Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 147 Kalau Mati, Aku Juga Akan Mengajaknya Mati (2)

Penjaga rumah dengan wajah tidak tahu apa-apa, meletakan sisa sopnya di atas meja, lalu meminta maaf membungkukan badan, “Maaf bos, aku tidak sengaja, maaf, maaf.”

Christy Mu berpura-pura memberikan perhatian, “Kamu jangan memarahi paman Tang lah, cepat cuci dengan air dingin, kalau terbakar nanti akan tambah parah.”

Gilbert Nan melirik tidak senang penjaga rumah Tang, lalu dengan celana basahnya itu melangkah besar naik ke lantai 2.

Penjaga rumah Tang baru mau berbalik dan bertanya pada Christy Mu apa maksudnya, tapi melihatnya yang menempelkan kedua tangannya meminta maaf, lalu mengikuti Gilbert Nan naik ke lantai 2.

Apa yang sebenarnya dia lakukan? Padahal jelas kalau dia yang sengaja menyandung kakinya.

Vila Ye.

Brian Zhang sana akhirnya memberikan pesan.

“Bos, lokasi vila Gilbert Nan sudah ditemukan, aku akan mengirim lokasinya.”

Ericko Ye langsung berdiri dari tempat duduknya, dengan mengambil hpnya berjalan sambil berkata, “Baik, tutup semua jalan, kami akan segera tiba.”

Yonathan Ye mendengar perkataannya, langsung mengikutinya, dan memberi tahu penjaga rumah, “Paman Wang, cepat siapkan mobil.”

Penjaga rumah Wang langsung excited, berlari kecil turun tangga, “Baik baik.”

Sampai di ruang buku, Ericko Ye dari lemarinya mengeluarkan 2 senapan, lalu mengisinya dengan peluru menyalipkannya di samping pinggang.

“Kak, aku akan pergi bersamamu.” Yonathan Ye berdiri di depan pintu, ekspresinya begitu tenang dan yakin.

Ericko Ye menatapnya dalam, “Yonathan, aku tidak ingin kamu dalam keadaan yang berbahaya.”

“Kak, aku juga takut terjadi apa-apa denganmu, jadi aku harus pergi juga.”

Ericko Ye terdiam, lalu mengeluarkan satu senapa memberikannya padanya, “Jaga dirimu baik-baik, ingat, semuanya aku yang akan keluar dan memimpin.”

“Ya, aku mengerti.”

Keduanya turun ke lantai bawah, mobil Cayenne hitam sudah menunggu di depam pintu.

Carina Qiao dari kejauhan melihat mereka pergi, cepat masuk ke dalam kamar, dan mengirim pesan pada Gilbert Nan: Ericko Ye sudah tahu tempat dimana kamu tinggal, cepat pindah dari sana.

Di sisi Christy Mu, Christy Mu menguping di depan pintu kamar Gilbert Nan, lalu perlahan mendorong pintunya, sebelah pintu adalah kamar mandi, dari dalam sana terdengar suara air, dan dia masuk ke dalam lagi, di ranjang Gilbert Nan ada baju yang dia pakai tadi.

Christy Mu kemudian mengeluarkan hp dari dalam kantong baju, lalu mengangkat kedua bola matanya, hpnya terkunci.

Sialan!

Christy Mu mengernyitkan dahi berpikir, dia dari dompetnya mengeluarkan ktpnya, lalu memasukan tanggal ultahnya di paswordnya, tapi ternyata salah.

Jadi pasword hpnya apa?

Christy Mu sambil melirik ke arah kamar mandi, lalu dengan panik berpikir, tunggu-tunggu, paswordnya mungkinkah tanggal lahirnya?

Tidak mau tahulah, dia coba coba dulu saja.

0623!!!

Wow! Ternyata bisa kebuka!

Christy Mu kesenangan hampir berteriak!

Saat kunci hpnya terbuka, “ding dong” bunyi pesan masuk, da waktu dibuka, ternyata pesan dari Carina Qiao.

Selesai membaca pesannya, tangan Christy Mu langsung gemetaran.

Ericko Ye datang mencarinya?

Jadi dia tidak perlu meneleponnya?

Setelah memikirkan 3 detik, Christy Mu menghapus pesan yang dikirim Carina Qiao.

Dia tidak akan membiarkan Gilbert Nan mengetahuinya.

Lalu, dia memblokir nomor Carina Qiao dari hp Gilbert Nan.

Carina Qiao di kamar kepanikan menunggu, tapi Gilbert Nan masih tidak membalas pesannya.

Tidak mungkin terjadi apa-apa kan.

Dia tidak bisa menunggu seperti ini lagi, kalau ternyata dia tidak dipercaya dan diandalkan bagaimana?

Memikirkan ini, Carina Qiao membawa tasnya buru-buru turun, lalu memanfaatkan keadaan lengah penjaga rumah Wang menyusup masuk ke tempat parkir, lalu mengemudi satu buah mobil mengejar kepergian mobil Cayenne hitam.

Bunyi air di kamar mandi terhenti, Christy Mu dengan panik meletakan kembali hp ke dalam kantong baju, berdiri dan pergi keluar, tapi sampai di depan pintu, Gilbert Nan keluar dari kamar mandi dan menghadangnya.

Gilbert Nan bertelanjang dada, di bagian bawahnya terbalut handuk.

Melihat Christy Mu, dia sedikit terkejut , “Christy, kamu bagaimana bisa datang kesini?”

Christy Mu melihat ke arah pintu ingin pergi, lalu berkata seadanya, “Aku ingin melihat kondisi kakimu bagaimana, sepertinya tidak apa-apa, kalau begitu aku pergi dulu.”

Setelah itu, menempel pada dinding ingin melarikan diri, tapi di tangkap oleh Gilbert Nan.

“Gilbert, lepaskan aku.”

Christy Mu memukuli bahunya yang kokoh, tapi tenaganya ini bagi Gilbert Mu hanya geli-geli saja.

“Christy, kamu kan sudah datang, kalau tidak sekalian periksa lukaku saja?” Gilbert Nan menguncinya di dalam pelukannya, bernapas di sebelah telinganya.

“Tidak perlu, tidak perlu diperiksa.” Christy Mu memalingkan wajah, ingin menghindari bibirnya, tapi jarak di antara mereka begitu dekat, dia bagaimana bisa menghindarinya?

“Christy, kamu hari ini tidak bisa melarikan diri lagi.” Gilbert Nan memeluk pinggangnya, membuat kakinya tidak menyentuh lantai, dan dia melangkah mendekati ranjang.

Kedua kaki Christy Mu menendang sembarangan, tapi tidak menyangka malah menendang handuk di pinggangnya dan membuatnya terplepas, dan keadaan Gilbert Nan saat ini sudah sepenuhnya telanjang.

Inilah yang dinamakan menendang batu kena kaki sendiri, Christy Mu akhirnya bisa mengerti makna dari pepatah ini.

“Hehe, Christy,tidak ku sangka kamu sudah tidak bisa menahan sabar lagi,” Gilbert Nan menendang handuk itu ke pinggir.

Christy Mu semakin panik, “Gilbert, kamu pernah bilang tidak akan memaksaku, lepaskan aku.”

“Itu kamu yang mengatakannya, aku tidak pernah mengiyakannya.” Setelah mengatakan itu dia menundukan kepala mencium lehernya.

“Gilbert, jangan biarkan aku membencimu.” Maki Christy Mu.

Gilbert Nan membuangnya ke atas ranjang, menimpanya, dan mulai melepaskan kancing bajunya, “Kalau mau benci ya benci saja, tapi akan ada satu hari kamu akan merubah rasa benci ini menjadi cinta.”

Kedua kaki Christy Mu menendang di antara pinggangnya, lalu melotototinya, tapi masih tidak bisa berdiri, dan masih berada di bawahnya.

Dari kedua mata Gilbert Nan terlihat perasaan yang begitu dakam, hasrat yang menggebu seperti akan menyembur keluar, “Kamu tahu tidak? Saat pertama kali kamu mengenakan kemajaku, aku sudah langsung ingin melepasnya.”

“Gilbert, dasar bajingan kamu!” Tangan Christy Mu berusaha melepas jarinya di bajunya, tapi usahanya sia-sia, kancing kemejanya dengan cepat sudah dibuka habis olehnya, kulit putih yang mulus terpampang di depan wajah Gilbert Nan...

“Gilbert, minggirkan tangan kotormu dariku!” Christy Mu menerima tekanan, berteriak sembarangan.

“Christy, simpan tenagamu, aku takut kamu nanti tidak ada tenaga lagi, kalau sudah begitu nanti permainannya tidak akan menarik lagi.” Setelah mengatakan itu, Gilbert Nan menunduk dan menggigit buah dadanya.

“Gilbert, sialan kau minggir kau!” Christy Mu merasakan perasaan yang menjijikam sentuhan di dadanya, dia ingin mendorongnya, tapi kedua tangannya dikunci olehnya, kedua kakinya ditimpa olehnya tidak bisa bergerak sama sekali.

“Christy...Aku sungguh sangat mencintaimu...” Bibir Gilbert Nan mencium dari lehernya, lalu mencium bibir merahnya yang menggoda. Christy Mu menutup rapat mulutnya tidak membiarkan ciumannya semakin dalam.

Gilbert Nan bertahan dengan bibirnya agak lama, hingga akhirnya melepaskannya, dan berdiri mulai membuka celana Christy Mu...

Christy Mu di tengah kepanikan, melihat disamping meja ranjang ada segelas bir, dia mengulurkan tangan meraihnya dan memecahkannya di meja, lalu menggunakan serpihan pecahan kaca meletakannya di dekat lehernya.

“Gilbert, hentikan!” Christy Mu berteriak ke arahnya.

Gilbert Nan mendengar bunyi pecahan kaca, mengangkat wajahnya, melihat Christy menggunakan pecahan kaca untuk membaret lehernya sendiri, membuat gerakan tangannya terhenti.

“Christy, kamu...” Mata Gilbert Nan terbelalak, dengan tidak percaya diri berkata, “Kamu sebegitu benci padaku ya?”

“Iya, aku membencimu, membencimu karena telah tanpa kesediaanku membawaku kesini, membenci semua perlakuanmu padaku.”

“Christy, letakan kacanya, kita bisa membicarakannya baik-baik.” Gilbert Nan melepaskan tubuhnya darinya.

Christy Mu menatapnya tajam, berteriak padanya, “Jangan dekati aku!” Di tengah kepanikan, tusukan serpihan kaca di lehernya semakin dalam, membuat kulitnya lecet, darah segar langsung mengucur.

Gilbert Nan kira Christy Mu hanya mengancamnya saja, tapi saat melihat darah dia baru tahu kalau Christy Mu bersungguh-sungguh.

“Baik baik, aku tidak kesana, Christy, kamu jangan panik, jangan lakukan hal bodoh.”

Christy Mu duduk, menarik baju menutupi dadanya, lalu wajahnya tidak berani lengah, “Pakai bajumu.”

Gilbert Nan hanya bisa mendengar perintahnya, hasratnya yang menggebu tadi, langsung memudar karena tindakan Christy Mu, dia mencintainya, tidak ingin dia berada dalam marabahaya.

Dia berjalan ke arah lemari baju mencari baju bersih dan mengenakannya, kembali ke sisi ranjang.

Darah dari lehernya turun hingga ke tulang selangkanya dan menembus hingga ke baju dalamnya, membuatnya terlihat begitu mengerikan.

“Christy, letakan kaca itu ya? Aku janji, aku tidak akan menyentuhmu.” Gilbert Nan dalam hati khawatir, ekspresi wajahnya begitu takut.

“Gilbert, aku tidak percaya dengan kata-katamu.” Christy Mu menatapnya dengan dingin.

“Lalu kamu mau aku bagaimana? Asalkan kamu mau meletakan kaca itu, aku akan melakukan...” Kata-katanya baru sampai ini, hp Gilbert Nan tiba-tiba berdering, dia meraihnya dan mengangkat teleponnya.

“Halo?”

“Bos, kami sudah menyiapkan semuanya, kamu bisa berangkat sekarang.”

Kerutan di kening Gilbert Nan perlahan menghilang, berkata, “Baik, aku segera tiba.”

Menutup telepon, Gilbert Nan menatap dalam Christy Mu, menghela napas berkata, “Christy, jangan seperti ini ya? Cepat kenakan baju, kita sudah mau berangkat.”

Setelah mengatakan itu, dia memberikannya baju berbalik dan keluar ke ruang utama.

Christy Mu juga bukan orang bodoh, karena tidak harus mati, jadi dia juga tidak ingin mati, mendengar Gilbert Nan benar-benar pergi dan keluar, dia baru membuang kaca itu ke lantai.

Shit! Sakit sekali.

Darah yang keluar juga tidak sedikit, tapi untungnya lukanya tidak dalam, dan darah yang keluar saat ini tidak sebanyak di awal.

Dia menyadari dirinya sekarang sudah menjadi wanita kuat akibat didikan dan latihan yang diberikan Ericko Ye secara tidak langsung padanya, dia lalu mengenakan tissue membersihkan bekas darah di tulang selangka dan dadanya, kemudian menggunakan baju dan celananya.

Dia juga tidak tahu Ericko Ye sudah dimana, mungkinkah mereka bisa berpapasan di jalan?

Christy Mu masih ingin mengulur waktu, tapi Gilbert Nan tiba-tiba mengetuk pintunya.

“Christy, sudah mengenakan baju belum?”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu