Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 286 Kehidupan Biasa, Cinta Pertamanya (3)

Anak kecil laki-laki itu dibuat membatu oleh pertanyaan Evardo Ye, setelah berpikir begitu lama baru menjawab, "Dari awal memang begini, semuanya juga sama, hanya kamu yang berbeda."

"Ya itu karena kamu hanya pernah melihat yang sama. Di dunia ini banyak orang yang berbeda, hanya saja kamu belum pernah melihatnya."

Ketenangan Evardo Ye membuat anak laki-laki itu membatu, bahkan sampai tidak yakin dengan cara berpikirnya sendiri.

"Apakah kamu masih ada pertanyaan? Jika tidak ada silahkan pergi." Evardo Ye menahan amarahnya sehingga dia tidak mengeluarkan kata 'minggir'.

Tapi sikap Evardo Ye membuat anak kecil itu tidak senang, dengan marah sambil mengayunkan kepalan tangan berkata, "Apakah kamu tidak tahu siapa ayahku? Ternyata kamu berani bicara seperti ini padaku?"

Evardo Ye melipat kedua tangannya di depan dada, terlihat sangat mirip Ericko Ye.

"Oh, aku tidak peduli siapa ayahmu. Aku tidak kenal."

"Kamu..." Anak laki-laki itu menarik kerah baju Evardo Ye, ketika akan memukul, guru langsung berlari ke sana sambil berkata, "Berhenti!"

Begitu melihat guru, anak laki-laki itu mendengus dingin melepas Evardo Ye, "Tunggu dan lihat saja."

Dalam hati Evardo Ye tertawa dingin. Ya ya ya tunggu dan lihat saja.

"Evardo, dia tidak memukulmu, kan?" Tanya sang guru perhatian.

Evardo Ye tersenyum manis, "Tidak. Aku tidak apa-apa."

Senyuman itu langsung masuk ke dalam hati sang guru, membuat guru langsung jatuh cinta pada anak tampan ini.

Evardo Ye berpikir bahwa masalah itu berlalu begitu saja, tapi tidak disangka hari kedua di sore hari, Evardo Ye dihalang oleh anak kecil itu dan teman-temannya di sudut taman kanak-kanak.

"Haha, aku pulang dan bertanya pada ibuku. Ibuku bilang di dunia ini tidak ada orang dengan mata yang berbeda. Aku melihatmu seperti monster." Dengan congkak anak laki-laki itu berkata.

Evardo Ye menggertakkan giginya. Evardo Ye sangat ingin menggunakan seluruh tenaganya untuk memukul anak ini, tapi ayahnya pernah memberitahu, jika tidak terpaksa, jangan memukul.

"Monster monster..." Beberapa anak disamping ikut menyoraki.

Evardo Ye mengabaikan mereka, mendorong bahu anak laki-laki itu lalu berkata, "Minggir."

Tapi tubuh anak laki-laki terlalu besar, dorongan Evardo Ye sama sekali tidak berguna. Anak laki-laki itu malah berteriak, "Kamu berani memukulku? Biar kamu coba kehebatanku."

Kepalan tinju itu terangkat tinggi di atas. Evardo Ye berpikir, jika anak itu berani memukulnya, paling hanya menyakiti lengannya.

Tetapi, baru kepalan tinju itu turun setengah, anak laki-laki itu ditendang oleh orang dari belakang, tubuh anak laki-laki itu terjungkang ke depan. Evardo Ye buru-buru menghindar, anak laki-laki itu jatuh telungkup di tanah.

"Huhuhuhu---" Bagaimanapun juga dia masih anak-anak, terjatuh pasti langsung merasa sakit, setelahnya menangis.

Evardo Ye mendongakkan kepala dan melihat seorang gadis lebih tinggi sedikit darinya berdiri dengan gagahnya, rambutnya diikat dua, kulitnya tidak begitu putih, mungkin alasannya karena terbakar matahari, wajah gadis itu memerah, sepasang mata yang hitam dan jernih sangat cantik, tepi rok putih gadis itu dikotori oleh tanah, sepasang sepatu putih yang dia pakai juga terkotori oleh tanah.

Dalam sekejap, penampilan gadis kecil itu terpatri sangat dalam di hati Evardo Ye, sehingga bertahun-tahun kemudian Evardo Ye masih mampu mengingat senyum hangat itu.

Ya, hangat. Mungkin lumpur di sepatu putih gadis kecil itu juga membawa kehangatan.

Terdapat senyum di wajah gadis kecil itu, dengan suara jelas dan nyaring berkata, "Si gendut ini, lagi-lagi kamu mengganggu teman yang lain."

Begitu mendengar suara itu, anak laki-laki itu langsung bangkit, mengelap air mata dan berkata, "Aku tidak mengganggu anak perempuan. Apakah kamu juga harus ikut campur?"

"Mengganggu anak laki-laki juga tidak boleh! Percaya atau tidak aku pukul kamu!" Gadis kecil itu maju ke depan sambil mengangkat kepalan tangannya. Anak laki-laki itu mundur dua langkah ketakutan, anak-anak yang lain juga takut dengan gadis kecil ini, begitu melihat kemunculan gadis kecil ini, anak-anak yang lain bersembunyi jauh.

Gadis kecil itu langsung menarik tangan kecil Evardo Ye lalu berkata pada si anak laki-laki gemuk itu, "Mulai hari ini, dia adalah 'orang' ku. Jika kamu berani lagi memukulnya, aku akan memukulmu."

Evardo Ye mematung. Dia... adalah 'orang' ku?

Tetapi, tangan kecil gadis kecil ini sangat lembut.

"Ayo kita pergi."

Gadis kecil itu membawa Evardo Ye meninggalkan sudut kecil sekolah, sampai di tempat bermain yang ramai baru melepaskan tangan Evardo Ye, dengan senyum cerah berkata, "Halo, namaku Yolanda Duan. Siapa namamu?"

"Aku Evardo Ye."

"Kemarin aku mendengar tentangmu. Setelahnya kita adalah sahabat. Nantinya kamu ikut aku saja, tidak akan ada yang berani mengganggumu." Yolanda Duan berkata sambil menepuk-nepuk dadanya dengan sombong.

Evardo Ye mengangguk lalu tersenyum, "Terima kasih."

Melihat senyuman Evardo Ye, Yolanda Duan terdiam sebentar, "Senyumanmu indah. Aku belum pernah melihat orang yang lebih tampan darimu."

Evardo Ye berkata dengan tulus, "Kamu juga cantik."

Yolanda Duan tersenyum meringis, "Ibuku selalu bilang aku gadis tomboy. Kamu yang pertama mengatakan aku cantik."

"Apa itu gadis tomboy?" Evardo Ye tidak terlalu paham.

Yolanda Duan duduk di sebelah ayunan, sembari mengayunkan sembari menjawab, "Gadis tomboy itu... seperti anak laki-laki, suka lari-lari sembarangan, coba kamu lihat mereka." Yolanda Duan menunjuk gadis yang memakai rok putih dari kejauhan, seperti seorang putri kecil yang berjalan dengan cantik, lalu kembali berkata, "Ibu ingin aku seperti itu."

Evardo Ye mendorong rantai ayunan, mengayunkan ayunan tersebut, "Aku merasa dirimu juga bagus."

Yolanda Duan memiringkan kepala, bertanya sambil tersenyum dengan riang, "Benarkah?"

"Hm, sungguh."

"Ah kamu baik sekali." Yolanda Duan tersenyum lebar. Angin menyapu, kelopak bunga banyak yang jatuh beterbangan dari pohon dan melingkupi keduanya.

Hari ini, Evardo Ye mengenal seorang gadis. Di gugurnya bunga-bunga, gadis itu tersenyum, gadis itu bukan gadis tomboy dan nakal, gadis itu adalah seorang pahlawan.

Beberapa hari setelahnya, Yolanda Duan mengajak Evardo Ye untuk mengenal banyak teman, karena di taman kanak-kanak Yolanda Duan berada di kelas level tengah, maka teman-teman yang Evardo Ye kenal hampir semuanya siswa di kelas tersebut.

Tetapi hati anak-anak hampir semuanya polos dan senang. Anak-anak di kelas yang sama dengan Evardo Ye juga mulai terbiasa dengan warna mata Evardo Ye yang berbeda, juga dengan cepat menerima keberadaan Evardo Ye. Alasannya sederhana, Evardo Ye tumbuh dengan tampan, sikapnya terhadap orang juga baik, maka dari itu Evardo Ye memiliki banyak teman.

Tapi selama masih ada waktu, Evardo Ye masih suka bermain bersama Yolanda Duan. Entah membuat istana dari pasir atau diam-diam bermain ayunan, ada kesenangan yang sulit digambarkan oleh Evardo Ye.

Malam hari, Ericko Ye berbaring di atas ranjang dan mengobrol dengan istrinya.

"Sepertinya Edo suka dengan gadis kecil bernama Yolanda. Beberapa hari ini ketika pulang, yang dibicarakan hanya Yolanda."

"Aku juga menyadarinya. Hal ini juga bagus, Edo juga memiliki teman perempuan yang bisa bermain bersamanya. Edo sangat senang sekali berada di taman kanak-kanak."

Ericko Ye tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan menekan tubuh Christy Mu, matanya menatap Christy Mu dengan kilatan-kilatan, "Jujur padaku, apakah kamu memiliki teman pria yang dekat saat masa kecil?"

"Ai, karena kamu membicarakannya, sepertinya aku punya satu teman." Christy Mu sengaja memutar bola matanya sambil berpikir keras, "Biarkan aku berpikir siapa namanya."

"Tidak boleh berpikir." Ericko Ye membekap mulut Christy Mu dengan ciuman yang dalam, mengganggu jalan pikiran Christy Mu.

Christy Mu mengalungkan tangannya ke punggung Ericko Ye, membalas dengan intim, terkait teman masa kecil atau apalah itu, pikiran itu langsung terbuang jauh.

Dengan cepat, tahun berganti.

Pagi hari di musim panas, cuaca sangat panas, ketika jam delapan atau sembilan, suhu udara semakin tinggi.

Di dalam aula besar taman kanak-kanak, Evardo Ye dengan penuh perhatian melihat penampilan kelulusan di atas panggung. Yolanda Duan memakain gaun berwarna merah, rambut panjangnya tergerai di bahu, gadis itu duduk di depan piano, kesepuluh jari gadis itu melompat dengan lincah di not piano, Yolanda Duan memainkan simfoni yang indah.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu