Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 564 Persiapan Pernikahan (1)

"Hm, benar. Mulai sekarang beri edukasi sebelum bayi itu lahir. Setelah lahir, dia pasti akan sangat pintar. Kalau begitu, sekarang kamu ingin bertemu dengan teman-temanmu?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu aku akan menyuruh Bianca masuk. Gadis itu, begitu dia mendengar kondisimu, dia selalu ketakutan dan tak tenang."

Ucapan itu membuat Ani Xie tak mengerti lalu bertanya: "Kenapa takut dan tak tenang?"

"Karena dia pikir karena kamu terlalu sibuk mempersiapkan acara pernikahannya, kamu kelelahan."

Ani Xie menggeleng lalu berkata: "Gadis itu benar-benar berpikir yang tidak-tidak."

"Karena kamu sudah tahu banyak sekali banyak orang yang terjebak dalam pikiran yang tidak-tidak. Jangan menggunakan cara yang sama untuk menyakiti teman-temanmu. Ingat, kamu harus banyak tersenyum."

Yolanda Duan bicara sambil berdiri membuka pintu ruangan. Di pintu masuk, Yolanda Duan melambaikan tangannya ke Bianca Ye dan Vanny.

Dengan cepat Bianca Ye melangkah masuk ke ruangan. Melihat Ani Xie yang pucat, sorot matanya menjadi sedih.

"Ani!"

Vanny menarik tangan Bianca Ye dan berkata: "Bianca, pelankan suaramu."

Sadar akan kebodohannya, Bianca Ye tersenyum meminta maaf, lalu berjalan dengan hati-hati ke depan Ani Xie dan berkata: "Ani, akhirnya kamu memperbolehkan kami bertemu denganmu. Kak Yolanda hebat sekali."

"Ya benar, ucapan kak Yolanda membuatku sadar dan tidak bingung lagi. Hanya saja Bianca... aku minta maaf."

Ucapan itu membuat Bianca Ye tak mengerti: "Kenapa minta maaf padaku?"

"Aku baru mengiyakan permintaanmu untuk mendesain acara pernikahanmu. Hasilnya malah aku mengecewakanmu, maafkan aku."

Bianca Ye mengibaskan tangannya, dengan tak peduli menjawab: "Untuk apa bicara begitu? Itukan hanya rencana pernikahan, masalah kecil. Kalian tak perlu membantuku, aku sendiri bisa melakukannya."

Mendengar ucapan Bianca Ye, wajah beberapa orang menjadi terkejut.

"Bianca, kamu bisa mempersiapkannya sendiri?"

"Tentu saja. Dulu aku takut repot, malas memperdulikan hal ini. Tapi sebenarnya, bagaimana bisa hal kecil seperti ini menyulitkanku? Siapa aku? Aku Bianca!"

Melihat Bianca Ye yang sombong, beberapa orang memunculkan senyum tipis.

"Heh, Bianca kita sudah dewasa."

Bianca Ye menggenggam tangan Ani Xie dan berkata: "Dari awal aku memang sudah dewasa. Lalu dirimu? Jangan berpikir macam-macam. Kamu harus istirahat dan melahirkan bayi yang putih dan gembul."

"Hm, aku akan berusaha."

Melihat semua orang harmonis dan gembira dan ada ekspresi senyum di setiap wajah mereka. Tiba-tiba Ani Xie merasa sangat beruntung memiliki teman yang ada di sampingnya.

Setelah mengobrol sebentar, Ani Xie kembali beristirahat. Yang lainnya meninggalkan ruangan dan pulang masing-masing.

Arah pulang Vanny dan Bianca Ye sama, lalu mereka bersama-sama ke parkiran.

Teringat dengan sikap Bianca Ye yang tadi, Vanny tak kuasa bertanya: "Aku sungguh tak menyangka, kamu setuju untuk mengurus pernikahanmu sendiri."

Bianca Ye menunduk, di wajahnya sudah tidak ada ekspresi kegembiraan yang tadi, lalu Bianca Ye berkata: "Walaupun kalian semua bilang kalau Ani Xie menjadi begini tidak ada hubungannya denganku, tapi aku selalu merasa, jika masalah pribadiku tidak mengganggunya, mungkin... kekhawatiran pada dirinya akan berkurang sedikit. Atau mungkin tidak akan terjadi hal ini."

"Tentu saja ini pikiran burukku. Tapi terkadang aku paham. Karena aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal, menyelenggarakan pernikahan, aku pikir tentang masalahku, lebih baik aku sendiri yang repot."

Perubahan Bianca Ye membuat orang-orang terkejut dan juga lega.

Sebagai teman, tentu saja Vanny sangat senang melihat perubahan Bianca Ye lalu Vanny berkata: "Aku lega sekali. Jika ada sesuatu, kamu boleh meminta bantuanku."

Bianca Ye mengulurkan tangannya mencubit pipi Vanny, dengan mata menyipit berkata: "Kamu memiliki waktu, tetapi kamu baru bisa membantuku kalau Yunardi melepaskanmu. Lihat tatapan dia yang setiap hari melihatmu, seperti kapan saja dia bisa memakanmu. Jika aku mengambil waktumu, dia pasti akan tidak senang."

"Kamu yakin mau membantu?"

"Hm."

Bianca Ye mengangkat tangannya lalu meletakkannya di bahu Vanny dan berkata: "Baiklah, besok kalau ada waktu temani aku ke toko perhiasan. Desain baru gaun pernikahan sudah selesai, setelah itu aku mau memilih perhiasan."

"Jalan-jalan ada pekerjaan yang mudah. Aku ikut!"

"Baiklah, besok aku akan mencarimu."

"Oke."

Kebetulan Justin Nan sedang menunggu di parkiran. Melihat Bianca Ye lalu melambaikan tangannya.

Bianca Ye duduk di dalam mobil dan berkata: "Tolong antar Vanny dulu ke sekolah."

Mendengar ucapan itu, Justin Nan bertanya sambil tersenyum: "Aneh sekali. Kenapa Yunardi tak datang?"

"Aku berangkat dari sekolah, Yunardi tidak tahu."

"Oh, pantas saja kamu sendirian."

Begitu dibicarakan, wajah Vanny memerah malu.

Vanny menggerakan tubuhnya tak nyaman lalu berkata: "Kamu hanya tinggal menjalankan mobilnya, kenapa banyak bertanya?"

Melihat Vanny malu, Bianca Ye menggantikan Vanny menjawab: "Baiklah jangan banyak bicara seperti ibu-ibu. Ah benar, besok aku dan Vanny mau jalan-jalan. Besok kamu jangan mencariku."

Mendengar ucapan tersebut, giliran wajah Justin Nan yang  kecewa, berekspresi seperti ditelantarkan: "Sungguh tak perlu ku temani? Aku bisa membantu membawa barang."

"Kita bukan pergi untuk belanja, kita tak akan membawa banyak barang. Lagipula ada Vanny yang menemaniku. Aku tak membutuhkanmu."

Justin Nan mendesah kecewa: "Aduh, lihat posisiku. Aku dihindari begini."

Bianca Ye mendengus tak suka: "Jelas-jelas kamu memiliki banyak kesibukan yang harus kamu lakukan. Aku takut kamu tidak bisa melakukan kedua hal dalam waktu bersamaan!"

"Ya ya ya, ucapanmu benar." Saat mereka bicara, mobil sudah sampai di depan pintu rumah sakit. Di sana ada banyak sekali wartawan yang mengangkat kamera.

Justin Nan menaikkan alisnya dan bertanya, "Orang-orang yang di luar pintu rumah sakit itu wartawan?"

Bianca Ye mengernyit dan berkata: "Paparazzi. Tapi kejadiannya sudah berlalu beberapa hari, kenapa mereka belum pergi?"

"Ani adalah artis terkenal. Saat terjadi hal seperti ini, pasti mereka akan mengejar terus untuk membuat laporan."

Kerutan di dahi Bianca Ye semakin banyak, "Menyebalkan sekali! Ini adalah rumah sakit, tapi mereka masih menempeli Ani! Tunggu saja sampai aku memberi mereka pelajaran!"

Bianca Ye menyuruh Justin Nan menghentikan mobil.

Vanny khawatir Bianca Ye akan melakukan sesuatu yang ekstrim, Vanny pun berteriak: "Bianca, tenang!"

Tapi belum Bianca Ye turun dari mobil. Para paparazzi di luar seperti melihat hantu, mereka membawa kamera mereka lalu berlari.

"Apa yang terjadi?"

Bianca Ye memiringkan kepalanya, lalu berkata sendiri: "Apakah mereka merasakan aura membunuhku?"

Justin Nan tertawa dan berkata: "Pasti itu ulah Yonardo. Dia sekarang sedang kesal dan orang-orang itu masih mencarinya. Bukankah itu cari mati?"

Hm, itu mungkin.

Melihat lapangan kosong di luar, Vanny tak kuasa menghela napas: "Aduh, akhir-akhir ini banyak sekali masalah."

Sesampainya di sekolah, jam makan siang sudah lewat, tidak tersisa makanan apapun. Vanny langsung pergi ke kedai makanan di pintu masuk sekolah dan membeli dumpling kukus.

Vanny sibuk seharian, perutnya lapar sekali. Vanny mengambil sumpitnya dan mulai makan.

Ketika Vanny sedang enak-enaknya makan, ponselnya berdering.

Vanny mengambil ponselnya dan ternyata Yunardi Mu menelponnya.

"Halo?"

Suara Yunardi Mu sangat lembut, seperti orang yang berada di sebrang telepon bisa mendengar kelembutannya yang seperti air.

"Vanny, sedang apa?"

"Makan siang."

"Ha? Ini sudah jam berapa? Kenapa baru makan siang?"

"Pagi tadi aku ke rumah sakit. Aku baru pulang."

"Ke rumah sakit? Kenapa tidak bilang padaku."

Nada suara Yunardi Mu seperti Vanny sedang melakukan sesuatu diam-diam. Vanny tak kuasa memunculkan senyum pasrahnya lalu berkata: "Setiap hari aku harus menjenguk Ani. Bukankah kamu tahu? Apakah setiap hari aku harus laporan padamu?"

"Bukan itu maksudku. Aku hanya berpikir, bisakah aku bertemu denganmu dalam waktu yang lama? Vanny, aku merindukanmu."

Gombalan Yunardi Mu membuat Vanny merinding.

Vanny mengusap lengannya dan menjawab: "Bukankah kita kemarin bertemu?"

"Itu kemarin. Hari ini kita tak bertemu. Apakah sore nanti kamu ada waktu? Ayo makan bersama."

"Sore nanti tidak bisa. Di sekolah ada rapat besar."

Jawaban itu membuat Yunardi Mu kecewa: "Malam nanti aku harus rapat, aku tidak bisa mengosongkan waktu. Sepertinya hanya bisa besok kita bertemu."

"Mungkin besok juga tidak bisa."

Awalnya Yunardi Mu sudah tidak senang, mendengar jawaban Vanny, rasanya seperti mimpi buruk.

"Kenapa tidak bisa lagi?!"

Vanny mengunyah dumpling kukusnya sambil menjawab: "Aku sudah janji pada Bianca untuk jalan-jalan. Aku tidak tahu kapan selesainya."

Tahu bahwa Vanny sudah memiliki rencana sendiri. Yunardi Mu tak kuasa memunculkan ekspresi kecewanya: "Vanny, apa kamu tega melihat aku rindu padamu hingga sakit?"

"Jangan bilang seperti itu. Pokoknya, setelah aku selesai jalan-jalan, aku akan mencarimu."

Ucapan itu membuat mata Yunardi Mu berbinar, "Sungguh?"

"Sungguh."

"Baiklah. Aku akan menunggumu di kantor. Kamu tidak boleh ingkar janji, kalau tidak... huh lihat saja!"

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu