Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 399 Operasi, Dua Cinta (1)

Di sisi lain Justin Nan, dia sedang tidur dalam gelap, setelah beberapa hari ini jatuh dan terpuruk, dan akhirnya terbangun karena pukulan Yunardi Mu.

“Apa yang kamu lakukan? Mengapa memukulku?” Justin Nan menyeka darah dari sudut mulutnya, wajahnya kosong, terlihat tidak senang.

Yunardi Mu sudah tidak sanggup melihatnya yang seperti ini lagi, tertawa dingin, “Aku bilang ya Justin, dirimu yang seperti ini dia juga tidak melihatnya, setiap hari cuma tahu mabuk dan cari mati, bukannya cuma masalah cinta, siapa juga yang tidak pernah mengalaminya, bukankan sampai akhir kamu akan bisa kembali berdiri dan move on? Lalu apa yang kamu lakukan sekarang ini?”

Kepala Justin Nan terasa pusing, dia mengurut kepalanya, merasa lucu dan menggelengkan kepala, dirinya yan seperti ini, dirinya sendri saja sudah merasa asing, dia sudah tidak bisa menemukan cara yang lebih baik dari ini.

Mengangkat kepala, dari cermin melihat dirinya yang begitu kusut, jenggot sudah tumbuh dan menutupi mulutnya, lingkaran mata begitu gelap seperti panda.

Dalam hati tiba-tiba muncul peraaaan jijik pada dirinya sendiri, pantas saja Bianca Ye tidak menyukainya, orang sekusutnya, kalau ditukar dia, dia mungkin juga tidak akan menyukainya.

“Dia...Baik-baik saja kan?” Justin Nan melihat Yunardi Mu, dengan ragu akhirnya memutuskan untuk bertanya.

Yunardi Mu menertawakannya, “Tentu saja baik, makan dengan lahap dan minum dengan enak.”

Dia sebenarnya tidak tahu keadaan Bianca Ye. Sejak perpisahan saat itu, dia belum ada bertemu dengannya lagi, tapi untuk membuat Justin Nan keluar dari lingkaran gelapnya, dia hanya bisa membuat sebuah kebohongan.

“Benarkah?” Justin Nan menundukan kepala sedih, sudah seharusnya memang begitu, apa yang masih dia harapkan darinya?

Berharap dia bisa merasa bersalah dan sedih?

Tidak, Justin Nan menggelengkan kepala, perasaan dikasihani seperti ini dia tidak menginginkannya!

Dia menepuk lipatan kusut di bajunya. Dengan memegang dinding dan terhuyung-huyung berdiri, kepalanya masih terasa berat, rasanya seperti belum bisa berdiri dengan kuat, tapi jarinya memegang dinding dengan kuat hingga bisa dengan cepat mengontrol tubuhnya.

“Terima kasih, Yunardi!” Dia menepuk bahu Yunardi Mu dengan kuat sebanyak 2 kali.

Walaupun pertemanan mereka belum begitu dalam, tapi melihatnya mau membantunya sampai seperti itu, dia sudah sangat berterima kasih.

Hari ini walaupun sudah dipukul beberapa kali. Tapi akhirnya bisa membuatnya lebih sadar, oleh karena itu juga, dia memang sudah seharusnya untuk berterima kasih padanya, kalau bicara lebih serius, perkataan terima kasih yang diucapkan hanya melalui mulut itu tidak cukup menunjukan rasa terima kasih yang sesungguhnya.

Yunardi Mu juga hanya sekalian lewat, masuk dan melihatnya, siapa yang tahu ternyata pintunya tidak tertutup, oleh karena itu dia bisa langsung dari pintu kamar besar dengan lancar masuk ke dalam kamarnya.

Dia menatapnya dengan begitu dalam. “Ya kamu jaga dirimu baik-baik lah!”

Setelah mengatakan itu, tanpa melihatnya lagi pergi dari sana, melajukan mobil yang berhenti di depan pintu besar, meninggalkan Justin Nan yang masih setengah sadar.

Tapi dia sekarang sudah memiliki pikiran, tahu apa yang dia tengah lakukan sekarang, lantai yang penuh dengan botol anggur begitu berantakan membuatnya kesal, setiap satu langkah, akan selalu ada sebotol anggur merah, membuat tubuhnya yang masih terhuyung-huyung semakin kesulitan.

Dia berjalan sampai di depan jendela, membuka, mendorong sedikit jendela, lalu duduk di atasnya, menunggu matahari perlahan masuk membias ke jendela, dia menyipitkan mata, sedikit tidak terbiasa dengan cahaya yang datang.

Asalkan dirinya tenang, seluruh pikirannya akan penuh dengan bayangan Bianca Ye, ingin sekuat tenaga membuangnya jauh-jauh dari pikirannya, tapi saat dia telah tidak memikirkannya, dia malah merasa begitu takut.

Perasaan ini terus menyiksa hatinya, membuatnya tidak bisa memikirkan hal lainnya.

“Ah!” Justin Nan dengan kesal melayangkan tinjuannya pada jendela di depannya, seketika langsung memecahkan kacanya dan menyisakan luka di tangannya.

Justin Nan menarik tangannya, tapi tidak merasakan apapun, hanya dalam hatinya terasa begitu mati rasa dan mengerikan, dia ingin setelah melewati ini, tidak ada lagi orang yang bisa melukainya!

Tapi...

Tapi sialan ini dia benar-benar butuh pertolongan bantuan, bahkan kalau itu bisa fatal, dia masih merasa akan bahagia memiliki keberadaan seperti itu, dan bukan yang sejak saat ini hanya bisa memperhatikannya dari jauh.

Dia tidak tahu Bianca Ye menyukai laki-laki seperti apa. Tapi saat dia terpikir dia akan bersama bermesraan dengan laki-laki lain, hatinya terasa begitu sakit dan tidak bisa menerima itu semua.

Segala adegan mesra itu, tidak ada dia, dia merasa begitu jijik, tapi dia tidak punya cara, karena walau bagaimanapun dia tidak bisa mendapatkannya...

Dia bukan untuknya...

...

Rumah keluarga Ye.

Bianca Ye duduk di tepi jendela sedang melamun, dia dengan malas mengangkat tangannya, cahaya matahari melewati jarinya. Dia merasa begitu hangat.

Dari perasaan awal yang terkejut, sampai di keraguan, Bianca Ye sudah tidak memiliki perasaan lainnya, dia sudah tidak lagi mencari berbagai alasan untuk Justin Nan, yang sekarang tersisa hanyalah kekecewaan.

Dia pasti menyalahkannya, karena dirinya saat itu telah menolaknya mentah-mentah, salah dirinya sendiri, terlambat untuk mengerti perasaannya sendiri. Kalau dari awal tahu...

Dari awal tahy dia pasti tidak akan dengan mentah-mentah menolaknya, tapi yang di atas tahu dia kapan akan menyadari perasaannya, kalau dia memberinya harapan, dia pasti tidak akan menunjukan tatapan seperti itu, atau bisa jadi dirinya mungkin akan semakin lama menyadari perasaannya.

Dia sekarang tidak mengangkat teleponnya, pasti ada alasannya, dia tidak seharusnya menyalahkannya!

Tapi...Tapi hatinya mengapa terasa begitu sakit?

Mungkinkah malam itu setelah dia pergi, masih ada lanjutannya lagi. Dia disana melihat wanita lain, lalu melanjutkan acara itu lagi, dan keduanya mulai bersama?

Bianca Ye semakin berpikir semakin merasa ada kemungkinan, dalam hatinya berdegup beberapa kali, memegang hp, tidak tahu harus bagaimana baiknya.

Beberapa angka di layar hp membuatnya begitu bimbang, dia di sana terdiam beberapa menit, hingga akhirnya menutup kembali hpnya.

Kalau dia tidak mendapatkannya, maka dia lebih memilih untuk tidak mengetahui hidupnya, lalu memberikan dirinya sendiri sebuah imajinasi, itu akan lebih baik baginya.

Bianca Ye merasa begitu sedih memikirkannya, dirinya duduk di tepi jendela, aura tubuhnya memancarkan perasaan sedih dan jatuh terpuruk.

Christy Mu membuka pintu, melihatnya dengan rambut berantakan duduk di tepi jendela, seluruh tubuhnya terlihat telah kehilangan jiwa.

“Kenapa?” Christy Mu mendekatinya, mengelus kepalanya.

Bianca Ye tidak menghindar, dengan patuh menerima ketenangan yang diberikan ibunya. Duduk disana diam tak bergerak, dia tidak menjawab pertanyaan Christy Mu, karena dirinya sendiri tidak tahu mengapa bisa sesedih itu, semua itu hanyalah pikirannya, dan dia tidak punya bukti atas pikirannys itu.

Christy Mu melihatnya tidak tega, “2 hari lagi, kami akan menyiapkan pesta spesial untukmu, yuk semangat dan pergi ke acaranya?”

“Aku tidak mau pergi lah.” Bianca Ye sekarang mendengar ada acara, tanpa berpikir banyak akan langsung menolaknya, dalam hatinya saat ini ada orang lain, dia tidak bisa menarik diri darinya dan mengikuti acara lain.

“Pergilah, kamu terus di rumah akan selalu merasa sedih, kalau pergi nanti siapa yang tahu moodmu akan bisa berubah lebih baik kan.” Christy Mu tanpa menyerah masih membujuknya, “Lagipula, yang datang ke pesta itu semuanya anak-anak muda yang tampan dan hebat, kamu kebetulan bisa memilih satu dari mereka.”

“Semua akan datang?” Bicara sepanjang itu, Bianca Ye hanya memperhatikan kalimat itu.

Dia...mungkinkah akan datang juga?

“Baik, aku pergi.” Datang atau tidak, dia disana baru bisa mengetahuinya.

Mendengarnya berkata seperti itu, Christy Mu akhirnya baru bisa bernafas lega, menemaninya duduk di tepi jendela, keduanya masih berbicara beberapa kata, melihatnya yang tidak lagi terlalu sedih, dia baru bisa tenang dan pergi meninggalkannya.

...

Evardo Ye memeluk pinggang Yolanda Duan, menyuruhnya turun dari ranjang dengan perlahan, luka beberapa hari ini sudah mulai membaik, setidaknya sudah tidak berdarah lagi.

Setiap melangkahkan satu kaki, sakit di perutnya akan kembali terasa, tapi dia dengan menggertakan gigi menahan rasa sakit, dan tidak mengeluh mengeluarkan satu katapun.

“Kalau memang sakit sekali, kita naik dan baring beberapa hari lagi.” Evardo Ye melihat dahinya yang bercucuran keringat dingin, mengambil sapu tangan dan membersihkannya.

Yolanda Duan mengangkat kepala, memaksa tersenyum padanya, dengan tatapan mata yang menunjukan pemikirannya bahwa, “Aku bisa kok!”

Tapi wajah Evardo Ye masih tidak terlihat tenang, karena kalau luka telah sembuh itu berarti, jarak untuk melakukan operasi sudah tidak jauh lagi, dia sungguh takut kalau...

Yolanda Duan juga merasakan kalau Evardo Ye memiliki suatu masalah, mencari tempat dan duduk, dengan bingung melihatnya.

Evardo Ye yang dilihatnya merasa tidak enak, mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bianca Ye tidak membiarkannya menghindar, menggenggam tangannya, lalu di tangannya menulis beberapa kata.

Kamu sedang ada masalah ya?

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu