Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 305 Rahasia Bahwa Aku Menyukaimu (1)

Yolanda Duan menegakkan bahu lalu berkata, "Apakah kamu lihat aku seperti sedang marah? Ditambah lagi, kenapa aku harus marah padamu? Kita berdua juga hanya ada hubungan teman semasa kecil, saat besar baru bertemu beberapa kali, hanya itu saja. Apakah aku pantas marah padamu?"

Evardo Ye dibuat terkejut oleh ucapan Yolanda Duan, dia tak bisa membantah karena yang diucapkan gadis itu benar.

"Yolanda, aku salah. Tidak seharusnya saat itu aku bicara begitu padamu di depan kantor. Tidak seharusnya aku memaksamu bertanya mau kemana dirimu. Aku lah yang gegabah, maafkan aku."

"Oh, masalah tadi kamu juga sudah mengatakannya. Aku juga sudah memaafkanmu." Yolanda Duan melihat Evardo Ye dengan malas.

Melihat Yolanda Duan seperti itu, ucapan penting yang tersimpan di hati Evardo Ye tidak dapat diutarakan. Melihat kelopak gadis itu masih ada bercak luka, dengan khawatir Evardo Ye bertanya, "Bagaimana dengan lukamu?"

"Tadi aku juga sudah bilang, sebentar lagi akan membaik."

"Ka..kamuuu sekarang sangat kesel padaku, kan?!" Pupil mata Evardo Ye terlihat sangat kasihan. Mata itu terlihat di pandangan Yolanda Duan dan membuat hatinya tak kuasa menjadi lemah.

Yolanda Duan menghela napas, "Evardo, aku tidak kesel padamu."

Evardo Ye seperti anak kecil yang terluka, "Tapi sekarang kamu mengabaikanku, tidak melihatku, karena aku menyatakan perasaanku padamu atau karena aku mengatakan rahasia..."

"Evardo, aku tahu kamu suka padaku, setelahnya aku berpikir serius. Kita ini tidak mungkin, karena tidak mungkin, kenapa aku harus memberikanmu harapan?" Yolanda Duan adalah orang yang blak-blakan.

"Kenapa tidak mungkin?"

Yolanda Duan menjelaskan faktanya, "Kamu lihat, kita berdua kita sama sekali tidak mengerti satu sama lain. Kamu tidak tahu tempramenku, aku tidak tahu bagaimana sifatmu, itu pertama. Kedua, kamu adalah bos besar, kamu perlu gadis baik dari latar belakang yang biasa, gadis yang bisa menemanimu pergi ke acara manapun, bekerja denganmu, hidup bersamamu. Jelas sekali kita tidak bisa bersama. Kemungkinan kapan saja aku bisa dipanggil pergi dan juga aku tidak suka setiap kali kembali ditanya aku habis darimana dan berbuat apa."

Kalimat terakhir Yolanda Duan jelas sekali sedang menyindir Evardo Ye, tidak menunggu Evardo Ye menjelaskan, Yolanda Duan kembali bicara, "Kalau begitu aku akan bicarakan tipe yang ku inginkan. Aku ingin menemukan orang yang bisa diandalkan dalam menjalani hidup, ketika aku tidak dirumah, dia bisa menjaga rumah. Jelas sekali kamu tidak bisa."

"Kenapa aku tidak bisa? Aku bisa melakukannya." Evardo Ye buru-buru menjawab.

Yolanda Duan mengulurkan tangan dan menghentikan Evardo Ye bicara, "Evardo, jangan terlalu tinggi bicara, mungkin untuk beberapa saat kamu bisa melakukannya, tapi apakah kamu bisa melakukannya seumur hidup? Kamu tumbuh menjadi pria tampan, keluargamu kaya, ada banyak wanita yang mengejarmu. Aku tidak mau memiliki kekhawatiran apapun saat aku sedang di luar. Apakah kamu ingin menjadi suami yang tidak setia pada istrinya?"

"Yolanda, kamu juga terlalu merendahkanku. Jika aku orang seperti itu, apakah perlu sampai 27 tahun ini aku belum pernah pacaran?" Nada suara Evardo Ye berubah serius dan tegas. Dia bisa menerima fakta bahwa Yolanda Duan tidak menyukainya, tapi tidak bisa menerima fakta yang seperti ini.

Yolanda Duan melepaskan tangannya, "Baiklah, anggaplah kamu bukan pria seperti itu. Tapi aku tidak menyukaimu."

"Kenapa? Di mananya aku melakukan kesalahan? Aku bisa merubahnya." Evardo Ye mengejar terus dengan pertanyaan.

Yolanda Duan dibuat diam, "Bukan karena kamu tidak baik. Kita hanya tidak saling memahami dan juga aku tidak ada perasaan apapun padamu."

"Itu artinya selama kita sering bertemu, tambah memahami satu sama lain, mungkin kamu bisa suka padaku?"

"Ha?" Yolanda Duan mematung, "Kapan aku pernah bicara begitu?"

"Kamu bilang kita tidak mengerti satu sama lain, kalau begitu ayo saling mengerti." Melihat wajah bengong Yolanda Duan, Evardo Ye buru-buru bicara, "Saat itu aku melihatmu kencan buta, karena takut kamu suka orang lain, jadi aku buru-buru menyatakan perasaanku padamu. Kamu tidak perlu memberitahu jawabannya sekarang, kita mulai dari teman, ah salah, kita memang hanya teman. Tidak apa kalau kita berteman seperti dulu, kamu tidak perlu merasa terbebani, anggap saja aku Evardo yang dulu. Ayo jalan, aku temani kamu berjalan santai."

Evardo Ye menatap Yolanda Duan dengan berbinar, tapi isi kepala Yolanda Duan seperti melambat, membalikkan tubuh lalu berjalan pelan.

Linardi yang berada di samping bingung mendengarnya, tapi dia mengerti dua hal. Pertama, ketua dan pria tampan ini mengenal sejak kecil. Kedua, keterampilan bicara pria ini hebat sekali.

Saat ini seseorang yang dipanggil pria tampan sedang menghembuskan napas, tidak henti-hentinya memperingati dirinya untuk tidak buru-buru. Dimulai dari meminta nomor telepon, karena gadis ini tidak suka dengan yang namanya pacaran, kalau begitu dimulai dari hubungan teman.

Ketiga orang yang memiliki pikiran masing-masing diotaknya berjalan setengah putaran, ketika pikiran Yolanda Duan kembali jernih, dengan dalam Yolanda Duan menatap Evardo Ye, "Bukankah ini sudah diatur olehmu?"

Evardo Ye mengangkat kedua tangannya menunjukkan dirinya tak bersalah, "Tidak tidak, bagaimana bisa aku berani begitu? Saat kamu kencan buta aku tidak berkata apa-apa. Kita masih sahabat seperti yang dulu."

"Tapi jelas-jelas kamu membicarakannya." Jawab Yolanda Duan serius.

"Nah anggap saja aku mabuk dan berkata sembarangan. Tentu saja ucapan itu sungguhan. Untuk sementara ini, jangan masukan ke hati perihal ucapanku. Terkait masalah di depan kantor, itu murni karena aku merasa kepalaku ditekan. Kamu ingin memakiku tak apa, jika aku berani berucap satu kata, aku bukanlah pria." Evardo Ye bersumpah dengan tulus. Selama dia bisa memohon permintaan maaf dari gadis itu, bisa kembali ke jarak yang sebelumnya, anggaplah sekarang Yolanda Duan menyuruhnya lompat dari gedung, dia juga akan bersedia. Lagipula dirinya juga tidak bisa mati.

Akhirnya muncul senyuman di wajah Yolanda Duan, dengan lembut berkata, "Evardo, kenapa kamu harus membuang waktumu denganku? Kamu juga sudah 27 tahun, umurmu tidak muda lagi. Kamu harus menikah!"

"Bukankah aku sedang menunggumu.." Ucapan itu meluncur mulus dari bibir Evardo Ye, setelahnya pria itu langsung memukul keras kepalanya dan meminta maaf, "Maaf, aku salah."

"Jangan menungguku. Aku tidak tahu kapan aku bisa menikah. Waktu itu aku melihat seorang gadis di depan kantormu, dia lumayan juga. Tinggi, ramping, cantik, anggun dan menawan." Ucapan ini tulus terucap dari Yolanda Duan. Saat ini dirinya tidak ada perasaan pada Evardo Ye, tentu saja dia akan mengucapkan apa yang ingin dia ucapkan.

"Di depan perusahaan?" Evardo Ye berpikir sebentar, "Oh, yang kamu bicarakan adalah Tiara. Ada proyek yang harus bekerja sama dengan perusahaanku. Kami tidak begitu akrab, hanya saja hari itu kami bertemu dan membicarakan tentang pekerjaan."

Selesai menjelaskan, tiba-tiba Evardo Ye sadar. Apakah karena Yolanda Duan salah paham dengan Tiara Nan?!

Dan menyebabkan gadis itu berucap kasar dan melihat tajam padanya?!

"Yolanda, aku sungguh tidak ada hubungan dengannya. Jangan salah paham." Evardo Ye kembali menegaskan.

Yolanda Duan agak canggung, dalam hati berkata, 'Ternyata rekan kerja'. Sebenarnya dirinya memang salah paham, tapi masalah ini tidak boleh diakuinya, terlalu memalukan. Lalu Yolanda Duan berpura-pura seakan-akan tidak hal yang terjadi dan berkata, "Aku tidak salah paham. Aku hanya berpikir gadis itu cantik sekali. Sangat cocok denganmu. Kamu bisa mencoba menjalin hubungan dengannya."

Evardo Ye memanyunkan bibir, "Darimananya cocok? Sedikitpun tidak cocok." Di dalam hatinya, hanya ada dirinya dan Yolanda Duan yang cocok.

Linardi tiba-tiba menginterupsi, "Aku merasa gadis beberapa hari yang lalu lebih cantik."

"Yang mana?" Evardo Ye bingung. Kenapa ada gadis lain lagi?

Tidak henti-hentinya Yolanda Duan memberikan tatapan 'berhenti' pada Linardi, menyuruh pria itu diam, tapi Linardi tidak melihat dan ketika berkata, "Gadis bermata ungu", dari kejauhan terdengar suara panggilan yang nyaring.

“Kak, kak——”

Ketiga orang itu mengangkat kepala. Seorang gadis memakai gaun putih, rambut yang digerai sebahu, wajah yang seperti bunga persik dan sepasang mata berwarna ungu yang terang melangkahkan kakinya dengan riang mendekat ke mereka.

Linardi langsung terpana. Hari itu dia hanya melihatnya sekilas dan dari jauh saja sudah merasa gadis itu cantik sekali. Sekarang melihat dari jarak dekat, gadis itu seperti malaikat.

Yolanda Duan menatapnya kosong gadis cantik yang berjalan riang ke arah mereka.

Hanya Evardo Ye yang berwajah tak suka dan malas, "Kenapa kamu kemari?"

Begitu melihat, Bianca Ye langsung mengenali kakak perempuan yang ada di sisi kakaknya, Bianca Ye senang, ternyata kakak ini juga ada di rumah sakit ini. Sungguh nyata. Untuk menemukan sesuatu, kita harus bepergian keluar dan jauh agar mudah menemukannya. Kali ini kakaknya tidak harus menampakkan wajah dingin setiap harinya.

"Kak, ayah bilang hari ini ingin mengunjungi kakek. Kenapa kakak tidak memanggilku untuk datang bersama?" Saat bicara, pandangan Bianca Ye tidak henti-hentinya menatap Yolanda Duan.

"Bukankah kamu sibuk?"

"Kamu tidak bertanya padaku, bagaimana tahu kalau aku sibuk?" Pupil mata Bianca Ye yang berkilau mengamati Yolanda Duan, sambil cekikikan berkata, "Ini kakak yang waktu kecil itu, kan? Akhirnya bertemu ya. Halo, aku Bianca Ye, adiknya Evardo."

Tiba-tiba kesadaran Yolanda Ye kembali. Mereka... saudara?

Benar juga. Sepertinya Evardo Ye pernah bicara padanya bahwa dia memiliki adik perempuan, tapi pria itu tidak berkata bahwa adiknya adalah gadis yang sangat cantik.

"Halo, aku Yolanda Duan." Yolanda Duan mendapatkan kembali suaranya, tetapi matanya tidak tahan untuk melihat Bianca Ye. Dalam hati dirinya tidak berhenti menghela napas. Kulit gadis itu begitu putih, bagus, rambutnya yang begitu berkilau, bentuk tubuhnya yang bagus.

Bianca Ye sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu, dengan nakal berkata, "Aku sudah tahu. Nama kakak selalu terngiang di telingaku."

Yolanda Duan sungguh terkejut, "Bagaimana kamu tahu?"

Bianca Ye melirik Evardo Ye, melihat pria itu tidak menghentikannya, akhirnya Bianca Ye meraih lengan Yolanda Duan dengan akrabnya dan berkata, "Yah, sejak aku memiliki ingatan, aku tahu bahwa kakak memiliki seorang gadis, namanya Yolanda Duan. Ketika surat dari kakak tiba, kakakku ini tidak akan melakukan apapun seharian. Dia hanya memegang surat dan membacanya berkali-kali dan tidak melepasnya..."

"Acha, kamu tidak bersuara pun, tidak akan ada yang menganggapmu bisu." Evardo Ye merasa malu karena ada orang ketiga dan juga ada begitu banyak orang di sini.

Bianca Ye bersembunyi di sebelah Yolanda Duan, "Huh, kamu menindasku, di depan kakak ini kamu patuh seperti seekor kucing."

"Aku menindasmu?" Evardo Ye bingung harus menangis atau tertawa, "Nona, sudah bagus kamu tidak menggangguku. Bukankah kamu di sini untuk melihat kakek? Kenapa tidak buru-buru pergi?"

Sulit untuk Bianca Ye memiliki kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan Yolanda Duan, mana mungkin dirinya akan melepaskan kesempatan ini, "Tidak buru-buru, aku sedang mengobrol dengan kakak ini." Sudut mata Bianca Ye melihat di belakang Yolanda Duan masih ada seorang anak laki-laki. Kulitnya gelap, tapi terlihat sehat dan kuat, tahu bahwa dirinya melihat ke sana, wajah anak laki-laki itu memerah dan buru-buru melihat ke arah lain.

Bianca Ye tertawa di dalam hati. Anak laki-laki ini pemalu juga.

"Halo, aku Bianca Ye." Bianca Ye mengulurkan tangan. Tangan putih dan lembut itu seperti permata, sangat cantik sekali.

Kepala Linardi berbalik, wajahnya semakin memerah, bicara pun sepertinya mulai gagap, lalu Linardi mengelap tangannya ke celana lalu menjabat tangan Bianca Ye. Tapi setelah bersentuhan, Linardi langsung melepasnya. Dia takut kalau dirinya menggenggam kuat sedikit, dirinya bisa menghancurkan tangan gadis cantik ini.

"Ha..halo.. panggil aku Linardi saja." Linardi tidak memperkenalkan namanya. Biasanya mereka hanya menyebut kode nama saja.

Bianca Ye tersenyum cantik dan cerah, dengan sedikit terkejut berkata, "Wah, lagi-lagi ada nama seperti hewan mitologi kuno, ya."

Linardi menatapnya bingung, apa yang dimaksud dengan 'lagi' ?

Bianca Ye menjelaskan, "Aku memiliki sepupu, mereka kembar. Kalau nama mereka digabung artinya menjadi unicorn. Aku sering sekali memanggil mereka little beast."

"Oh begitu." Linardi melihat Bianca Ye dengan tatapan malu dan tidak tahu harus berbuat apa.

Evardo Ye tidak ingin adiknya tebar pesona di mana-mana, lalu Evardo Ye menarik adiknya dan dengan suara pelan bicara di samping telinga adiknya, "Cepat pergi. Kalau tidak, kalau kamu ada masalah nantinya aku tidak akan peduli sama sekali."

Bianca Ye memanyunkan bibirnya, memelototi kakaknya, kakaknya tega.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu