Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 349 Aku Ingin Menikah Dengannya (1)

Evardo Ye juga tidak menghentikannya, karena untuk nanas yang sama, nenas di piringnya ini jelas-jelas telah dipotong terlebih dahulu karena bentuk dan ukurannya lebih seragam daripada nenas di mangkuk Yanti Duan, tetapi mana mungkin sebilah pisau bisa memiliki begitu banyak jus bawang?

“Kak Evardo, aku ingin memberitahumu sesuatu!” Setelah sarapan, Yanti Duan membereskan peralatan makannya dan berhenti sebelum pergi.

Evardo Ye mendongak dan memberi isyarat padanya. Pada saat ini, Yanti Duan sedikit tersentak. Dia menundukkan kepalanya dan berkata setelah beberapa saat, "Ayahku baru saja menghubungiku, dia memintamu untuk pergi menemuinya."

Menemuinya?

Evardo Ye terkejut dan kemudian mengerti. Gadis itu pasti mengatakan kepada ayahnya bahwa dia akan menikah sehingga ayahnya baru menawarkan untuk menemuinya. Dia sebenarnya ingin mengabaikan hal ini karena seharusnya hal ini bukanlah hak orang tua dari pihak wanita.

"Oke, aku akan ganti baju dulu."

Tembok besar kota B.

Yolanda Duan memegang pinggangnya yang ramping dan tersentak, "Tidak, tidak, ini melelahkan."

Arnold Bai berbalik dan tersenyum hangat, "Ini baru sepersepuluh dari perjalanan. Jika kamu lelah, sini, aku akan menggendongmu."

Begitu mendengar kata 'menggendong', Yolanda Duan langsung tersadar dan melambaikan tangannya, "Tadi itu hanya bercanda, dulunya aku ini seorang prajurit khusus, jarak ini masih terhitung sedikit!"

Arnold Bai tersenyum, juga tidak memaksa, tetapi hanya melambatkan langkah kakinya. Yanti Duan memarahi dirinya sendiri terus-menerus, dia tidak tahu apa yang dia makan tadi malam, kenapa perutnya begitu sakit?

Biasanya sibuk bekerja, jadi mereka tidak punya waktu untuk pergi berjalan-jalan ke Tembok Besar. Mereka telah bersusah-susah datang hari ini dan tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan ini.

“Apakah kamu baik-baik saja?” Arnold Bai tetap diam-diam mengikutinya di belakang. Setiap kali kaki gadis itu melemah dan jatuh, dia pasti akan menjangkaunya dan membantunya.

Yolanda Duan memegangi tembok dan melambai padanya, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa."

"Apakah kamu ingin mencari tempat untuk beristirahat?"

Melihatnya berkeringat dingin di dahinya, Arnold Bai seperti tidak sabar dan menawarkan untuk mencari tempat untuk beristirahat.

Yolanda Duan awalnya ingin menolak, tetapi perutnya sangat tidak kooperatif, dia hanya bisa mengangguk malu, "Kalau begitu, berhenti dan beristirahatlah sebentar."

Keduanya mencari anak tangga dan duduk sebentar, meninggalkan ruang yang cukup untuk dilewati satu orang.

"Maaf, tidak mudah untuk datang ke sini, tetapi perutku..." Yolanda Duan menggaruk rambutnya dengan kesal dan meminta maaf kepada orang di sebelahnya.

Arnold Bai membungkus bahunya dengan satu tangan dan menyandarkan kepala gadis itu di atas bahunya. "Apanya yang perlu minta maaf untuk ini? Jika kamu merasa tidak enak badan, kamu seharusnya mengatakannya dari awal. Tembok Besar selalu ada di sini, tetapi kesehatanmu yang buruk akan membuatmu tidak nyaman."

Gerakannya itu membuat Yolanda Duan menjadi sedikit tidak nyaman, tetapi dia beradaptasi dengan cepat, menyandarkan kepalanya di bahu Arnold Bai dan diam-diam menahan rasa sakit di perutnya.

"Uh!"

Tiba-tiba, perutnya tiba-tiba terasa sakit. Yolanda Duan memegangi perutnya dan keringat dingin di dahinya langsung menetes keluar.

"Yolanda!"

Arnold Bai berseru, berusaha memperbaiki tubuhnya, tetapi menemukan bahwa gadis itu seperti menyusut menjadi bola, "Ada apa denganmu?"

"Jangan sentuh aku!"

Setelah hidup lebih dari 20 tahun, Yolanda Duan tentu tahu apa perasaan ini. Ada arus hangat di tubuh bagian bawahnya, sangat jelas, ini adalah periode menstruasinya!

Periode menstruasinya selalu tidak akurat, dan karena alasan pelatihan, pasti selalu akan ada rasa sakit. Rasa sakitnya kali ini bahkan menjadi lebih buruk. Diperkirakan itu karena dia meminum bir dingin dan sushi dingin tadi malam.

"Apa yang salah denganmu? Dimananya yang tidak nyaman?" Arnold Bai melihatnya sangat tidak nyaman. Dia sudah lama meninggalkan kesan pangerannya dan melihat dari atas ke bawah untuk menemukan apa yang salah dengan gadis itu.

Yolanda Duan dengan cepat mendorongnya menjauh dan berdiri, "Aku baik-baik saja."

Ketika dia berdiri, kebetulan dia membelakangi Arnold Bai. Ketika dia menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, Arnold Bai sudah melihat potongan basah di tubuh belakangnya dan segera mengerti.

Tanpa berkata-kata, dia membuka kancing jaketnya dan melilitkannya di pinggang Yolanda Duan.

“Ayo kita pulang sekarang.” Wajah Arnold Bai masih lembut, tetapi kata-kata yang diucapkannya tidak lagi bernada negosiasi.

Yolanda Duan memerah sampai ke akar telinganya dan sedikit menundukkan kepalanya, "Ya."

Arnold Bai berbalik dan meletakkan Yolanda Duan di pelukannya. Ketika Yolanda Duan tersadar, tangannya sendiri sudah terlilit erat di leher pria itu, "Apa yang kamu lakukan?"

Melihat ekspresi gugupnya, Arnold Bai tersenyum, "Bisakah kamu berjalan kaki dan pulang seperti ini sekarang?"

“Turunkan aku, aku akan mencobanya.” Yolanda Duan memberontak beberapa kali di pelukan Arnold Bai dengan tidak nyaman, tetapi tidak berani menatap langsung ke matanya.

"Sudah, jangan ribut lagi, aku akan membawamu pulang sekarang."

Arnold Bai tidak memiliki ekspresi apapun di wajahnya, tetapi langkah kakinya cepat. Dia melihat wajah Yolanda Duan memucat, tahu bahwa itu bukanlah sesederhana periode menstruasi. Untungnya, mereka baru berjalan sebentar dan kembali ke mobil dengan cepat.

"Tahanlah sebentar, aku akan segera membawamu ke rumah sakit."

"Tidak... tidak perlu!"

Yolanda Duan memaksa dirinya untuk berdiri, lalu bangkit duduk dari kursi mobil. "Rumah sakit tidak bisa mengobati penyakit ini.." Ketika berbicara sampai setengah, alis Yolanda Duan berkerut, lagi-lagi ada arus kehangatan lain di bawahnya.

"Bawalah aku ke supermarket!"

Mobil perak abu-abu melaju dengan cepat, diikuti oleh mobil hitam di belakangnya, dan Yanti Duan mengambil gambar riasan lembutnya dengan ponselnya. "Kak Evardo, aku digigit nyamuk di wajahku. Kamu berhentilah di apotek depan."

"Ya."

Evardo Ye menginjak rem dan berhenti di belakang mobil abu-abu perak.

“Tunggulah aku sebentar di sini, aku akan segera kembali.” Setelah itu, Yanti Duan membuka pintu dan berlari keluar.

Di sini, di dalam mobil abu-abu perak, Arnold Bai menatap Yolanda Duan dengan gelisah, "Ada sebuah toko kecil di sini, bagaimana kalau aku turun untuk membelinya?"

Yolanda Duan begitu terdiam karena kesakitan sehingga langsung membiarkan pria itu turun. Jangankan sulit baginya untuk keluar dari mobil, sebuah noda di bagian belakang celananya pasti akan membuatnya malu.

Arnold Bai memahami rasa malunya dan berjalan langsung ke supermarket. Dengan punggung tegapnya, dia berjalan menuju area pembalut wanita di bawah mata iri dari gadis-gadis di supermarket.

“Dia... bagaimana dia bisa berhenti di sana!” Seorang gadis kecil menarik tatapan matanya yang kabur dan menatap gadis lain di sampingnya dengan ragu.

"Siapa yang tahu?"

"Namun... dia terlihat sangat tampan, dia pasti sudah punya pacar..."

Mereka terus berbisik, tetapi volume suara mereka hanya meningkat dan membuat wajah Arnold Bai yang tanpa ekspresi menjadi merah muda.

"Hitung."

Kedua staf di kasir seperti burung yang ketakutan, dan pelayan yang berdiri di meja kasir itu berpura-pura tenang. Setelah melihat berbagai pembalut wanita di atas meja, matanya melebar beberapa kali.

“Tu... Tuan, apakah Anda yakin akan membeli semua ini?” Staf itu menunjuk ke tumpukan pembalut wanita dan tidak bisa mempercayainya.

"Yah, hitunglah jumlahnya."

Arnold Bai mengeluarkan kartu UnionPay dari tasnya, "Ini."

"Oh... oh!" Staf terbangun dari ketakutan dan dengan cepat mengambil kartu UnionPay tersebut. Jarinya secara tidak sengaja menyentuh punggung tangan pria itu, tetapi segera menarik diri.

Setelah pembalut wanita itu dimasukkan ke dalam plastik, Arnold Bai pun keluar, tetapi dia menabrak seorang wanita yang mengangkat wajahnya dari ponsel.

“Hei, ada apa dengan kamu ini!” Setelah Yanti Duan membeli obat, dia bersiap untuk mengoleskan sedikit ke wajahnya, tetapi dia malah masuk ke pelukan seorang pria.

Arnold Bai segera berbalik dan meminta maaf, "Maaf, maaf."

“Riasan di wajahku semuanya dirusak olehmu!” Yanti Duan mengangkat kepalanya dan bergumam.

Mendongak, Arnold Bai melihat wajah Yanti Duan, dan tiba-tiba merasa adanya kekagetan, ini... bukankah dia Yolanda? Kenapa dia tidak di dalam mobil?

"Hei, hei! Kamu bicara dong!" Yanti Duan mengulurkan tangan dan menggoyangkan tangannya di depan wajah Arnold Bai, berkata dengan cemberut.

Arnold Bai tiba-tiba tersadar. Meskipun orang di depannya ini sangat mirip seperti Yolanda Duan, tetapi karakternya benar-benar berbeda.

Begitu dia teringat bahwa Yolanda Duan masih menunggunya di dalam mobil, dia tidak peduli lagi, membawa plastik besar berisikan pembalut wanita itu bergegas ke dalam mobil.

“Jangan pergi!” Yanti Duan menghentikannya.

Seberapa baik temperamen Arnold Bai, dia tidak dapat menahan cemberut, "Aku minta maaf, kamu ingin aku bagaimana?"

"Aku... apa yang bisa aku lakukan? Hanya saja. permintaan maafmu sama sekali tidak tulus!"

"Kamu..."

"Ada apa?"

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu