Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 400 Dia Tidak Memiliki Nasib Dengannya (1)

Waktu detik demi detik berlalu, Evardo Ye dari yang duduk sampai berdiri kemudian berjongkok lagi, dan di saat dia hampir kehilangan kesabaran, dan ingin mengetok pintu ruang ICU, pintu itu akhirnya terbuka dari dalam.

Kasur pasien berhadapan dengannya, dia segera menghampiri tempat itu, setelah kasur pasien keluar dari ruangan ICU itu, Louis baru menggunakan sapu tangan membersihkan kacamatanya.

“Bagaimana keadaannya?” Tangan Evardo Ye begitu gemetaran.

Louis dengan gembira tersenyum, “Operasi begitu sukses, hanya tinggal menunggu proses penyembuhannya saja!”

Evardo Ye akhirnya bisa bernafas lega, melihat Yolanda Duan dengan tatapan lembut dan penuh kasih.

Yolanda Duan mengernyitkan dahi sedang tertidur pulas, obat biusnya masih belum hilang, oleh karena tidak peduli apa yang orang katakan, dia masih tidak bisa mendengarnya.

Tangan Evardo Ye mengelus kepala Yolanda Duan, berbalik dan bertanya pada Louis, “Dia kapan bisa mendengar?”

Louis melepas kacamatanya, melepas sarung tangan operasinya, “Kalau proses penyembuhannya lancar, sekitar satu minggu sudah bisa perlahan mendengar, tapi ingat beberapa bulan ini sebaiknya jangan biarkan dia mendengar suara yang bising dan memekakkan telinga.”

Evardo Ye mengerti dan menjawab ya, setelah mengantar Louis pergi, dia dengan para perawat bersama masuk ke kamar rawat paling awal.

Awalnya orang-orang Christy Mu mau masuk ke dalam, tapi Evardo Ye berpikir karena Yolanda Duan baru selesai operasi dan butuh suasana yang tenang, dia akhirnya menyuruh mereka untuk pergi pulang dulu.

Dan dirinya duduk di dekat kasur menatapi Yolanda Duan, nafasnya begitu teratur, bibirnya bergerak, seperti seorang anak yang butuh hiburan dari kedua orang tuanya.

Evardo Ye merasa hatinya begitu penuh, dia ada di sisinya, dan seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya, semuanya hanya seperti mimpi.

Yolanda Duan merasakan ada orang yang sedang memberikannya selimut, dia bergerak, dan orang itu seperti tidak terkejut dengan pergerakannnya, dan gerakannya malah menjadi lebih hati-hati.

Dia berusaha keras membuka mata, melihat Evardo Ye yang sedang tersenyum, dalam hatinya seketika terasa begitu bahagia.

Dia tahu saat operasi itu, Evardo Ye telah seberapa keras menunggunya di luar, dan sekarang dia baik-baik saja, dia tentu saja tidak bisa mengendalikan kegembiraannya.

Yolanda Duan membuka matanya dan melihat perabotan di sekitarnya. Tubuhnya masih mati rasa dan kepalanya masih terasa pusing. Matanya tidak tahu ke mana harus berpaling.

Evardo Ye melihatnya bangun, langsung mendekatkan diri, “Kenapa? Ada apa?”

Dia mengulurkan tangan meluruskan kerutan di dahi Yolanda Duan, “Sakit ya?”

Dia tidak tahu proses operasi persisnya seperti apa, tapi saat dia memikirkannya, dia tahu, pasti berhubungan dengan pembedahan, sekarang di kepalanya dikelilingi oleh lapisan kain kasa yang terlihat begitu tebal dan keras.

Yolanda Duan berusaha mengangkat kepapa, tapi di atas dahinya terasa begitu sakit, telinganya juga terasa rasa sakit yang sebelumnya tak pernah ada.

“Yolanda, kamu bisa mendengar perkataanku kah? Yolanda?” Evardo Ye berkata dengan mendekati telinganya.

Yolanda Duan hanya merasa telinganya seperti mau meledak, dia segera menjauhi suara Evardo Ye, dan masih dengan mengernyitkan dahi. Tidak bisa mendengar perkataan Evardo Ye, dan dengan bingung menggelengkan kepalanya.

“Oh...” Evardo Ye menundukan kepala, hatinya lagi-lagi terasa jatuh, tapi dia masih menghibur Yolanda Duan, “Tidak apa-apa, ini baru selesai operasi, pasti ada proses penyembuhan yang pasti kok!”

Yolanda Duan sebaliknya sudah malas membuka mata, dia berbaring di atas kasur, dengan seksama memerhatikan suara di sekitarnya.

...

Bianca Ye keluar dari ruang rawat, tidak ingin pulang bersama Christy Mu dan yang lainnya. Dalam otaknya begitu kacau, dia sekarang memiliki perasaan pada Justin Nan, tapi sampai sekarang masih tidak menerima telepon darinya.

Dia yang mempunyai harga diri yang tinggi, kali ini tidak mampu untuk tidak mengeluarkan hp, dia ingin dengan suara rendah bertanya padanya, apa arti dirinya di hatinya?

Bianca Ye dengan menggertakan gigi menelepon nomor Justin Nan yang begitu familiar di matanya, kali ini tanpa menunggu lama, Justin Nan dengan cepat mengangkat teleponnya.

“Bianca? Kenapa?”

Bianca Ye mengernyitkan alis, dari kalimatnya, seperti baru bangun, dia pasti sebelumnya mabuk, karena kalau tidak bagaimana bisa menjawabnya dengan nada suara seperti ini?

“Justin, kamu dimana?”

“Di rumahku!” Justin Nan baru selesai mengatakan itu, otaknya tiba-tiba berpikir adegan seorang wanita dan laki-laki dalam satu ruangan, keduanya meminum anggur merah, sambil saling berpelukan.

Dia marah dan mengepalkan tangannya, dari mulutnya keluar beberapa kata, “Sebenarnya ada dimana?”

Justin Nan dengan wajah bingung, menggaruk kepalanya, melihat keseliling, dia ada di dalam vilanya sendiri kok!

“Kamu tunggu disana!” Bianca Ye setelah mengatakan itu langsung menutup telepon, berlari keluar dari rumah sakit dan memanggil taksi pergi menuju vila Justin Nan.

Justin Nan menggenggam hp. Merasa sedikit bingung, tak lama, hpnya berdering lagi, dia tanpa berpikir langsung mengangkatnya, “Halo? Bianca sebenarnya...”

“Anak busuk, apa yang kamu lakukan?”

Justin Nan mendengar suaranya, langsung tersadar, ternyata bukan telepon dari Bianca Ye. Tapi dari...ayahnya!

Dia langsung meminta maaf, “Maaf, ayah, aku tidak tahu ini kamu, ada apa?”

“Kamu dengan anak keluarga Ye ada apa?” Orang dari balik telepon itu terdengar mengabaikan permintaan maafnya, dan langsung menangkap poin pentingnya.

Membahas hal ini, Justin Nan merasa kembali jatuh, “Tidak ada apa-apa lagi, semua sudah berakhir.”

“Apanya yang berakhir, aku beritahu kamu ya jangan kamu coba berhubungan dengannya!”

Justin Nan tersenyum pahit, “Tidak akan lagi, selanjutnya tidak akan lagi.”

Mendengar suaranya yang tidak sama dengan biasanya, orang di balik telepon itu tidak lagi marah dan mengancamnya, “Hari ini pulanglah ke rumah!”

“Sekarang?” Justin Nan sedikit terkejut, “Ada apa?”

“Jangan banyak omong kosong, cepat!”

Setelah itu. Dari balik telepon terdengar suara sibuk, Justin Nan merasa sedikit bingung, apa yang terjadi pada semua orang hari ini, kenapa semuanya begitu terburu-buru dan aneh!

Dia mencium bau tubuhnya, semuanya bau alkohol, dia nanti pasti akan dimarahi, untuk ini Justin Nan tidak ragu, jadi dia langsung masuk ke kamar mandi, dan pergi mandi membersihkan diri.

Setelah menukar baju, dia membersihkan sampah di rumahnya, setelah itu baru bersiap pergi.

Mobilnya ada di garasi bawah, dari vilanya bisa langsung masuk ke dalam, setelah berputar-putar di ruang tamu sebentar, dia baru pergi ke garasi untuk mengambil mobil.

Menyalakan mobil, kaca di sebelah kiri perlahan naik. Sebuah taksi melewatinya, dan Bianca Ye dengan tidak sengaja menoleh dan melihat Justin Nan mengenakan kacamata hitam dan pergi dengan mobil konvertibelnya.

“Stop, stop!” Dia memanggil supir taksi untuk menghentikan mobil, lalu keluar dari takdi dan mengejar mobil Justin Nan.

Pada saat ini adalah periode puncak orang-orang pulang kerja, dan mobil-mobil di jalan sangat padat. Justin Nan melirik mobil di lalu lintas yang seperti ular, tidak berpikir banyak langsung menginjak pedal gas dan memasuki jalan tol.

Bianca Ye di depan mata hampir bisa menyusul, tetapi siapa yang tahu dia tiba-tiba mempercepat laju mobilnya dan meninggalkan pandangannya setelah beberapa belokan.

Bianca Ye berdiri di persimpangan, dikelilingi oleh suara peluit mobil. Dia seperti tidak mendengar suara itu, hanya melihat ke arah kepergian Justin Nan.

Mungkinkah ini hukuman Tuhan untuknya, dia jelas-jelas menyukainya tetapi menolaknya, jadi Tuhan membuatnya untuk terus-menerus menelan kekecewaan.

Dia bisa menanggung semua ini, tetapi dia tidak tahu masih ada berapa kali lagi, dan apa yang akan terjadi padanya nanti? Mungkin itu akan menghilangkan rasa sukanya, atau mungkin akhirnya akan menyerah, semua masih tidak pasti...

Mungkin...Dia dan Justin Nan, setelah semua yang terjadi akhirnya masih tidak memiliki nasib untuk bersama...

...

Justin Nan sampai di rumah, di ruang tamu tidak ada orang, dia mengurut kepalanya. Setelah meyakinkan diri kalau dia tidak salah jalan, dia langsung berjalan mencari keberadaan Gilbert Nan.

“Ayah, Ayah?”

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu