Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 182 Awasi Dan Habisi Wanita Itu (2)

Ericko Ye semakin marah dan berhenti di depan pria yang masih pingsan di lantai itu, seperti sedang berpikir bagaimana membereskan pria itu.

"Lanjutkan." Brian Zhang berteriak. Tadi saat dia mendapat telepon dari Ericko, dia tahu sudah terjadi masalah besar, tapi tidak menyangka ternyata masalahnya separah ini.

"Kita sudah memantau kompleks ini selama beberapa hari, dan menyadari ada orang yang menjaganya terus, sama sekali tidak ada kesempatan untuk bergerak. Setelah kami memberitahu mereka, katanya tidak usah khawatir, mereka akan menyelesaikan masalah ini. Mengenai bagaimana cara menyelesaikannya, kami tidak tahu."

"Baik, karena tugas mereka untukmu adalah memperkosanya, kenapa kalian masih mau mencuri uang?" Ericko Ye bertanya dengan dingin.

Orang itu mengelap keringat dingin yang ada di dahi, lalu berkata, "Kami pikir karena sudah datang, jadi sekalian ambil saja. Setelah tugas selesai, kami bawa uang ini pergi dari Kota A."

"Huh, perhitungan kalian itu pintar juga." Ericko Ye berjalan ke depan orang itu, lalu mengangkat dagu orang itu dengan pisau, membiarkan orang itu bertatapan dengan dirinya, lalu bertanya satu demi kata, "Siapa orang yang menyuruhmu itu?"

Pria itu melihat mata Ericko Ye yang indah juga memancarkan kedinginan itu, hatinya tanpa sadar merasa takut, "Aku tidak kenal."

"Kalau begitu bagaimana caramu menghubunginya setelah berhasil?"

"Menelpon, sambil menyerahkan uang, sambil mengirim foto." pria itu menjawab dengan jujur. Keberaniannya sudah habis.

"Pukul sekarang." Ericko Ye melempar pisau pada Brian Zhang, lalu memindahkan kursi dari dapur ke seberang pria itu.

Brian Zhang menerima pisau itu lalu menyentuhkan ujung pisau ke dada penjahat. Asal memasukkan sedikit saja, maka pria itu sudah bisa meninggal.

Pria itu mengeluarkan ponsel dari dalam kantong, lalu dengan tangan gemetar menemukan sederet nomor. Baru saja mau menelpon, Ericko Ye berkata, "Buka loudspeaker."

Pria itu memencet tombol loudspeaker dengan patuh. Setelah 3 kali dering, pihak seberang mengangkatnya.

"Halo?" sebuah suara berat terdengar, "Siapa ini?"

Pria itu menarik napas dengan dalam lalu berkata, "Ini aku. Aku sudah melaksanakan tugas. Ketemu dimana?"

"Oh~ kenapa lama sekali?" suara yang di seberang mengandung nada menghina.

Pria itu melihat ke arah Ericko Ye, lalu membuat suatu kebohongan, "Itu, temanku suka bermain ..."

"Hehe ..." pria di seberang tertawa, "Namanya juga pria, aku mengerti. Pasti karena bertemu wanita cantik, tidak tahan 'kan."

Keringat di dahi pria itu menetes satu per satu. Dia tidak berani ikut campur dalam hal ini, karena pisau yang berada di depan dadanya sudah masuk ke dalam kulitnya, "Dimana kita bertemu?"

"Di bar waktu itu. Sekarang jam 7.40. Satu jam kemudian, aku tunggu kamu di tempat lama."

"Baiklah."

Setelah menutup telepon, si penjahat memberitahu dengan gemetar, "Di sebuah bar bernama Night Flavour di Chengxi."

"Bagaimana dengan tempat lama?"

"Kamar 106."

"Bagaimana tampangnya?"

Pria itu mengingat-ingat lalu berkata, "Tidak tinggi, kurang lebih 30 tahunan, kurus, tinggi 170 cm, bermata sipit."

Ericko Ye berkata pada Brian Zhang, "Telepon Herry, suruh dia bawa beberapa orang ke sana. Setelah berhasil menangkap orangnya, bawa ke villa."

"Baik, tuan."

Setelah Brian Zhang pergi menelpon, Ericko Ye melihat pria di hadapannya ini dengan kaki tersilang, lalu tersenyum sambil berkata, "Kalau kamu, menurutmu bagaimana aku harus membereskanmu?"

"Tuan Ye, Tuan Ye." pria itu berjalan maju sambil berlutut lalu memohon, "Aku sudah tahu aku salah. Mohon tuan lepaskan aku, aku mohon. Aku tidak akan berbuat seperti ini lagi kedepannya."

Ericko Ye mendengus, lalu membentak, "Sekarang kamu memohon-mohon aku? Saat dia memohon kalian, bagaimana sikap kalian?"

"Tuan Ye, aku benar-benar sudah tahu salah." pria itu seperti teringat sesuatu dan menunjuk rekan di belakangnya itu, "Dia, dia yang ingin memperkosa nona ini. Aku waktu itu bahkan berkata tidak boleh, aku tidak menyentuh nona ini. Itu benar, aku benar-benar tidak menyentuh nona ini."

"Tidak menyentuh dia? Apa kamu tidak menahan kakinya?" Ericko Ye teringat kembali pada pemandangan pertama saat dia tiba di sini dan kemarahan dalam dirinya kembali bangkit. Tapi apa yang pria ini katakan benar juga, jadi dia berkata, "Baik, aku tidak akan bunuh kamu. Apa namamu?"

Pria itu berkata dengan suara kecil, "Nico Zhou."

"Bagaimana ejaannya?"

Pria ini tidak tahu apa yang Ericko Ye mau lakukan, hanya bisa menjawab dengan patuh, "N,I,C,O Z,H,O,U."

Ericko Ye menatap dingin pria itu, setelah memastikan pria itu tidak berbohong, dia mengeluarkan ponsel lalu menelepon seseorang, "Ketua tim Zhao, ini aku ... dalam daftar penjahat di website kalian, apakah ada yang namanya Nico Zhou? Ejaannya N,I,C,O Z,H,O,U ... tidak usah mencari lagi, ada di aku sini. Suruh orang ke sini, aku kirimkan alamatnya."

Begitu Nico Zhou mendengar itu, tubuhnya langsung terjatuh ke lantai dan wajahnya pucat. Dulu dia sering mencuri dan sudah dari dulu dimasukkan dalam daftar blacklist kepolisian.

Setelah Ericko Ye mengirim SMS, dia menatap Nico Zhou dengan dalam, "Aku tidak membunuhmu, tapi tempat yang aku cari untukmu ini takutnya akan membuatmu merasa tidak lebih baik daripada mati. Tentu saja, rekanmu ini, dia juga sering melakukan pemerkosaan bukan."

Saat ini, Nico Zhou mana ada kekuatan untuk menjawab lagi.

Christy Mu menatap semua kejadian itu dalam keheningan dan hatinya menambah satu kesan baik pada Ericko Ye. Dia kira Ericko Ye akan menghabisi dua orang ini dengan cara yang kejam. Semenjak memiliki anak, dia tidak berharap melihat Ericko Ye melakukan perbuatan kotor seperti ini lagi, takut akan berdampak pada anaknya.

Sekarang seperti ini, bagus juga.

Belum sampai 10 menit, beberapa orang polisi sampai.

Setelah memberi salam pada Ericko Ye, mereka melihat ke arah Nico Zhou. Benar, itulah orangnya.

"Masih ada satu orang. Aku memukul terlalu keras, sudah pingsan."

Ketua tim Zhou berjalan ke sana, melihat dengan teliti pria yang terbaring. Hehe, orang ini melakukan kejahatan yang lebih berat.

"Direktur Ye, terima kasih banyak atas bantuanmu. Mereka berdua adalah pelaku kejahatan yang dicari dan termasuk dalam daftar blacklist website kita. Terutama yang pingsan itu, sudah pernah memperkosa banyak wanita." berkata sampai sini, Ketua tim Zhao berhenti, lalu berkata dengan suara rendah, "Di antaranya ada seorang anak yang baru SMP."

Mata Ericko Ye sudah berubah biru, lalu berkata dengan semakin dingin, "Ketua Zhao, aku tendang dia sekali saja. Kalian bisa menganggap tidak melihat apa-apa tidak?"

Ketua Tim Zhao dan polisi lain saling memandang, lalu secara bersamaan membalikkan badan.

Ericko Ye berjalan dengan langkah besar ke arah pria yang terbaring, lalu menendang dua kali ke arah organ vital pria itu.

Semua orang mendengar suara dengusan, lalu menoleh karena penasaran. Saat Ericko Ye melakukan itu, matanya terlihat senang. Mereka, sebagai polisi tidak boleh melakukan perbuatan seperti ini, tapi hati mereka ingin sekali membunuh brengsek itu. Brengsek itu sudah merusak banyak sekali keluarga dan banyak kehidupan orang lain.

Tidak ada orang yang meragukan kekuatan Ericko Ye. Dua kali itu, sepertinya cukup untuk membuat organ vital pria itu rusak.

"Sudah, kalian sudah boleh membawa dua orang ini pergi." Ericko Ye berkata dengan senang.

Ketua Tim Zhao mengedarkan pandangan ke TKP, lalu tatapannya terhenti pada Christy Mu, dan dia berkata dengan ragu, "Direktur Ye, kami ingin meminta nona ini untuk diwawancarai mengeni kasus ini, menurutmu ..."

"Boleh." Christy Mu berdiri dari sofa. Luka di wajahnya semakin membengkak, tapi ketakutan di wajahnya sudah hilang, "Pak polisi, apapun yang ingin kamu tanyakan boleh."

Ericko Ye tersentak, tidak menyangka Edelyn Chu akan tenang secepat ini.

"Kalau begitu tanyakan saja di sini. Tidak usah pergi ke kantor polisi lagi. Dia adalah rekan kerjasama yang penting bagi perusahaan kami, juga orang Hongkong. Aku takut nama baikku akan buruk kalau sampai diketahui oleh orang-orang."

Ketua tim Zhao menjawab "baik", lalu bersama seorang polisi menghampiri Christy Mu.

.........

Setelah semua pertanyaan ditanyakan, Ketua tim Zhao mengembalikan kartu dan uang yang ditemukan kepada Chrisy Mu. Sebelum pergi, Ericko Ye berkata dengan suara kecil di telinga ketua tim Zhao, "Jangan memudahkan dua orang itu. Kalau ada waktu, tolong gantikan aku menyampaikan salam pada mereka."

"Tenang saja, kejahatan ditambah denda, rasanya mereka akan menetap di penjara untuk waktu yang lama." Ketua tim Zhao berkata dengan jelas.

"Baik kalau begitu. Jangan sampai melepaskan orang-orang jahat ini."

Setelah semua orang pergi, dalam ruangan hanya tersisa Ericko Ye, Christy Mu dan Brian Zhang.

"Edelyn, jangan tinggal lagi di sini. Terlalu tidak aman." kata Ericko Ye.

Christy Mu kelihatan berantakan juga sedih, "Kalau begitu aku terpaksa tinggal di hotel."

"Tidak boleh juga. Kalau kamu hanya sendiri, pasti akan dipantau oleh orang-orang."

Christy Mu terkejut, "Kalau ... kalau begitu aku tinggal dimana? Tidak sampai harus kembali ke Hongkong 'kan."

Ericko Ye memandangnya dengan dalam lalu berkata dengan datar, "Pergi ke rumahku saja, tinggal di kamarmu waktu itu."

Christy Mu terbelalak, "Tinggal di rumahmu? Apa itu baik?"

"Tidak ada yang baik atau tidak. Keselamatanmulah yang paling penting." Ericko Ye melihat dia masih ragu lalu lanjut berkata, "Kalau kamu nantinya merasa tidak enak, boleh pindah keluar."

Christy Mu terdiam sebentar lalu berkata, "Baiklah, aku bereskan dulu pakaian dan barang sehari-hari."

Ericko Ye menghela napas lega, takut sekali wanita itu akan menolak. Karena wanita itu keras kepala sekali, kalau Edelyn Chu tidak setuju, Ericko Ye tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Melihat Christy Mu pergi membereskan barang, Ericko Ye menyuruh Brian Zhang membawa pel ke sini untuk membersihkan lantai.

Brian Zhang sambil mengepel dengan terengah-engah, sambil berkata dalam hati, semenjak lulus kuliah dia tidak pernah melakukan hal seperti ini lagi, tapi dia tidak kesal, karena sudah melakukan kesalahan sebesar ini, sudah bagus Ericko Ye tidak menghukumnya. Tidak mungkin juga 'kan menyuruh Ericko Ye mengepel sendiri lantainya.

Christy Mu membawa semua barang-barang yang perlu, selain air obat, yang paling banyak adalah baju memenuhi seluruh koper.

Saat pergi, Brian Zhang mematikan listrik juga air rumah. Ericko Ye membantunya membawakan koper lalu melihat bekas tamparan di wajahnya yang masih sangat jelas.

"Wajahmu masih sakit tidak?" Ericko Ye bertanya pelan.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu