Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 287 Tumbuh Dewasa, Seseorang Merampasnya (1)

Gadis itu selalu bilang dirinya adalah gadis tomboy, ternyata gadis itu juga memiliki waktu dimana dia berubah menjadi gadis anggun dan lembut, ini adalah hal yang belum pernah dilihat Evardo Ye.

Setelah lagu selesai dimainkan, Yolanda Duan bangkit dan mengucapkan terima kasih. Di aula terdengar suara tepuk tangan yang meriah. Ketika mengangkat kepala, Yolanda Duan mengedipkan mata pada Evardo Ye, Evardo Ye tidak mampu menahan senyum.

Setelahnya, entah apa yang ditampilkan, Evardo Ye sama sekali tidak tahu. Hanya satu yang dipikirkan Evardo Ye. Setelah penampilan selesai, Yolanda Duan langsung meninggalkan taman kanak-kanak, Evardo Ye tidak melihat gadis kecil itu lagi

Terpikirkan hal tersebut, Evardo Ye berdiri dari tempat duduknya, pergi menuju belakang panggung kelas Yolanda Duan. Melihat sekilas, Evardo Ye langsung melihat gadisnya.

Yolanda Duan sedang dengan antusiasnya berbagi kebahagiaan dengan temannya. Melihat Evardo Ye menghampiri, Yolanda Duan langsung berhenti bicara dengan temannya dan bertanya pada Evardo Ye, "Kenapa kamu datang?"

Evardo Ye agak sedih, "Setelah lulus kamu akan ke SD mana? Tahun depan aku akan ke sekolah itu."

Yolanda Duan terkejut, menarik tangan Evardo Ye dan berkata, "Ikut denganku."

Keduanya sampai di luar. Biasanya saat ini di lapangan besar kosong, lalu keduanya mencari tempat yang rindang. Suasana hati Yolanda Duan juga menjadi muram, "Aku tidak lagi bersekolah di kota A."

"Kenapa?" Evardo Ye sangat terkejut.

"Aku belum bilang padamu bahwa ayahku adalah seorang tentara. Sejak kecil aku tumbuh di wilayah militer. Tahun ini beliau akan bekerja di tempat lain, maka dari itu aku dan ibu juga harus ikut."

Evardo Ye mematung, terdiam begitu lama baru bicara, "Pergi kemana?"

"Aku juga tidak tahu. Lagipula tempatnya jauh."

"Jadi nantinya aku tidak bisa bertemu denganmu?" Hati Evardo Ye merasa agak sakit, matanya juga terasa perih.

Yolanda Duan tersenyum lebar, melebarkan kedua tangannya dan memeluk Evardo Ye, "Tunggu sampai kita tumbuh besar, aku akan pergi ke kota A mencarimu."

"Ada banyak orang, apakah kamu bisa menemukanku?"

"Tentu saja bisa." Yolanda Duan melepaskan pelukannya, menatap lurus Evardo Ye, "Kamu itu unik, aku sembarang bertanya saja pasti langsung bisa menemukanmu. Tapi kamu juga harus menjadi orang yang hebat, dengan begitu ada banyak orang yang mengenalimu. Aku juga mudah mencarimu."

Evardo Ye mengangguk semangat, "Eum, saat besar nanti aku akan menjadi orang hebat. Pastikan kalau dirimu pulang dan mencariku. Jangan lupakan aku."

"Tidak akan." Yolanda Duan tersenyum cerah, "Tetapi, jika aku mencarimu dan kamu tidak mengenaliku bagaimana?"

Evardo Ye mengerutkan alisnya selama dua detik, lalu dengan cepat mengambil tali merah yang ada di lehernya. Di tali itu digantung batu giok berwarna putih susu, mungkin karena dibawa dalam waktu yang lama, batu tersebut agak pudar.

"Secara khusus ayahku datang ke kuil untuk meminta batu ini, dibelakangnya ada namaku, nantinya kamu datang mencariku dengan membawa ini, maka aku akan mengenalimu." Setelahnya, Evardo Ye memakaikan kalung itu ke Yolanda Duan. Setahun ini, Evardo Ye tumbuh tinggi dengan cepat, tingginya sudah sama dengan Yolanda Duan.

Yolanda Duan mengusap batu giok putih tersebut, memasukkannya ke dalam kerah baju lalu ditekan-tekan batu itu, "Aku akan mengirimkan surat padamu, selama alamat rumahmu tidak berubah."

"Tidak, tidak akan berubah."

"Nah kalau begitu sudah ditetapkan. Janji." Yolanda Duan mengulurkan kelingking, lalu Evardo Ye mengaitkan jarinya dengan jari kelingking Yolanda Duan, "Janji ini tidak berubah selama seratus tahun. Janji dibuat!"

Di musim panas, kedua anak polos ini membuat janji di bawah pohon persik, tanpa tahu, nantinya demi pertemuan ini, mereka harus mengerahkan beratus-ratus kali lipat usaha.

Sepulang sekolah, sebuah mobil jeep militer membawa Yolanda Duan pergi. Evardo Ye yang berada di belakang mengejar dalam waktu yang lama. Sampai mobil itu hilang di pandangannya, Evardo Ye baru menangis kencang.

Selama dua hari, Evardo Ye tidak makan.

Melihat anaknya seperti ini, Christy Mu khawatir, tetapi Ericko Ye malah tidak masalah, "Kalau lapar dia akan makan, baguslah sudah berlangsung dua hari."

Tidak di sangka saat sore hari, semangat Evardo Ye bangkit kembali karena Yolanda Duan mengirimkannya sebuah surat.

'Evardo, hari ini aku, ayah dan ibu meninggalkan kota A. Selama ada waktu, aku akan mengirimkan surat. Gantungan emas ini diberikan oleh nenek ketika aku berumur satu bulan, aku memakainya cukup lama, gantikan aku untuk merawatnya ya. Sampai jumpa! Sahabatmu, Yolanda Duan.'

Huruf tersebut ditulis miring, ada banyak huruf yang tidak bisa tulis dengan aksara lalu gadis itu menuliskannya menggunakan abjad biasa, walaupun seperti ini, Evardo Ye merasa senang. Gadis itu benar-benar memberinya surat.

"Aduh, anakku cepat sekali bersama seorang gadis. Aku sungguh tidak terbiasa." Christy Mu bersandar di dekapan Ericko Ye sambil menghela napas berkali-kali.

"Darimananya cepat? Setidaknya harus 20 tahun kemudian."

"20 puluh tahun, sangat cepat..."

Hari-hari setelahnya, Yolanda Duan juga mengirimkan surat beberapa kali. Terkadang surat itu berasal dari laut yang sangat jauh, terkadang dari dalam pegunungan, pernah sekali di dalam surat diselipkan sebuah fotonya sendiri. Di foto itu, Yolanda Duan berdiri di sinar matahari sore, rambutnya dikuncir kuda, di lehernya ada tali merah, tangan gadis itu memegang topi bambu dan tersenyum dengan cerahnya. Hari itu, Evardo Ye melihat foto itu dengan lama sambil tersenyum seperti orang bodoh.

Satu tahun, dua tahun, tiga tahun...

Suatu hari, ketika Evardo Ye duduk di mobil melewati jalan taman kanak-kanaknya, tiba-tiba anak laki-laki itu teringat sudah lama sekali dia tidak menerima surat dari Yolanda. Sesampainya di rumah Evardo Ye membuka kotak kecil, di tumpukan surat yang tidak banyak itu ada satu surat yang dikirim satu setengah tahun yang lalu dan surat itu dikirimkan dari perbatasan, sejak saat itu Evardo Ye tidak menerima surat dari sahabatnya lagi.

Evardo Ye terduduk di karpet dengan rasa kecewa. Di mana dia sekarang? Apakah sudah melupakannya?

Malamnya, Evardo Ye tidak turun ke bawah untuk makan.

Christy Mu mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara, "Aku tidak lapar." Christy Mu tidak memiliki cara, kemudian kembali ke ruang makan.

"Edo tidak makan?" Tanya Ericko Ye.

"80% aku yakin dia sedang memikirkan sahabatnya itu. Selepas sekolah dia langsung masuk ke dalam kamar."

Ericko Ye mengulas senyum, "Tidak ku duga anak ini mempertahankan perasaannya, bisa begitu lama mengingat gadis itu."

Christy Mu menghela napas, "Sayangnya ayah dari gadis itu seorang tentara. Beliau tidak bisa memberitahu lokasinya, jika bisa, kita bisa membawa Edo bertemu dengan gadis itu."

Ericko Ye tersenyum tipis, orang itu bukan hanya sekedar tentara.

Christy Mu mengambil mangkok kosong, mengambil nasi dan ditambah beberapa lauk lalu diberikan kepada anak gadisnya, "Acha, berikan ini pada kakakmu. Kalau tidak makan, dia bisa sakit perut."

Acha yang berumur lima tahun tumbuh menjadi gadis cantik, kulitnya seputih salju, matanya seperti bintang.

Acha memegang mangkok sambil mengangguk, dalam sekejap menghilang

Ericko Ye terdiam. Kapan anak gadisnya itu bisa berjalan dengan baik dan benar?

Evardo Ye yang berumur tujuh tahun tumbuh menjadi anak yang tampan. Evardo Ye bersandar di kepala ranjang, kembali membaca surat lama yang menguning itu.

"Kak, makan." Tiba-tiba Acha muncul di hadapannya, Evardo Ye sama sekali tidak terkejut. Anak laki-laki itu sudah terbiasa dengan kemunculan adiknya yang tanpa suara.

"Taruh di sana. Nanti aku akan makan."

Acha menaruhnya di tempat kosong, mangkok dan sumpit diletakkan di atas meja.

Di depan kakaknya Acha berjongkok, kedua tangannya ditaruh di dagu, "Kakak kembali membaca surat dari kakak perempuan itu ya."

"Ya." Evardo Ye menutup surat itu, lalu kembali membaca surat yang lain.

"Kak, apakah kakak perempuan itu cantik?"

Evardo Ye teringat wajah kecil itu di guyuran bunga yang berguguran, lalu Evardo Ye tersenyum, "Sangat cantik."

"Aku ingin sekali bertemu dengan kakak itu." Acha merasa, kakak perempuan yang membuat kakaknya bisa memikirkannya bertahun-tahun pasti adalah gadis cantik dan lucu.

Evardo Ye mengelus pucuk kepala Acha, dengan manja berkata, "Aku juga ingin sekali bertemu dengannya."

Acha bangkit dari duduknya, "Kak, cepat makan. Aku belum selesai makan, aku pergi ya."

Di detik berikutnya, Acha tak terlihat lagi.

Tangan Evardo Ye tergantung di udara, beberapa saat kemudian dia menurunkan tangannya, mulutnya mengucapkan satu kalimat, "Gadis tomboy yang tidak punya hati."

"Aku bukan gadis tomboy." Terdengar suara protes dari Acha.

"Kalau bukan kamu gadis tomboy, apakah aku gadis tomboynya?" Evardo Ye sengaja menggoda Acha.

"Kakak menyebalkan! Tidak usah makan." Baru ucapan itu selesai diucapkan, Evardo Ye mengangkat kepalanya melihat mangkok di atas meja, mangkok tersebut hilang.

Hei, gadis ini balas dendam?

Tahun kelima kepergian Yolanda Duan.

Di sekolah elit terbaik di kota A. Kelas 4 SD. Pelajaran matematika.

Seorang guru yang berpengalaman menulis pertanyaan di atas papan tulis hitam, samar-samar terdengar suara cekikikan, begitu sang guru membalikkan tubuh, seluruh murid duduk tegap dan menatap lurus ke depan dengan wajah serius, kecuali satu orang.

"Evardo Ye!" Sang guru berteriak.

Seorang anak laki-laki beraura mengintimidasi yang duduk di bagian tengah berdiri, dengan cepat memasukkan barang ke dalam laci.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya sang guru dengan tegas.

Evardo Ye memasang wajah tak bersalah, dengan suara anak-anaknya berkata, "Aku tidak melakukan apapun."

"Tadi barang apa yang kamu letakkan di laci?" Sang guru meletakkan buku di atas meja.

"Tidak ada apa-apa."

"Kamu ambil sendiri." Sang guru berjalan ke depan Evardo Ye, lalu mengulurkan tangan, "Keluarkan barang itu."

Evardo Ye mengedip-ngedipkan matanya, dengan sedih bertanya, "Pak guru, sungguh di sini tidak ada apa-apa. Anda menyuruhku mengambil apa?"

Sang guru tidak percaya, jelas-jelas dia melihat sendiri kalau Evardo Ye memasukkan barang ke dalam meja.

"Evardo, jangan pikir karena ayahmu adalah orang terkaya di kota A, kamu jadi bisa tidak menaati peraturan sekolah. Jangan lupa, kamu hanyalah seorang murid."

Ucapan seperti ini sudah didengar Evardo Ye tak terhitung banyaknya, sedari awal Evardo Ye sudah kebal. Tapi dirinya adalah anak yang patuh, dia sungguh tidak melakukan apapun, dirinya hanya memainkan robot yang baru diproduksi oleh perusahaan ayahnya.

Tentu saja, hal ini jangan sampai diketahui oleh sang guru, jika tidak ayah akan dipanggil ke sekolah, maka dirinya yang akan sial.

"Pak guru, aku sungguh tidak melakukan apapun. Bagaimana kalau anda mencarinya?" Evardo Ye minggir dari tempat duduknya.

Sang guru terdiam. Jadi, akan cari atau tidak?

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu