Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 152 Suami Istri Bertengkar, Cinta Tidak Dapat Disembunyikan Lagi (2)

Ericko Ye memandang wajah Christy Mu yang datar, setelah terdiam selama beberapa saat baru mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Masalah tadi, adalah salahku. Aku tidak seharusnya berkata seperti itu."

Wajah Christy Mu tidak berubah, tapi hatinya sangat terkejut. Pria ini meminta maaf pada dirinya?

Matahari tidak terbit dari barat kok.

Setelah perkataan maaf diucapkan, Ericko Ye tiba-tiba merasa hatinya lega dan lanjut berkata, "Aku belum menyelidiki hingga jelas tapi sudah menyalahkanmu. Juga mengatakan banyak perkataan tidak enak didengar padamu. Itu salahku."

Christy Mu memandang Ericko Ye lalu berkata sinis, "Tidak apa, lagi pula kamu dulu juga sering berbuat seperti itu. Aku sudah terbiasa."

"Christy ..." Ericko Ye merasa kasihan. Dulu ada banyak hal yang dia hanya dengar dari perkataan Carina Qiao saja. Saat Christy Mu membela dirinya sendiri, apa yang dia lakukan? Menyuruh Christy Mu diam? Atau langsung main tangan?

Christy Mu menggunakan tangan menunjukkan tanda berhenti, "Jangan, Ericko. Kamu jangan panggil aku seperti itu. Aku tidak tahan mendengarnya. Juga jangan meminta maaf untuk masalah dulu. Aku sudah pernah dipukul, juga sudah pernah mati. Biarkan saja masalah-masalah itu berlalu. Benar apa yang kamu katakan, aku adalah barang mainan yang kamu beli. Kamu, Direktur Ye, tidak perlu meminta maaf pada barang mainan." Christy Mu membuka pintu, lalu menunjukkan gerakan silakan, "Silakan keluar."

Hati Ericko Ye tertusuk oleh perkataan Christy Mu, dan dia berjalan keluar dengan tidak berdaya.

Tapi beberapa saat kemudian, Ericko Ye kembali lagi. Tangannya membawa dua tas. Satu adalah tas punggung yang Christy Mu bawa sebelumnya. Satu lagi tas berisi pakaian-pakaian miliknya.

"Apa maksudmu?" Christy Mu bertanya dengan tidak senang setelah melihat pria itu mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam tas lalu menggantungkannya di dalam lemari.

Ericko Ye berkata dengan datar, "Tidak apa-apa. Kamu tidak mau tinggal di kamar ini?"

"Aku memang mau tinggal di sini. Tapi bukan berarti kamu juga tinggal di sini." Christy Mu berkata dengan penekanan.

Ericko Ye memandangnya lalu berkata, "Kalau tinggal di dua kamar terlalu buang-buang uang."

Apa? Buang-buang uang?

Christy Mu terdiam. Alasanmu ini juga terlalu diada-ada kali.

"Ericko. Di sini satu hari juga hanya 2 ratus ribu. Kamu seorang bos besar, bisa-bisanya berkata buang-buang uang?"

"Tentu saja. Uang aku didapat satu rupiah per satu rupiah. Tentu saja harus hemat." Ericko Ye mengatakan dengan sangat serius.

Christy Mu memutar bola mata, lalu mengangkat bahu, "Ya sudah. Kalau kamu mau silakan tinggal di sini. Aku pesan lagi kamar yang lain."

Melihat Christy Mu yang pergi, Ericko Ye tersenyum puas.

Meja reservasi.

"Maaf, sudah tidak ada kamar lagi." bos berkata sambil tersenyum.

Christy Mu membelalakkan mata lalu menunjuk kamar-kamar lain, "Bos, kamar-kamar ini jelas-jelas kosong."

"Jadi begini. Lima menit yang lalu, Tuan Ye sudah memesan seluruh kamar yang ada di sini."

Sialan!

Siapa yang tadi bilang buang-buang uang?

Christy Mu kembali ke kamar dengan kesal. Ericko Ye melipat kedua tangan di depan dada. Dan mata birunya mengandung rasa jenaka.

Christy Mu membelalakkan mata pada Ericko Ye. Kamu orang kaya jadi bisa bersikap sebebasnya.

Karena harus tinggal di bawah atap yang sama, jadi untuk apa membuat repot diri sendiri?

Christy Mu membawa tasnya, lalu kembali lagi ke kamar yang awalnya dia tempati. Setidaknya cahaya di sini banyak. Begitu membuka jendela juga ada banyak sekali bunga segar. Pemandangannya indah sekali.

Ericko Ye tersenyum lalu memasukkan lagi baju-baju yang sudah digantung ke dalam tas.

Bertarung dengannya? Christy Mu masih terlalu polos.

Dalam beberapa hari selanjutnya, pagi hari Ericko Ye menemani Yonathan Ye berobat, sore hari mengurusi pekerjaannya, dan malam hari ... dia dan Christy Mu tidur di sisi yang berlawanan dalam satu ranjang.

Benar-benar hanya tidur saja.

Karena malam dua hari yang lalu, Ericko Ye menimpa tubuh Christy Mu dan baru mau memulai, Christy Mu tiba-tiba berkata, "Aku sedang datang bulan."

Ericko Ye tersentak, matanya dipenuhi nafsu, "Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?"

"Baru ingat."

Ericko Ye memandang wajah Christy Mu. Apanya yang baru ingat. Jelas-jelas sengaja.

Ada tempat yang sudah mau meledak, tapi malah tidak dapat berbuat apa-apa pada Christy Mu. Ericko Ye kesal hingga menggigit dada Christy Mu, lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi air dingin.

Cahaya bulan yang terang masuk ke dalam kamar.

Datang bulan kali ini datangnya bagus sekali. Membuat Christy Mu dapat beristirahat beberapa hari. Hanya saja perutnya sakit sekali.

Ericko Ye kesal, dan begitu naik ranjang langsung memeluk Christy Mu dalam pelukan.

"Jangan gerak." Ericko Ye menenangkan dengan suara rendah, lalu meletakkan tangan di atas perut Christy Mu. Hawa panas tidak henti ditransfer masuk dan Christy Mu menjadi lebih nyaman, rasa sakit juga berkurang banyak.

........

Suatu sore, di halaman rumah teman Dokter Hua.

Tangan Yonathan Ye setelah diobati selama beberapa hari, sudah ada sedikit kemajuan. Meskipun masih tidak bisa bergerak, tapi saat bersentuhan dengan air, setidaknya bisa merasakan air tersebut panas atau dingin.

Kemajuan itu membuatnya senang sekali.

"Dokter Hua ini memang benar sangat hebat. Baru beberapa hari saja sudah ada hasilnya." Christy Mu memutari Yonathan Ye dengan senang.

Pandangan Yonathan Ye mengikuti gerak Christy Mu lalu tersenyum, "Kalau begitu aku harus berterima kasih padamu. Kalau tidak ada kamu, tidak tahu sampai kapan tanganku ini baru bisa sembuh."

Christy Mu melambaikan tangan, "Kamu juga sudah sering membantuku. Ditambah lagi, aku tidak membantu apa-apa. Yang merasa sakit juga kamu."

Yonathan Ye menangkap sosok yang berjalan ke arah sin dan tatapannya berubah tidak senang. Diam-diam dia menghalangi pandangan Christy Mu, dan sengaja berkata, "Christy, Dokter Han tidak ada. Kamu boleh bantu memanaskan handuk lalu mengompresiku?"

Christy Mu kebetulan tidak ada kerjaan, jadi setuju, "Ok, kamu tunggu sebentar."

Yonathan Ye tidak ingin menunggu lagi. Beberapa hari ini setiap melihat Ericko Ye dan Christy Mu berjalan keluar dan masuk bersamaan, hatinya seperti tertusuk jarum. Terutama saat malam hari. Jarum itu berkeliaran di dalam pembuluh darahnya dan membuat dia sangat sakit hingga kesulitan bernapas.

Dia tahu Christy Mu hanya menganggapnya teman. Kalau tiba-tiba mengungkapkan perasaan, Christy Mu pasti akan terkejut. Bahkan menjadi tidak ingin bertemu dengannya.

Jadi, dia hanya bisa turun tangan dari Ericko Ye sini.

Kakak, maaf, aku mau berebut Christy Mu denganmu.

Demi kemudahan pengobatan, Yonathan Ye mengenakan singlet di dalam kaosnya. Christy Mu membawa sebuah handuk hangat, lalu melepas lengan baju sebelah kanan Yonathan Ye. Terlihatlah kulit coklat, ditambah luka baru dan baru yang ada di leher pria itu.

Ini adalah beberapa luka yang Christy Mu baru lihat. Christy Mu terkejut lalu bertanya pelan, "Ini ... dibuat oleh Dokter Hua?"

Yonathan Ye mengangguk dan menjawab "hm".

"Lihat saja sudah terasa sakit." Christy Mu menaruh handuk hangat di ujung bahu lalu bertanya, "Panas tidak?"

"Pas." Yonathan Ye tertawa. Ujung matanya menangkap seseorang yang berdiri tidak jauh dari mereka. Sedangkan Christy Mu kebetulan memunggungi orang itu, jadi tidak melihatnya.

"Kalau handuknya sudah dingin, kasih tahu aku. Nanti aku ganti yang baru." Christy Mu berkata dengan sungguh-sungguh. Christy Mu benar-benar hanya memandang Yonathan Ye sebagai teman saja, sama sekali tidak ada perasaan antara pria dan wanita, hanya saja ada orang yang tidak berpikiran seperti itu.

Yonathan Ye memandang orang itu, lalu bertanya dengan pura-pura bodoh, "Christy, ada apa dengan kamu dan kakak beberapa hari ini? Kamu kelihatannya tidak terlalu senang."

"Hehe, kapan aku pernah senang saat bersama dengannya?" Christy Mu menghela napas, "Sudahlah, jangan bicarakan masalah yang menyusahkan hati lagi. Kapan Dokter Hua pergi?"

"Besok."

Christy Mu mencoba merasakan suhu handuk, masih panas, dan berkata lagi, "Cepat sekali. Kalau begitu apa Dokter Han sudah mempelajari akupuntur, terapi bekam, dan pengobatan alternatif lain belum?"

"Mungkin sudah." Yonathan Ye tidak berani memastikan. Tapi setiap kali Dokter Han belajar, selalu sangatlah serius. Seperti seorang murid yang baik.

Ericko Ye berjalan mendekat, saat melihat dua orang yang sedang berbincang seru, wajahnya sangatlah suram.

"Kakak, kamu sudah datang."

Ekspresi Christy Mu menjadi kaku. Perkataannya yang tadi, apa Ericko Ye mendengarnya?

Sudahlah, yang jelas juga merupakan kenyataan. Hubungan dia dan Ericko Ye juga tidak pernah baik. Malah semakin buruk.

Ericko Ye duduk di kursi seberang, lalu tiba-tiba bertanya, "Yonathan, kamu suka gadis seperti apa?"

Yonathan Ye tersentak, lalu memandang Ericko Ye kaku, "Kenapa kakak tiba-tiba bertanya pertanyaan seperti itu?"

"Tidak apa-apa, hanya merasa umurmu juga sudah tidak kecil lagi. Sudah waktunya menikah." Ericko Ye berhenti sampai sana, dan tatapannya beralih pada seseorang, "Coba kamu lihat, Christy lebih kecil dari kamu saja sudah menjadi kakak iparmu. Kamu juga cepetan menikah. Ayah dan ibu yang ada di sana juga akan tenang. Christy, bagaimana menurutmu?"

Christy Mu terdiam. Apa hubungannya ini dengannya? Ditambah lagi, dia menikah bukankah karena dipaksa oleh Ericko Ye dan Keluarga Mu? Kalau tidak, dia yang masih sekolah, mana mungkin menjual diri kepada Ericko Ye?

"Iya, iya. Yonathan memang sudah waktunya menikah." Christy Mu mengikuti ucapan Ericko Ye.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu