Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 543 Penakut (3)

"Mencariku?"

"Ya. Ada masalah yang ingin ku tanyakan dengan jelas denganmu."

"Bicara di telepon tidak begitu baik, jadi aku harus..."

Setelah bicara cukup lama, Vanny baru sadar bahwa dirinya sudah mengganti kartu ponselnya. Bagaimana bisa orang lain menghubunginya?

Vanny menunduk dengan ekspresi canggung lalu menjambak rambutnya sendiri.

Ani Xie sudah mati rasa karena dingin, wanita ini kembali menghembuskan napas lagi, langsung bertanya: "Huh, kamu tahu kenapa kali ini aku datang sendiri kemari? Aku tidak bisa menelponmu, setelah itu aku akan membuat perhitungan denganmu. Kedatanganku kali ini karena ingin bertanya satu hal yang penting. Kamu harus menjawabnya dengan jujur."

Nada suara Ani Xie tegas, membuat Vanny menjadi gugup, sambil tersenyum berkata: "Masalah apa? Gugup sekali."

"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang Yunardi?!"

Vanny tertawa dengan canggung: "Ah masalah ini. Ini terlalu membuatku malu."

"Kamu hanya perlu mengatakan ya atau tidak."

"Aku..."

Belum selesai Vanny menjawab, dari dalam pintu keluar sepasang pria dan wanita paruh baya.

Melihat penampilan mereka, sepertinya mereka ingin pergi keluar.

Salah satu dari mereka, melihat Vanny belum kembali ke rumah, membuka pintu sambil mengomel.

"Gadis ini, kenapa lama sekali membuang sampah?"

Baru ucapan itu terucap, ayah dan ibu Vanny baru sadar di luar pintu berdiri seorang gadis yang aneh. Dari kepala sampai kaki dibungkus dengan rapat, gadis ini aneh sekali.

Khawatir orang ini ada maksud buruk, ayah dan ibu Vanny langsung bertanya dengan waspada: "Siapa kamu?"

Saat bertemu kedua orang tua Vanny, Ani Xie langsung melepas topi, kacamata dan masker, sikapnya langsung hormat: "Halo paman, bibi. Aku teman sekolahnya Vanny dan juga sahabatnya."

Ibu Vanny terkejut, lalu bertanya pada suaminya: "Siapa? Dia bilang dia siapa?"

"Ani Xie!"

"Ini sungguh Ani? Si artis terkenal itu?"

"Ku lihat itu benar dia. Hm, kamu lebih cantik daripada di TV."

"Aduh, murid di kelasku menyukainya. Aku menyita beberapa potret Ani dari muridku."

"Ah aku ingat. Dulu Vanny pernah bilang, di sekolahnya ada teman yang begitu baik bernama Ani Xie. Sebelumnya aku pikir karena namanya sama, tidak disangka kamu sungguh artis terkenal."

Melihat ayah dan ibunya tidak henti-hentinya mengobrol, ekspresi wajah Vanny berubah canggung: "Baiklah, melihat kalian begini aku jadi canggung sekali."

"Ah benar juga. Maafkan atas ketidaksopanan kami. Nona Xie, hari ini sangat dingin, jangan berdiri di sini, cepat masuk ke dalam. Malam ini mampirlah untuk makan malam di sini."

Walaupun ayah dan ibu Vanny agak cerewet, tapi mereka tidak bermaksud buruk. Ucapan mereka juga sangat ramah dan tidak membuat orang lain sulit, malah merasa sangat akrab, seperti tetua yang menyayangi yang muda.

Tapi tinggal lebih lama untuk makan akan mengganggu mereka, lalu Ani Xie berkata: "Aku datang hanya untuk mengobrol dengan Vanny. Aku tidak ingin mengganggu paman dan bibi."

"Melihat ucapanmu, pasti di sekolah kamu sering kali menjaga dan membantu Vanny. Kami hanya mengundangmu makan makanan rumah, itu sangat biasa, kan?"

"Lupakan, jangan dipaksa. Mungkin makanan keluarga kami tidak menarik untuk artis besar sepertimu."

"Ah seperti itu. Maafkan ketidaksopananku."

Kedua orang ini mengatakan hal yang sama, membuat Ani Xie bingung harus berbuat apa lalu berkata: "Bukan, bukan seperti itu. Aku khawatir akan terlalu merepotkan paman dan bibi."

"Apanya yang merepotkan? Kami hanya menambahkan beberapa masakan, ini hanya makanan rumahan."

Melihat ayah dan ibu bersikeras, Vanny membantu membujuk, "Ani, kamu mampir dulu saja. Di luar tidak nyaman dan juga cuacanya dingin. Aku lihat kamu tidak memakai baju yang banyak, jangan sampai membeku."

"Baiklah. Aku akan merepotkan paman dan bibi."

Melihat Ani Xie mengangguk, ayah dan ibu Vanny sangat senang lalu berkata: "Kalau begitu kamu masuklah ke kamar Vanny. Kebetulan kami ingin pergi membeli sayur."

"Ya."

"Cepat masuk. Vanny, perlakukanlah nona Xie dengan baik. Jangan abaikan temanmu."

"Aku tahu."

Vanny mengundang Ani Xie masuk ke dalam kamarnya lalu menuangkan segelas air untuk Ani Xie.

Ini pertama kalinya Ani Xie berkunjung ke kamar Vanny. Ani Xie mendongak memperhatikan kamar yang penuh dengan nuansa gadis kecil, tersenyum sambil berkata: "Lembut dan menggemaskan sekali."

Vanny tersenyum canggung: "Ibuku membantuku memilih warnanya. Ibuku merasa anak gadis harus memilih warna menarik dan lembut."

"Ya benar, menarik dan lembut." Ani Xie melepas coatnya, lalu memegang gelas. Meminjam kehangatan gelas itu untuk menghangatkan tangannya yang agak dingin, "Tapi sungguhan, ibu dan ayahmu baik sekali, sangat berpikiran terbuka, pasti mereka orang yang berpikir rasional."

Vanny mengangguk ketika Ani Xie membicarakan ayah dan ibunya. Tapi dengan cepat Vanny menunjukkan wajah kecewa, "Mereka sungguh orang tua yang baik, tetapi aku... bukan anak yang baik."

"Mana mungkin? Kamu penurut sekali dan tidak mengkhawatirkan ayah dan ibumu."

"Tapi kepulanganku ke rumah kali ini, aku rasa ayah dan ibuku selalu berhati-hati di depanku. Aku tebak, mereka pasti tahu masalahku dan mengkhawatirkanku, tapi mereka tidak tahu harus bagaimana bertanya padaku."

Melihat Vanny yang muram, Ani Xie menghela napas pelan lalu meletakkan gelasnya, "Sejujurnya, masalah ini tidak begitu rumit. Kamu hanya perlu lihat sebenarnya perasaanmu pada Yunardi seperti apa. Masalah selesai, tentunya kamu akan kembali seperti biasa, orang-orang di sampingmu tidak perlu mengkhawatirkanmu lagi."

Melihat Ani Xie masih terlibat dengan masalah ini, Vanny menunduk dengan perasaan bingung, tangannya meremas boneka yang ada di tangannya, "Aku..."

Hanya satu kata, tetapi Vanny mengatakannya cukup lama sekali dan tidak melanjutkan ucapannya.

Melihat Vanny kusut, Ani Xie bertanya: "Kamu menyukainya, kan?"

Begitu mendengar ucapan tersebut, Vanny langsung menolak, "Aku tidak menyukainya!"

Aduh, gadis bodoh ini. Apakah dia tidak tahu, hanya melihat ekspresi wajahnya saja Ani Xie sudah tahu jawabannya?

Ani Xie menggelengkan kepalanya lagi lalu berkata: "Jika tidak suka, kamu harus langsung menolaknya, seperti kamu menolak temanmu yang mengganggumu. Kenapa satu kata pun kamu tidak bicara dan malah kabur ke rumah?"

"Aaa.. aku tidak ingin dia menggangguku."

"Tidak ingin dia mengganggumu? Mudah sekali, kamu langsung menolaknya dengan ucapan yang sangat kejam, pukul telak dia. Orang yang angkuh begitu tentu saja tidak akan mengganggumu lagi."

Sorot mata Vanny agak frustasi sejenak, "Tapi bukankah akan membuatnya sakit hati?"

Ani Xie menegakkan bahunya, dengan tak peduli dan menjawab: "Tentu saja, kamu adalah gadis pertama yang dikejarnya dengan sepenuh hati. Kalau ditolak, itu akan melukai harga dirinya. Sulit untuk menghindar dari rasa kecewa, sangat mungkin dia akan patah hati dalam beberapa waktu."

Terpikir orang cemerlang macam pria itu patah hati karena dirinya, Vanny merasa tak tega.

Vanny mendongak, menatap Ani Xie dengan berharap dan bertanya: "Kalau begitu, apa ada cara yang agak lembut?"

"Tak ada." Ani Xie menolak dengan cepat, lalu berkata lagi: "Untuk masalah perasaan, semuanya akan senang atau kedua pihak sama-sama tersakiti, atau rasa sakit akan lebih mendominasi atau tidak, intinya tidak mungkin kamu menyelesaikan masalah dengan cara yang agak lembut."

Vanny hampir menangis lalu berkata: "Tapi, aku tidak ingin menyakiti Yunardi. Tak peduli bagaimana dia memperlakukan orang lain, tapi dia cukup baik padaku."

"Kalau begitu terima saja."

"Tidak mau."

"Kenapa?"

Sorot mata Vanny agak rumit dan juga terlihat pahit: "Kami bukan orang yang berada di dunia yang sama. Bersama pun tidak akan bahagia dan juga... aku benci dengan caranya yang memaksaku."

"Ha?"

Ucapan di depan, Ani Xie mengerti dan memahami Vanny.

Tapi ucapan terakhir, apa maksudnya? Apakah saat dirinya tak tahu, Yunardi Mu pernah memaksa Vanny?

Ketika Ani Xie kebingungan, Vanny menunduk dan menjelaskan.

"Yunardi adalah pebisnis yang sukses, sedangkan aku adalah wanita naif yang tidak memiliki rencana, bukanlah lawannya. Jadi, dia membuat kelonggaran untuk mendapatkan keuntungan, memaksaku untuk memilih. Bahkan menggunakan opini orang lain untuk membuatku mau tidak mau tunduk padanya."

Semakin bicara, dahi Vanny semakin berkerut.

Tapi Ani Xie tidak bisa setuju.

"Vanny, jika Yunardi punya maksud ini, sudah sedari awal dia memasukkanmu ke dalam tasnya. Tapi kenapa dia malah membiarkanmu kabur? Orang yang tak bisa menemukanmu, menyuruhku mencari jalan keluar. Aduh, demi masalah kalian berdua, aku menjadi khawatir begini."

Ketika berucap, Ani Xie masih memperhatikan respon Vanny.

Tapi tidak ada perubahan ekspresi pada wajah Vanny.

Cukup lama, Ani Xie lah yang menjadi tak sabar, lalu berinisiatif bertanya: "Sekarang mau bagaimana? Apakah sudah ada jawabannya di hatimu?"

Vanny menggeleng, "Karena tidak tahu harus bagaimana, aku bersembunyi di rumah."

"Tapi kamu hanya bisa bersembunyi beberapa saat, tidak bisa bersembunyi selamanya. Kamu tahu jelas tempramen Yunardi. Sekarang dia masih sabar, mematuhi peraturan. Tapi kalau sampai kamu membuatnya marah dan langsung kemari, membuka segalanya di depan ayah dan ibumu, apa yang akan kamu lakukan?"

Begitu mendengarnya, Vanny langsung menggeleng, "Jangan biarkan ayah dan ibu tahu hal ini. Mereka akan khawatir padaku."

"Kalau begitu cepat selesaikan, kalau terus mengulur, tidak peduli terhadapmu atau terhadap Yunardi, itu akan sama menyakitkan."

"Bagaimana caranya?"

Ani Xie tak tahan menekan nada suaranya, Ani Xie meraih bahu Vanny dan berkata: "Ikuti perasaanmu. Kalau kamu ingin melakukannya begini, lakukanlah. Jangan terlalu banyak berpikir!"

Di bawah tatapan Ani Xie yang menekan, Vanny menjilat bibir bawahnya lalu seperti ada keberanian yang keluar dari tubuhnya, akhirnya keberanian itu berkumpul di dada Vanny, membuat kepalanya terasa panas: "Aku tahu. Aa...ku akan mencari Yunardi dan membicarakannya dengan jelas."

Sebenarnya Ani Xie sedang memaksa Vanny membuat pilihan, tetapi dia berpikir Vanny berada di situasi yang tidak bisa dipaksa tapi tetap dipaksa, itu akan membuat Vanny melihat jelas isi hatinya sendiri.

Siapa yang berekspektasi bahwa gadis ini akan memegang teguh pendiriannya? Bahkan semakin tegas.

"Bahkan kalau kamu membuatnya sakit hati, kamu juga tidak akan menyesal?"

Vanny menggeleng, "Dia hanya sakit hati sebentar. Dia akan selalu bertemu dengan gadis yang bisa membuat hatinya berdegup lalu melupakan segalanya. Yang kamu katakan benar, karena tidak bisa bersama, harus memberikan hal yang membuat senang, jangan menyakiti satu sama lain lagi."

Melihat Vanny bersikeras, Ani Xie menghela napas panjang: "Baiklah, karena kamu sudah memutuskan, aku menghormati keputusanmu."

Akhirnya sudah memutuskan, tetapi tidak ada perasaan lega pada hati Vanny, malah Vanny merasa dadanya semakin berat.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu