Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 306 Bertemu Kepala Keluarga (3)

Evardo Ye teringat perintah kakek dan nenek Xiao yang berada di lantai tiga, dalam waktu yang lama pria itu ragu untuk bicara. Menunggu sampai selesai makan, selesai mengelap meja, Evardo Ye masih belum bicara.

Yolanda Duan sedari awal melihat gerak-gerik Evardo Ye yang ingin bicara tapi tidak diutarakan, akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Bukankah ada hal yang ingin kamu utarakan?"

Evardo Ye tertawa getir melihat Yolanda Duan, dengan perasaan malu berkata, "Ada hal..."

"Kalau ada bicara saja. Aku paling sebal melihatmu gagap begini."

Evardo Ye menatap lurus kedua bola mata Yolanda Duan, diam-diam membangkitkan semangat dan berkata, "Kamu tahu kan bahwa kakekku juga dirawat di sini? Setiap hari aku pergi ke rumah sakit dan hal ini diketahui oleh mereka, mereka berkata ingin bertemu denganmu," Selesai bicara, karena takut Yolanda Duan menolak, Evardo Ye buru-buru berkata, "Kalau kamu tidak ingin jangan dipaksakan. Aku akan bicara pada mereka..."

"Ayo pergi." Yolanda Duan langsung memotong ucapan Evardo Ye.

Evardo Ye mematung mendengar ucapan tersebut, "Kamu setuju?"

Yolanda Duan mengangguk, "Ya. Kita teman. Keluargamu ada yang dirawat di sini dan satu rumah sakit denganku, berdasarkan sopan santun aku adalah anak muda yang harusnya mengunjungi mereka."

Evardo Ye yang tadi merasa gugup dan tidak tenang, perasaannya mulai antusias. Merentangkan kedua tangannya dan memeluk Yolanda Duan.

Dalam sekejap menjadi hening, bahkan Linardi yang sedang angkat besi di sudut tembok pun terkejut.

Sial! Tidak disangka dia memeluk ketua. Ketua pun tidak mendorong pria itu.

Setelah 5 detik singkat itu, Evardo Ye melepaskan Yolanda Duan. Mata pria itu dipenuhi senyuman, dengan senang berkata, "Ah maaf, aku terlalu semangat."

Yolanda Duan yang dipeluk pun jantungnya berdegup cepat, tapi gadis itu masih mempertahankan ekspresi wajahnya, berpura-pura tegas, "Tidak ada lain kali."

"Baik." Evardo Ye berjanji. Terkait tidak ada kata lain kali, yah dipikirkan nanti. Kalau sudah dipeluk, ya sudah. Apakah Yolanda Duan bisa mematahkan kedua lengannya?

Melihat wajah bodoh Evardo Ye, debaran jantung Yolanda Duan semakin cepat. Yolanda Duan menghindari tatapan mata pria itu dan dengan langkah besar berjalan ke pintu keluar.

"Tunggu aku." Buru-buru Evardo Ye mengejar.

Di perjalanan, Yolanda Duan tidak bicara dengan Evardo Ye, sebenarnya hanya Evardo Ye yang sibuk membicarakan hubungan kakek Xiao dengan keluarga Ye.

Sesampainya di ruang pasien lantai tiga, ada senyuman di wajah Yolanda Duan. Menemui orang tua dengan wajah serius itu tidak sopan.

"Kakek..." Evardo Ye mendorong pintu, lalu dibuat terkejut dengan pemandangan di dalam. Awalnya Evardo Ye hanya berpikir di dalam hanya ada kakek Xiao, paling banyak mungkin ditambah bibinya. Tidak diduga di dalam ada banyak orang, bahkan ayah dan ibunya juga ada.

Evardo Ye dengan cepat melangkah ke depan, "Kenapa kalian semua datang? Apa sesuatu terjadi pada kakek?"

Evardo Ye menatap ke semua orang, di wajah kakek ada masker oksigen.

"Ada apa ini?" Dengan khawatir Evardo Ye bertanya pada adiknya yang berada di sebelah.

"Kakek pingsan, baru saja diselamatkan." Bianca Ye menjelaskan, juga secara tersirat mengatakan alasan kenapa semua orang berkumpul di sini.

"Kenapa tidak memberitahuku?"

"Aku sudah telepon, kamu tidak angkat."

Evardo Ye merogoh ponselnya, ponselnya dalam keadaan sunyi, di atasnya ada notifikasi dua panggilan tidak terjawab.

Bianca Ye melihat Yolanda Duan berdiri canggung di depan pintu, mencolek kakaknya untuk mengingatkan masih ada satu orang di sana.

Evardo Ye baru teringat Yolanda Duan, buru-buru membawa gadis itu ke depan keluarganya, lalu berkata pada kedua orangtuanya, "Ayah, ibu, ini Yolanda Duan. Teman masa kecilku."

"Halo paman, halo bibi." Yolanda Duan menyapa dengan sopan.

Christy Mu menatap Yolanda Duan, "Aku merasa kamu sangat familiar. Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat?"

Yolanda Duan juga melihat Christy Mu, ingatan kuat gadis itu mencari-cari sebuah informasi, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Kita pernah bertemu di bandara."

"Ah ya ya ya." Christy Mu juga ingat, "Saat itu ada pencuri yang mencuri dompetku dan kamu menangkap pencuri itu. Aduh, kita memang ditakdirkan ya. Tidak ku sangka kamu Yolanda Duan."

Yolanda Duan juga merasa dunia sangat kecil, hanya pergi berjalan-jalan sebentar ternyata orang yang dikenalnya.

Evardo Ye sangat terkejut, "Jadi, sedari awal kalian sudah pernah bertemu?"

"Ya, itu terjadi ketika pertama kali aku kembali ke kota A." Yolanda Duan menjelaskan singkat. Saat itu dia kembali untuk mencari Evardo Ye, tapi yang dicari tidak ketemu, malah dirinya bertemu dengan ibu dari orang yang dia cari.

Ericko Ye melihat Yolanda Duan. Walaupun gadis itu tidak memakai baju tentara, tapi masih terlihat jelas rasa hormat dan aura mematikan dari gadis itu. Sebenarnya Ericko Ye lebih setuju anak laki-lakinya mencari seorang gadis biasa untuk dinikahi. Kaya atau tidak bukan hal penting, lagipula keluarga Ye sudah kaya. Selama gadis itu mencintai anaknya sepenuh hati dan merawat anaknya, maka itu sudah cukup.

Tidak diragukan lagi, Yolanda Duan adalah prajurit terbaik, tapi apakah dia masuk kualifikasi istri yang baik atau bukan, itu sulit dikatakan. Jika mereka saling mencintai. Hal pertama yang menjadi hal pertama di hati gadis itu pasti misi militer, di peringkat kedua apakah ada anaknya? Yah itu sulit dijelaskan.

Tetapi anaknya menyukai gadis ini. Jika anaknya sangat ingin menikahi gadis ini, dirinya sebagai orangtua tentu tidak bisa banyak bicara.

"Nak Yolanda, terima kasih banyak atas bantuanmu terakhir kali. Aku tidak sempat berterima kasih padamu. Tapi hari ini kita makan bersama saja." Ericko Ye berkata dengan sopan.

"Tidak perlu. Hal yang lalu memang sudah seharusnya aku lakukan." Tatapan Yolanda Duan berubah datar. Karena dirinya sadar Ericko Ye sedang menganalisa dirinya, insting  dirinya tidak menyukai perilaku yang seperti itu.

Evardo Ye membaur di tengah kebahagiaan itu, tanpa melihat perubahan sedikit itu, Evardo Ye menarik Yolanda Duan dan memperkenalkan keluarganya, "Bianca pernah bertemu. Ini paman dari pihak ibu, ini istri pamanku, lalu ini kedua sepupuku dan ini kakek, nenek."

Yolanda Duan membungkukkan pinggangnya, tersenyum dan berkata, "Halo kakek, nenek."

"Halo." Nenek Xiao menggenggam tangan Yolanda Duan, menilai dengan cermat wajah Yolanda Duan, lalu memuji, "Gadis ini tumbuh cantik, tidak membosankan. Diantara dahinya muncul aura gagah berani. Di zaman dahulu, wajah seperti ini adalah wajah jendral militer."

Dengan bercanda Yolanda Duan menjawab, "Nenek jago sekali melihat melalui penampilan."

"Saat muda, aku belajar sedikit." Nenek Xiao sudah tua, tapi sepasang mata beliau masih terang.

"Kalau begitu aku memegang kata keberuntungan dari nenek. Mungkin nantinya aku bisa menjadi jendral."

"Baiklah. Tentara wanita banyak yang hebat." Nenek Xiao memunculkan senyuman yang seperti anak kecil, lalu nenek Xiao mengambil batu giok yang berada di pergelangan tangannya dan langsung memakaikan ke pergelangan tangan Yolanda Duan, "Ini adalah hadiah pertemuan yang nenek berikan. Jangan menolaknya."

"Nek, aku tidak bisa menerima ini." Walaupun Yolanda Duan tidak mengerti tentang batu giok, tapi bisa dilihat bahwa batu di pergelangan tangannya seperti batu bagus yang dirawat dalam waktu yang lama.

Nenek Xiao menahan tangan Yolanda Duan, "Jangan salah paham, aku memberimu ini bukan karena Edo, hanya saja nenek dan kamu memiliki takdir. Aku merasa ini bagus untuk diberikan padamu. Ambil saja, nantinya akan ada kenangan."

Sudah dikatakan seperti itu, kalau Yolanda Dua kembali menolak maka itu akan memalukan. Terpaksa sementara Yolanda Duan menerimanya, "Terima kasih, nek."

"Ya ini tidak begitu penting. Sayang rasanya kalau benda ini harus ikut denganku. Hari ini aku bertemu dengan orang yang ditakdirkan, aku juga yakin dengan giok ini."

"Bu, jangan berkata begitu." Mata Lisa Xiao memerah, tampak sudah menangis.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu