Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 315 Kita Tidak Perlu Bertemu Lagi (1)

Yolanda Duan tersenyum dan menatap bawahannya, "Sebenarnya kamu sedang membantu Evardo bicara, atau mencegah aku pacaran dengannya?"

Linardi berkata tegas, "Aku tentu saja memihak pada ketua. Jadi, kamu harus berpikir dengan jelas."

Yolanda Duan menghela napas, "Kenapa suka satu orang begitu rumit?"

"Aku juga tidak tahu, aku belum pernah berpacaran." Linardi berkata dengan sedih.

"Iya ya, kenapa aku melupakan kalau kalian belum punya pasangan. Begini saja, setelah pulang nanti, aku akan menyuruh atasan menyelenggarakan beberapa perjodohan. Nanti kamu harus semangat, mengerti tidak?"

Mata Linardi bersinar. "Beneran?"

"Kapan aku pernah membohongimu?"

"Bagus sekali. Haha, tenang saja ketua. Nanti aku pasti akan akan melakukan performa yang baik, berhasil mendapatkan seorang pacar."

Yolanda Duan melihat es krim yang Linardi makan sudah habis, lalu memberikan es krimnya kepada pria itu, "Bukan hanya kamu yang harus semangat, yang lain juga."

"Iya, aku akan memberitahu yang lain." Linardi makan es krim dengan senang. Melihat taman bermain di samping, dia berkata, "Ketua, ayo kita bermain."

"Yuk." Yolanda Duan melangkah besar ke dalam taman bermain. Mengenai Evardo Ye, besok saja baru dibicarakan. Siapa tahu setelah bangun, pendapatnya berubah.

Malam hari perasaan hatinya terlalu emosional, jadi lebih baik tidak membuat keputusan.

Mari membicarakan Evardo Ye sekarang.

Setelah Yolanda Duan menutup sambungan, Evardo Ye minum bir dengan pasrah. Kali ini dia mabuk cukup parah, lalu bersender di sandaran sofa, menutup mata untuk istirahat.

Kali ini seorang wanita duduk di sampingnya dan berkata dengan suara familiar, "Direktur Ye, Direktur Ye, ada apa denganmu?"

Evardo Ye membuka mata lalu melihat wanita itu dan berkata dengan mabuk, "Jolly?"

"Ini aku, Direktur Ye. Apa kamu baik-baik saja? Aku antar kamu pulang saja."

Karena familiar, tingkat kewaspadaan Evardo Ye pada Jolly Zhao berkurang banyak. Evardo Ye menggelengkan kepala, "Tidak pulang, tidak mau pulang." kalau pulang dan diketahui oleh ayahnya, maka akan diejek juga akan dimarahi oleh ayahnya.

Mata Jolly Zhao bercahaya, tubuhnya mendekati Evardo Ye lalu berkata dengan lembut, "Kalau begitu Direktur Ye mau minum bir tidak? Aku bisa temani minum."

"Iya, iya, aku tidak mabuk kok." Evardo Ye menutup mata dan berkata dengan mabuk.

Jolly Zhao melambaikan tangan pada bar. Seorang pelayan wanita datang, membungkukkan badan, dan belahan dadanya lumayan terlihat, "Permisi, apa masih membutuhkan sesuatu?"

"Satu botol Whiskey lagi." Jolly Zhao berkata dengan dingin.

"Baik." saat wanita itu pergi, wanita itu melihat Evardo Ye sekali lagi. Tuan kaya seperti Evardo Ye, wanita mana yang tidak tertarik?

Jolly Zhao melihat Evardo Ye terus menutup mata dengan wajah sedikit merah, hatinya tanpa bisa ditahan merasa gugup dan senang. Menunggu begitu lama, merencanakan begitu lama, hari ini akhirnya tiba juga.

Wanita cantik mengantar gelas bir kemari. Mumpung Evardo Ye belum bangun, saat Jolly Zhao mengambil gelas bir, dia memasukkan sebuah tablet putih ke dalam gelas dan diam-diam menggoyangkannya. Setelah obat sudah bercampur, dia memberikannya kepada Evardo Ye, lalu berkata dengan lembut, "Direktur Ye, ayo minum."

Evardo Ye sudah mabuk dan kesadarannya sudah lama hilang, begitu mencium baru bir dari gelas, dia langsung meminumnya habis.

Tangan Jolly Zhao memegang gelas memutih, dia takut Evardo Ye belum cukup mabuk, jadi menambah satu gelas bir lagi, juga menuangkan gelas bir kepada dirinya sendiri, "Direktur Ye, aku menghormatimu, terima kasih atas penjagaanmu padaku."

Evardo Ye tidak bicara, hanya meminum habis bir yang ada.

Setelah berurutan meminum tiga gelas, Evardo Ye benar-benar mabuk dan kepalanya sangat pusing.

Sudah waktunya. Jolly Zhao pergi ke resepsionis untuk membayar lalu memapah Evardo Ye keluar dari bar.

Meskipun harga bir adalah gaji tiga kali bulannya, tapi begitu memikirkan balasan yang dia dapat nanti, uang ini tidak berarti apa-apa padanya.

Di samping jalan dia menghentikan sebuah mobil, dan langsung pergi menuju hotel terdekat. Setelah melempar Evardo Ye ke atas ranjang, Jolly Zhao baru kemudian duduk di atas ranjang dengan terengah-engah. Orang yang mabuk benar-benar terlalu berat.

Evardo Ye membalikkan badan dengan panas, terus bergumam, "Yolanda, jangan pergi.", lalu kembali terlelap.

Jolly Zhao sudah mengumpulkan kekuatan dan melepaskan semua pakaian di tubuh Evardo Ye, bahkan celana dalam juga tidak tersisa lagi. Saat dia melakukan ini, wajahnya sangat merah.

"Evardo, aku begitu menyukaimu, kenapa kamu tidak melihatku? Apa baiknya wanita itu? Mulai hari ini, kamu adalah milikku." selesai berkata, Jolly Zhao mencium bibir Evardo Ye, lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Dengan bertelanjang badan, Jolly Zhao masuk ke dalam selimut dan memeluk Evardo Ye. Dia mencium bibir, leher, dan dada pria itu. Karena Evardo Ye sudah minum terlalu banyak, ditambah dengan obat tidur darinya, jadi mau bagaimanapun dia menggoda pria itu, pria itu tidak membuat reaksi apapun, hanya tidur dengan nyenyak saja.

Jolly Zhao menatap Evardo Ye dengan datar. Tidak bisa, dia tidak menginginkan suatu kesalahan sedikitpun.

Berpikir sebentar, Jolly Zhao turun dari ranjang lalu mengeluarkan pisau alis dan mencukur alis Evardo Ye.

Evardo, kamu tidak bisa keluar dari tanganku lagi.

Setelah menyelesaikan hal yang dia inginkan, Jolly Zhao memeluk Evardo Ye dengan puas dan terlelap.

Keesokan harinya, Yolanda Duan sudah bangun sejak pagi. Setelah satu malam yang tenang, dia memutuskan untuk mempercayai Evardo Ye sekali lagi. Karena bagaimanapun menemukan satu orang yang dia suka, dan juga menyukai dirinya sendiri tidak mudah.

Setelah mencari nomor Evardo Ye di atas ranjang, baru menelepon beberapa detik saja, dia langsung mematikan sambungan. Kemarin dia berkata begitu kasar, sekarang dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Lebih baik kirim pesan saja.

Sedangkan di hotel, Jolly Zhao juga bangun sangat awal. Pria yang sudah dia mimpikan sejak lama tertidur di sebelahnya, bagaimana bisa dia tidur nyenyak? Saat ini, dia sedang menatap pria yang telanjang badan. Tuhan benar-benar hebat, bagaimana bisa menciptakan pria yang begitu sempurna? Dan pria ini mulai hari ini sudah akan menjadi miliknya.

Tiba-tiba, ponsel Evardo Ye berbunyi. Tanda pesan baru masuk. Jolly Zhao melihat Evardo Ye masih terlelap pulas, dengan hati-hati mengambil ponsel pria itu. Di atasnya tertulis sebuah nama, sayangku.

Jolly Zhao tersentak, wanita itu?

Ponselnya perlu sidik jari. Jolly Zhao sangat ingin tahu apa yang Yolanda Duan kirim. Dengan berani dia mengangkat tangan kanan Evardo Ye. Satu jari per satu jari mencoba, dan saat sampai di jempol, ponsel terbuka.

Hati Jolly Zhao tersentak. Dia menahan kesenangan dalam diri lalu membuka ponsel. Pesan yang tertulis di atasnya adalah: Kamu sudah bangun belum?

Jolly Zhao sedikit ragu lalu mengetik balasan: Sudah.

Takut wanita itu akan menelepon, Jolly Zhao segera mengatur ponsel menjadi mode hening. Setengah menit kemudian, kembali masuk pesan baru, tetap dari sayangku: Dimana kamu, aku ingin mengobrol denganmu.

Jolly Zhao melihat balasan itu dan sangat senang. Dia benar-benar sangat beruntung. Dengan tangan gemetar, dia mengetikkan balasan: Kemarin aku minum terlalu banyak di hotel, kamu kemari saja.

Kemudian, Jolly Zhao menambahkan nama hotel dan nomor kamar.

Dengan segera, sebuah pesan baru masuk, hanya satu kata: Oke

Bahkan tanda baca pun tidak ada.

Setelah selesai melakukan semua itu, Jolly Zhao menghapus semua pesan. Termasuk yang ada di kotak sampah, lalu mengatur ponsel ke dalam mode bunyi. Menghapus sidik jari dirinya sendiri lalu meletakkan ponsel kembali ke tempat semula.

Sekarang dia ingin berpikir baik-baik. Setelah nanti Evardo Ye bangun, dia harus menggunakan ekspresi dan sikap seperti apa menghadapi pria itu.

Yolanda Duan memutuskan dia ingin berbincang dengan Evardo Ye, menyatakan maksud hatinya, juga mengungkapkan rasa khawatirnya. Itu adalah pria pertama yang dia suka. Dia ingin menghadapinya dengan serius dan berharap memiliki akhir yang baik.

Setelah berdandan dan mengenakan pakaian paling bagus, dia mulai mencari pria yang dia suka sesuai dengan alamat yang dikirim.

Udara di Kota A sangat segar juga mengandung aroma rumput. Dia menarik napas dalam dan seketika merasa sangat segar.

Sebuah taksi berhenti di sampingnya. Dia naik ke dalam taksi, mengatakan alamat hotel, dan mobil langsung bergerak menuju tempat tujuan.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu