Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 348 Tidak Disangka, Semuanya Hanya Karena Melihatmu Sebentar (1)

Yolanda Duan menunggu mereka naik ke mobil, baru menyalakan kembali motor listriknya, mobil itu melintasinya, Yolanda Duan menolehkan kepalanya dengan perasaan bingung dan kacau.

Yolanda Duan tiba-tiba lupa bahwa kepalanya masih memakai helm, ketika teringat, mobil sudah berada di belakangnya.

Yolanda Duan mengurangi kecepatannya, lalu memarkirkan motor listriknya di depan toko bunga, yaitu di tempat mereka berdiri tadi. Pria itu melihat wanita yang muncul di depan toko bunga dengan lembut, seperti kesayangan yang paling dilindungi.

Hati Yolanda Duan terasa sakit, tahu bahwa pria itu sedikit demi sedikit menjauh darinya. Yolanda Duan buru-buru memutar kepalanya, melihat belakang mobil yang semakin lama semakin jauh. Evardo Ye yang berada di dalam mobil juga seperti merasakan sesuatu, lalu membuka jendela mobil, yang terlihat di pandangannya adalah seorang wanita yang memakai helm berwarna merah muda.

Evardo Ye mengerutkan alisnya, lalu melihat beberapa kali ke wanita tersebut. Tidak tahu apakah ini ilusi, bentuk tubuh wanita itu seperti Yolanda Duan.

"Kak Evardo ada apa?" Yanti Duan masih larut dalam kebahagiaan pada bunga segar di tangannya, lalu menoleh ke pria di sampingnya yang linglung, Yanti Duan juga menoleh, "Apakah di luar ada sesuatu yang bagus?"

Evardo Ye merasakan tangan di bahunya, lalu kembali sadar dan menutup kaca mobil seakan-akan tidak ada yang terjadi, "Tidak masalah."

"Oh..." Yanti Duan memanyunkan bibir sebal, lalu melirik bunga di depannya, Yanti Duan kembali tersenyum lebar.

Yolanda Duan berdiri di depan toko bunga, melepas helmnya perlahan, lalu tersenyum sarkas. Yolanda Duan menurunkan bunga Baby Breath dari motornya. Apa yang diharapkannya? Bukankah hasil seperti ini yang dia prediksi?

Mereka saling menyuapi dengan akrab, pria itu juga memberikan wanita itu mawar merah sebagai perlambang cinta. Tangan indah gadis itu berada di bahu Evardo Ye. Begitu akrab, kecuali pasangan kekasih, apalagi penjelasan yang masuk akal...

"Bos, sedang melihat apa?" Delia Hua sedang mengambil mawar merah untuk ditambah lagi di rak bunga yang posisinya kosong karena tadi dibeli. Melihat Yolanda Duan berdiri di luar dengan linglung, Delia Hua penasaran dengan arah yang dilihat bosnya.

Tidak ada apa-apa...

"Tidak, tidak ada apa-apa." Kesadaran Yolanda Duan kembali, lanjut merapikan bunga Baby Breath di tangannya.

"Ha?" Walaupun di dalam hati Delia Hua ada pertanyaan, tapi Delia Hua tidak bertanya. Dalam diam membantu Yolanda Duan membawa masuk bunga Baby Breath ke dalam.

Awalnya di tangan Delia Hua adalah mawar merah, duri di bunga itu belum dibersihkan, lalu Delia Hua asal menaruh di sebelah. Ketika ingin mengambilnya kembali, bunga itu sudah berada di tangan Yolanda Duan.

"Bos!" Delia Hua melihat di tangkai bunga itu ada tetesan darah, Delia Hua langsung berteriak, "Tangan bos berdarah!"

"Hm?" Yolanda Duan seperti baru tersadar dari mimpi, rasa sakit mulai menyebar di tangan Yolanda Duan, lalu refleks melepas mawar merah yang ada di tangan.

Yolanda Duan berdiri linglung, membiarkan Delia Hua sibuk sendiri. Delia Hua memberikan cairan alkohol untuk membersihkan luka, rasa perih di tangannya tiba-tiba hilang, Yolanda Duan seperti orang asing, melihat darah mengalir di lukanya.

"Bos, bukankah ada sesuatu yang mengganjal di hatimu?"

Selesai merapikan, kedua orang itu memindahkan kursi  kecil ke pekarangan. Diam-diam Delia Hua memperhatikan, baru kemudian bertanya.

Yolanda Duan menatap langit, langit agak gelap. Beberapa tahun ini udara di kota B tidak begitu bagus. Langit gelap ini seperti suasana hatinya.

"Aku bertemu seorang teman lama."

Delia Hua tidak terlalu paham, "Teman lama itu sepertinya sangat penting untukmu."

"Ya bisa dibilang begitu." Pikiran Yolanda Duan semakin melayang jauh, teringat berbagai hal di masa lalu dirinya dan Evardo Ye, lalu menghela napas, "Aku hanya merasa masalah hidup bermacam-macam."

"He?"

"Selalu ada beberapa orang, kamu merasa orang itu penting, tapi dalam sekejap orang itu malah berubah menjadi sandaran orang lain."

"Bos... itu mungkin juga sudah ditakdirkan." Bagaimana mungkin Delia Hua tidak tahu bahwa Yolanda Duan bertemu dengan cinta lama. Delia Hua tidak tahu bagaimana harus menenangkan bosnya, hanya bisa mengucapkan kalimat yang berkaitan dengan takdir.

Tapi yang tidak diketahui Delia Hua, belum begitu lama Yolanda Duan juga merasa dirinya ditakdirkan bersama Evardo Ye, tapi sekarang pria itu ada di sisi orang lain, perasaan di hatinya tidak bisa diungkapkan tapi bisa dipahami.

Ternyata... Evardo Ye ditakdirkan bersama orang lain.

Memikirkan hal ini, tiba-tiba muncul perasaan lemas di diri Yolanda Duan. Yolanda Duan bersedih karena Evardo Ye, tapi pria itu sama sekali tidak tahu, bahkan pria itu dengan sepenuh hati menyenangkan orang lain, lucu sekali...

Senyuman dibibir Yolanda Duan tidak dapat terbantahkan, tapi jari wanita itu tanpa sadar terkepal erat menunjukkkan suasana hatinya, luka hatinya terbuka lagi.

"Yolanda."

Mendengar ada yang memanggil, Yolanda Duan menoleh. Arnold Bai memakai kemeja putih berdiri di luar pekarangan tersenyum ke Yolanda Duan.

Yolanda Duan bingung, kaku seperti boneka lalu juga tersenyum pada Arnold Bai, "Ada apa datang kemari?"

"Hari ini tidak ada kelas, jadi aku kemari untuk melihat apakah ada yang bisa ku bantu."

Arnold Bai melangkah masuk ke toko bunga dengan bebas, memindahkan satu kursi lalu duduk di samping Yolanda Duan.

"Hari itu aku melihatmu ada urusan jadi aku tidak bicara padamu. Hari ini aku ingin bertanya..."

"Apa?" Yolanda Duan menoleh penasaran.

"Malam ini bisa ikut aku pergi makan?"

"Malam?" Yolanda Duan agak bingung, "Apakah ada sesuatu yang penting?"

"Tidak ada yang penting, hanya ingin kamu menemaniku makan."

"Hanya itu?"

Melihat Arnold Bai mengangguk, Yolanda Duan menatap Arnold Bai curiga, "Nanti malam bicarakan lagi saja."

Malam hari selesai merapikan ruangan bunga, Yolanda Duan menyuruh Delia Hua pulang duluan dan dirinya kembali sibuk lagi. Melihat Arnold Bai masih dengan sabar menunggunya di luar, Yolanda Duan menghelas napas lalu berjalan keluar.

"Ayo jalan."

"Hm?" Arnold Bai tersenyum sopan, hanya saja Yolanda Duan yang tiba-tiba bersuara, membuat Arnold Bai tidak mendengar jelas ucapan wanita itu. Tapi melihat Yolanda Duan berjalan ke arah mobil, Arnold Bai bisa menebaknya.

Arnold Bai sudah memesan kursi terlebih dahulu. Saat ini restoran hanya menunggu mereka sampai di sana, sedangkan luar restoran sudah ada antrian panjang.

Arnold Bai membawa Yolanda Duan ke ruangan pribadi di restoran, pelayan langsung mengambil menu makanan dan berdiri depan Arnold Bai dan Yolanda Duan.

"Tuan, ingin minum kopi atau air?"

"Yolanda, menurutmu?" Arnold Bai mengangkat kepalanya dengan hangat, bertanya pada Yolanda Duan menggunakan tatapan mata.

Yolanda Duan asal menggangguk, "Air saja."

"Kalau begitu kamu mau makan apa?"

"Apa saja." Yolanda Duan belum pernah datang ke hotel ini, jadi tidak tahu ada apa saja di sini, Yolanda Duan langsung menutup buku menu, "Kamu saja yang pesan, aku apa saja."

Arnold Bai mengangguk, juga tidak menolak. Arnold Bai mengambil menu lalu mulai memesan, "Aku pesan satu porsi makanan khusus di restoran ini, sebotol wine, ditambah kue keju, untuk sementara itu saja."

Arnold Bai menutup buku menu, lalu pelayan membungkuk hormat. Arnold Bai menatap sekilas orang di depannya, Yolanda Duan sedang memainkan kukunya dengan bosan, melihat hal itu ada rasa hangat di hati Arnold Bai.

"Apakah ada sesuatu?" Menunggu makanan disajikan, Yolanda Duan membuka mulutnya.

Sejak masuk ke restoran, sadar atau tanpa sadar Arnold Bai selalu menatap Yolanda Duan beberapa kali, membuat Yolanda Duan tidak tahan bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Mendengar Yolanda bertanya padanya, Arnold Bai menunduk, tidak melihat Yolanda Duan lagi, entah kenapa. Pria itu memutuskan untuk menyatakan perasaannya hari ini, tidak disangka Yolanda Duan yang berada di depannya terlihat mempesona, membuat Arnold Bai tidak bisa menatap lurus ke arah Yolanda Duan.

"Makan dulu saja." Arnold Bai memindahkan makanan di depannya ke sisi Yolanda Duan, "Siput rebus ini adalah makanan khusus di restoran ini, silahkan kamu coba."

Melihat makanan enak, Yolanda Duan juga lupa pertanyaan tadi yang ditanyakan, Yolanda Duan mengambil makanan dan mencobanya, matanya langsung bersinar, "Eum! Lezat!"

"Baguslah kamu suka."

Arnold Bai membelakangi Yolanda Duan, diam-diam menghembuskan napas. Demi menemukan restoran yang bisa membuat Yolanda Duan puas, Arnold Bai mengelilingi seluruh restoran di kota B dan akhirnya memilih restoran ini.

"Eum eum. Tidak kusangka, makanan perancis di sini rasanya seperti masakan asli perancis!" Yolanda Duan mengunyah dengan hati-hati, lalu tidak tahan untuk mendesah keenakan.

Waktu berlalu, Arnold Bai melihat beberapa kali jam tangannya. Menunggu Yolanda Duan selesai makan dan mengelap mulut, baru Arnold Bai diam-diam memposisikan diri.

Tiba-tiba musik yang indah mengalun dari belakang tirai. Suara biola, cello dan piano melengkapi satu sama lain, mengalun lembut tanpa menghilangkan suara jernih dari masing-masing alat musik tersebut, membuat orang larut akan alunan musik.

"Ini... ada apa?" Yolanda Duan masih belum paham dengan situasinya, melihat sekeliling ruangan dengan bingung, lalu tatapan Yolanda Duan jatuh ke Arnold Bai.

"Yolanda." Arnold Bai memanggil nama Yolanda Duan, lalu perlahan-lahan berjalan mendekat, sesampainya di depan Yolanda Duan, baru Arnold Bai berhenti.

Dari dalam kantongnya Arnold Bai mengeluarkan kotak kecil, lalu pria itu berlutut di depan Yolanda Duan, "Aku menyukaimu. Dari pertama melihatmu aku sudah suka padamu. Awalnya aku ingin menyatakan perasaanku di hari kasih sayang, tapi karena kamu ada urusan, aku menunggunya sampai hari ini."

"Yolanda, jadilah kekasihku!"

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu