Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 401 Ketika Saingan Bertemu (1)

"Setelah beberapa hari, akan ada jamuan makan. Maukah kamu pergi?"

Justin Nan mengerutkan kening. Dia belum seakrab itu dengan Yunardi Mu. Biasanya, hanya dia sendiri yang akan tahu tentang hal-hal seperti itu. Tetapi hari ini, dia bahkan tidak mengetahuinya hingga sekarang.

Dia dengan ringan menghindari sebuah mobil yang melaju, dan bertanya, "Apakah ada yang istimewa?"

"Tidak ada yang istimewa, hanya saja, kali ini adalah acara kencan buta Bianca. Tidak apa-apa jika kamu tidak datang."

Ketika mendengar kata 'Bianca' ini, hati Justin Nan seperti berdarah karena kesakitan. Dia berusaha menstabilkan suaranya, "Kalau begitu, aku tidak akan pergi lagi. Aku juga tidak memiliki kekuatan untuk berkompetisi."

"Aku tidak peduli akan itu. Aku sudah menyampaikan pesan ini padamu, apakah kamu datang atau tidak, itu urusanmu." Yunardi Mu menyelesaikan kalimat ini dan segera menutup telepon.

Justin Nan memarkirkan mobil di samping, hampir tidak bisa bernafas karena sakit hati. Tadinya itu, dia hanya marah sesaat pada Gilbert Nan. Sebenarnya, dia sendiri juga tidak yakin apakah alasan Bianca Ye menolaknya adalah karena masalah generasi sebelumnya, atau dia memang tidak menyukainya!

Dia takut jika dirinya telah menyelesaikan masalah generasi sebelumnya, tetapi pada akhirnya, Bianca Ye masih saja menolak dirinya. Pada saat itu, dia tidak bisa lagi menipu dirinya sendiri, mengira bahwa Bianca Ye menyukai dirinya, hanya saja terhambat oleh keluarga...

...

Keesokan harinya, Justin Nan dibangunkan oleh suara bel di pintu. Dia menggosok rambutnya dengan kesal dan bangkit dari tempat tidur untuk membukakan pintu bagi orang yang membunyikan bel.

"Siapa?"

Begitu pintu terbuka, dia melihat Lora Lin sedang menatapnya sambil tersenyum, dan Justin Nan menggosok sepasang matanya yang masih mengantuk.

"Nona, apakah kamu datang ke pintu yang salah?"

Lora Lin mengangkat termos di tangannya dan mengocoknya dua kali di depannya, "Tidak kok, aku membawakan sarapan untuk kakak Justin!"

"Kenapa, kamu tidak membiarkanku masuk?"

Justin Nan membukakan setengah langkah dan membiarkannya berjalan masuk.

Lora Lin memasuki pintu dan melihat ruang tamu yang berantakan, tidak bisa untuk tidak mengerutkan alisnya yang indah. "Kenapa ruang tamu ini begitu berantakan!"

“Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini.” Bagaimanapun, Justin Nan juga seorang lelaki. Dia menggaruk kepalanya dengan sedikit canggung ketika dia terlihat seperti ini.

"Lupakanlah. Kak Justin, kamu harus makan sarapan dulu, nantinya aku akan membereskannya untukmu!"

Lora Lin membukakan setengah meja dari tumpukan sampah dan meletakkan makanan di sana.

Justin Nan duduk dengan patuh dan bertanya, "Bagaimana kamu tahu jika aku tinggal di sini?"

“Ah?” Lora Lin panik sejenak, tetapi dengan cepat menjadi tenang.

"Paman takut jika kamu tidak makan sarapan, jadi dia membiarkanku untuk membawakannya untukmu, pamanlah yang memberiku alamatmu!"

“Dia?” Justin Nan mencibir, bagaimana dia bisa memedulikan kehidupannya? Apakah dia masih belum melihat dengan jelas melalui tamparan kemarin?

Justin Nan teringat dengan apa yang terjadi tadi malam, sedikit tidak bisa menahan diri. "Lain kali, jangan pernah mengungkitnya di hadapanku lagi, kalau tidak, kedepannya kamu juga jangan lagi muncul di hadapanku."

“Oke!” Lora Lin langsung mengiyakan.

Justin Nan adalah orang yang tidak punya hati. Setelah mendengar jawabannya, dia pun telah melupakan apa yang pernah dia katakan, dan kemudian makan dan minum dengan tidak sungkan.

Setelah makan, Justin Nan berbaring di atas sofa, tetapi Lora Lin masih belum pergi. Gadis itu benar-benar menepati janjinya, yaitu langsung mulai membantunya membereskan ruang tamu.

Justin Nan memperhatikan sosoknya yang sibuk keluar masuk, tetapi tidak ingin melangkah maju untuk membantunya, melainkan membandingkan dirinya dengan Bianca Ye di kepalanya.

Dengan kepribadian Bianca Ye, jika dia melihat ruangan yang begitu berantakan ini, hal pertama yang akan dia pikirkan bukanlah untuk pergi membereskannya, melainkan memukuli Justin Nan untuk menyuruhnya membereskannya.

Dia berpikir, inilah perbedaannya. Tidak peduli seberapa buruk emosi dari orang yang dia sukai, Justin Nan juga akan merasa bahwa dia imut. Namun, terhadap orang yang tidak dia sukai, tidak peduli seberapa banyak kelebihan yang orang itu miliki, dia juga tetap akan acuh tak acuh.

"Kak Justin?"

Justin Nan tersadar dan melihat sepasang mata besar yang menatap dirinya. Dia tertegun, "Apakah sudah beres?"

"Ya."

Lora Lin membukakan jalan setengah langkah, membuat penglihatan Justin Nan pun segera melebar. Ruang tamu itu benar-benar seperti direnovasi. Botol-botol bir yang awalnya berantakan, pakaian-pakaian kotor, dan juga sepatu yang dilemparkan kemana-mana, semuanya telah benar-benar disingkirkan.

Semua pakaiannya telah dicuci dan digantung di balkon, seluruh ruangan itu dipenuhi dengan aroma sinar matahari, dan lantainya menjadi seperti cermin dengan cepat. Justin Nan meliriknya dengan santai, dan pandangan matanya tertata dengan rapi.

Dia mengangguk puas, "Ya, bagus juga."

Lora Lin tersenyum dan menunggu kata-kata selanjutnya. Siapa yang tahu jika dia hanya mengatakan kalimat ini dan tidak mengatakan apa-apa lagi, kemudian hanya bersila untuk bermain ponsel di atas sofa.

"Kakak Justin..." Lora Lin menyeringai tidak puas.

Justin Nan mendongak dari ponselnya dan bertanya dengan ragu, "Kenapa? Ada apa lagi?"

Lora Lin menatapnya dengan sedih dan tidak tahu harus berkata apa. Setelah beberapa saat, Justin Nan kehilangan kesabarannya dan kemudian mengambil setumpuk uang dari dalam laci dan menyerahkannya kepadanya.

"Terima kasih sudah membawakan sarapan untukku, anggap saja ini sebagai sedikit rasa terima kasih diantara teman."

Lora Lin menggigit bibirnya, tetapi hanya menatap lurus ke arahnya, juga tidak berbicara, dan tidak menerima uang itu.

“Apa yang sebenarnya kamu inginkan?” Justin Nan bertanya dengan tidak sabar.

"Kakak Justin, aku tidak mau uang. Aku hanya berharap kamu bisa memperlakukanku sebagai teman baik."

Justin Nan akhirnya mulai menatap Lora Lin, "Kamu harus tahu kalau aku sudah mempunyai seseorang di hatiku!"

"Aku tahu, tetapi aku tidak peduli!"

"Tetapi aku peduli!"

Justin Nan memasukkan uang itu ke dalam tasnya, "Aku tidak ingin membuat orang yang kusukai salah paham. Ambillah uang ini, maka kita termasuk sudah bersih. Jangan lagi mengambil hal-hal yang menyangkut perasaan untuk dijadikan bahan bercandaan."

Lora Lin memandangi Justin Nan dengan sedih, dengan beberapa tetes air mata di matanya.

Justin Nan menoleh, "Kamu jangan lagi bermain kartu emosional. Itu tidak akan berguna untukku, juga untukmu."

"Tetapi kak Justin, dia tidak menyukaimu!"

"Ini bukan urusanmu!" Bahkan jika dia tidak menyukaiku, aku juga bersedia untuk meninggalkan semua wanita di sekitarku untuknya. Ini adalah pilihannya sendiri dan tidak ada hubungannya dengan orang lain.

"Kamu pergilah..."

Justin Nan berhenti berbicara omong kosong dengannya dan langsung naik ke atas. Lora Lin berdiri di bawah dan mengawasinya menutup pintu kamar, sebelum dia mengepalkan tinjunya.

Bianca Ye! Tunggu saja, aku akan membuat kakak Justin menyukaiku!

Dia membawa tasnya dan meninggalkan vila. Setelah Justin Nan melihatnya pergi, dia baru menahan nafas lega. Makhluk seperti wanita ini sangat sulit untuk dihilangkan! Untungnya, dia akhirnya bisa mengusir gadis itu. Dia juga tidak bisa tinggal lebih lama lagi di tempat ini. Siapa yang tahu jika gadis itu akan datang lagi lain kali, maka bisakah dia beristirahat?

Setelah mengambil keputusan, Justin Nan segera mengemasi barang-barangnya dan teringat bahwa dia masih memiliki sebuah apartemen di pusat kota. Meskipun ia tidak sebesar vila ini, tetapi itu masih lebih dari cukup untuk hidup sendirian.

...

Hari pesta itu semakin dekat. Bianca Ye membuat Christy Mu tersiksa, dan setelah kali kelima, gaya rambutnya akhirnya selesai.

Christy Mu menurunkan dagunya, memandang ke sekeliling Bianca Ye untuk waktu yang lama, lalu menatap ke hasil karyanya dan mengangguk puas.

"Ini tidak buruk. Kamu memang putriku yang terlahir cantik, ditambah dengan keahlianku yang hebat ini, kamu benar-benar terlihat glamor!"

Bianca Ye memalingkan matanya secara diam-diam, tetapi dia harus menahannya di mulutnya, "Ya, ya, ya. Semua ini karena keahlian ibu, terima kasih bu!"

"Huh, anggap saja kamu memiliki hati nurani."

Meskipun dia tidak dalam keadaan linglung lagi dalam beberapa hari ini, tetapi dia selalu merasa aneh dan tidak tertarik dalam segala hal.

"Sudah, waktu juga sudah tidak pagi lagi, ayo kita pergi!"

Bianca Ye mengangguk dan memegang pergelangan tangan Christy Mu dengan penuh kasih sayang, "Akhirnya aku bisa makan!"

"Makan makan makan, kamu hanya tahu makan!" Christy Mu menyentuh ujung hidungnya dengan manja dan tak berdaya.

Bianca Ye menjulurkan lidahnya dan tersenyum main-main...

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu