Kalau ke rumah sakit, akan membutuhkan biaya besar."

"Kalau begitu ayo ke rumah sakit."

"Aduh, sebenarnya tidak harus repot begitu juga tidak apa. Berikan aku uang kompensasi saja, maka masalah ini selesai."

"Anda terluka, bagaimana bisa tidak ke rumah sakit? Kalau tidak sembuh bagaimana?"

"Itu urusanku. Untuk apa kalian begitu ikut campur? Berikan aku uang!"

Nada suara nenek tersebut berubah, ekspresinya menjadi tak sabar, seperti Ani Xie dan Vanny tak mengerti maksud baik nenek tersebut.

Barusan Vanny selalu memperhatikan nenek tersebut  Vanny sadar nenek tersebut seperti tak bermasalah. Nenek itu tampak baik-baik saja, cara berpikirnya jelas, tidak seperti orang kesakitan.

Vanny mendekat ke Ani Xie lalu dengan pelan berkata: "Ani, sepertinya kita bertemu dengan penipu."

Ani Xie mendengus dingin, "Huh, kelihatan sekali."

"Bagaimana kalau kita memberikannya uang? Identitasmu berbeda, jika ini jadi masalah, tentu berdampak buruk padamu."

"Jelas-jelas kita bertemu penipu, kenapa harus membuang-buang uang? Tidak akan ku berikan uang!"

Ani Xie menjadi kesal, sambil mengangkat dagunya sedikit dia bertanya: "Nenek, anda ingin kompensasi berapa banyak?"

Nenek tersebut melihat logo sepedanya, lalu menjulurkan jarinya: "20 juta cukup."

Ani Xie mendengus dingin dan berkata: "20 juta? Kamu meminta terlalu banyak. Bahkan sepeda rongsokmu tak seharga 20 juta."

"Yang terluka tidak hanya sepedaku, tapi tubuhku. Aku sudah tua, tubuhku tak kuat dengan tabrakan." Jawab nenek tersebut.

"Kalau kita ke rumah sakit, mungkin bisa tahu apa sakitnya. Jika setengah hidupku selalu ditempeli dirimu, pasti permasalahanmu akan semakin banyak." Jawab Ani Xie.

Ucapan nenek tersebut membuat Ani Xie mengerti satu hal, uang bisa membereskan masalah.

Tapi Ani Xie tak berpikir begitu, sambil memegang kedua lengannya Ani Xie berkata: "Tapi aku lihat nenek dapat bicara dengan rapi dan jelas. Suara nenek jelas sekali tidak seperti orang kesakitan. Terkait sepedamu, memang dari awal sudah rongsok. Jadi, aku hanya bisa memberimu 400 ribu. Anggap saja itu uang bayaran karena semua orang telah melihat pertunjukkan ini."

Ucapan tersebut membuat nenek itu marah sekali: "Kamu bilang apa?!"

"Merasa tak cukup? Kalau begitu kita ikuti aturan, laporkan saja."

Melihat Ani Xie bersikeras, nenek tersebut merasa tak mengerti dan marah: "Kamu menyetir mobil mewah, kenapa pelit sekali? 400 ribu? Apa itu cukup?!"

"Aku memang kaya, tapi uangku juga bukan dihamburkan begitu saja. Tidak masalah kalau untuk donasi, tapi kalau untuk orang yang mencari keuntungan, aku tidak akan pernah setuju."

"Kamu... baik! Aku akan melapor. Tunggu saja kamu akan berubah miskin!"

"Ingin bertaruh denganku? Lihat saja apakah kamu sulit untuk dibereskan!" Ani Xie menoleh melihat Vanny. Tanpa ragu berkata: "Vanny, maaf merepotkanmu. Tolong bantu aku melaporkan hal ini."

"Oh oke."

"Huh, laporkan saja. Siapa yang takut!"

Walaupun hanya dari mulut saja nenek itu tak terima, tapi sangat jelas nenek itu lemah, matanya sering kali melirik ke kanan dan ke kiri.

Dengan cepat polisi datang.

Melihat nenek yang ada di tanah, muncul sorot pasrah dari mata polisi tersebut.

"Nek, ini ke berapa kalinya aku bertemu denganmu?"

Mendengar ucapan tersebut, jelas sekali nenek ini seorang kriminal.

Nenek tersebut menjawab: "Aku sudah tua, saat menyebrang akan pelan-pelan, mau bagaimana lagi? Sekarang ada beberapa supir yang tidak hati-hati dan menyerobot jalan. Yang akhirnya menderita adalah kami warga biasa."

Jelas-jelas polisi tahu tujuan nenek tersebut tak baik, tapi polisi hanya bisa mengikuti tata tertib.

Polisi menoleh ke Ani Xie, bersiap mencatat.

Tapi pakaiannya terlalu rapat, bahkan wajahnya tertutupi.

Itu terlihat aneh. Polisi mengernyit dan berkata: "Tolong buka kaca mata hitam anda."

"Apakah harus dicopot?"

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu