Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 312 Dia Adalah Pacarku (1)

Di balik keamanan orang lain, selalu ada orang yang memikul tanggung jawab di suatu tempat dan diam-diam bersumbangsih.

Saat Evardo Ye tengah menikmati makan pagi di bawah sinar matahari, Yolanda Duan beserta rekan-rekannya yang lain sudah menyelinap di dalam Gunung Kunlun.

Sekelompok pelanggar hukum setelah masuk ke dalam perbatasan negara, dikejar sampai ke Gunung Kunlun. Gunung itu sepanjang tahun terus selalu dilapisi salju, jarang ada orang yang ke sana, tapi menjadi taman bermain antelop, serigala, beruang coklat, juga macan tutul salju.

Yolanda Duan memimpin tim masuk ke dalam gunung. Hari ini sudah hari ketiga, tapi mereka masih belum mendapat hasil apapun. Meskipun memakai topeng mata dan jaket tebal, tapi tangan dan kaki tetap dibuat kedinginan sampai terluka. Wajahnya juga memerah karena terlalu dingin.

Setelah bergerak selama empat jam, dari headset Yolanda Duan terdengar suara rekannya, "N1, aku menemukan petunjuk di sini."

"Katakan." dari mata Yolanda Duan yang tajam terpancar cahaya.

"Aku menemukan 7 bungkus pop mie yang sudah habis dan juga bungkus sosis. Menurut penilaianku, itu ditinggalkan tiga hari yang lalu karena sudah ditutupi oleh salju."

"OK, terus cari. Kalau ada penemuan baru, segera laporkan."

"Ok."

Angin berhembus, saat melewati wajah seperti pisau yang menusuk wajah. Mungkin karena terus ditutupi oleh salju selama 24 jam, saat kadang-kadang ada antelop yang lewat, Yolanda Duan baru merasa di sana sebenarnya ada kehidupan.

Yolanda pikir hari ini mereka akan kembali tanpa hasil apapun lagi, siapa sangka menjelang malam, dia samar-samar mendengar suara seseorang.

"Aku N1, ada menemukan sesuatu. Waspada semuanya."

Pelan-pelan mengikuti suara itu, Yolanda Duan menemukan sebuah gua besar. Suara tadi sepertinya berasal dari gua itu.

Sialan, pantas saja dia tidak menemukan sekelompok orang ini. Ternyata mereka bersembunyi di tengah gunung. Dia mengeluarkan peta dan melihat. Dari gua ini sampai ke dalam negara, hanya tinggal melalui dua gunung lagi saja. Untung dia menemukan sekelompok orang ini.

Dia memberitahu rekannya tempat ini, lalu bersembunyi dan menunggu dalam diam.

Dia tidak terlalu mengerti apa yang dibicarakan di dalam. Tapi yang bisa dipastikan adalah, itu bukan bahasa Mandarin.

Beberapa menit kemudian, Linardi dan Leo datang kepadanya diam-diam, "Ketua, ada apa."

Yolanda Duan menunjuk gua, "Di dalam ada orang."

Linardi semangat, "Aku cek dulu ke depan gua."

"Hati-hati."

"Ok."

Belasan rekan lain juga datang ke sana. Yolanda Duan berpesan dari headset kepada mereka, "Orang-orang itu mempunyai senjata kimia. Kalian harus sangat hati-hati. Kalau bisa menangkap hidup-hidup, usahakan tangkap hidup-hidup. Semuanya ganti menjadi pistol tidak bersuara. Karena kalau suara terlalu besar, akan menyebabkan es runtuh."

"Baik, baik."

Linardi adalah seseorang yang pandai dalam mengamati. Dia dengan cepat kembali lagi, lalu berkata dengan terengah-engah, "Ketua, di dalam ada empat orang. Semuanya adalah orang luar negeri, sedang makan. Di samping mereka ada tas besar, tidak tahu isinya apa."

"Empat orang?" Yolanda Duan terkejut lalu menoleh dan bertanya pada salah satu orang di antara rekan-rekannya, "Pagi tadi kamu menemukan 7 bungkus pop mie?"

"Iya."

Jumlah yang diberikan atasan ada 15 orang. Berarti artinya, masih ada 11 orang yang tidak tahu keberadaannya dimana. Sudahlah, tangkap empat orang itu dulu saja.

"Semuanya simpan energi kalian. Malam nanti setelah mereka semua tidur, kita baru bergerak."

"Baik."

Demi kamuflase, Yolanda Duan dan yang lainnya mengenakan jaket berwarna putih. Begitu berbaring di salju, tidak kelihatan karena menjadi satu.

Mereka semua mengeluarkan daging sapi yang sudah beku dari dalam kantong, lalu menelannya. Kalau tidak bisa ditelan, mereka akan memaksanya turun dengan memakan salu sebagai pengganti air. Langit dengan cepat berubah menjadi hitam, dan hanya terasa angin malam yang berhembus.

Yolanda Duan meringkuk di dalam salju, dan kakinya sudah akan membeku.

Waktu berlalu sedikit demi sedikit. Api di dalam gua mati, pertanda orang-orang di dalam sudah tidur.

Setelah menunggu satu jam lagi, Yolanda Duan memberi perintah, "Serbu".

Belasan orang itu berdiri dengan lincah dari es lalu mendekati gua dengan pelan-pelan. Karena memakai kacamata untuk keadaan gelap, jadi mereka dalam melihat malam dengan jelas.

Empat orang itu tidur dengan nyenyak, sedangkan tas terletak di samping.

"Jangan tidur lagi. Bangun, bangun." Yolanda Duan membangunkan salah satu dari empat orang itu dengan kaki.

Mereka berempat bangun dengan terkejut. Bagaimana tidak? begitu buka mata, belasan pistol sudah terarah ke mereka.

"Katakan, siapa kalian, dari mana kalian datang?" Yolanda Duan bertanya dalam bahasa Inggris.

Empat orang itu pura-pura tidak mengerti, dan meletakkan kedua tangan mereka ke belakang kepala.

"Sialan, berpura-pura menjadi bisu ya?" Yolanda Duan langsung menonjok orang yang berada paling dekat dengannya dan orang itu langsung pingsan.

"Buka tas mereka."

Baru selesai berkata, salah satu dari empat orang itu mengeluarkan pisau dari sepatunya, tapi berhasil dikalahkan hanya dalam waktu setengah menit saja. Keempat orang itu kemudian diikat seperti bakcang.

Tas empat orang itu isinya tidak banyak. Ada kompas, peta, pistol, sisanya hanya sedikit biskuit dan daging sapi. Tidak ada barang yang Yolanda Duan mau.

Linardi berjongkok di hadapan salah satu orang lalu bertanya tegas, "Siapa namamu? Darimana kamu datang?"

"Kami ... datang untuk memanjat gunung." orang itu menjawab terbata-bata dengan bahasa Inggris.

Memanjat gunung es? Memanjat gunung es kenapa membawa senjata? Juga memiliki banyak peluru.

"Leo, foto beberapa orang ini lalu kirimkan kepada pusat."

"Baik, ketua."

Yolanda Duan mengancam dengan dingin, "Kuberitahu ya, kalian harus berkata jujur, maka aku akan mempertimbangkan untuk menyerahkan kalian hidup-hidup kepada orang di sini. Kalau kalian masih bersikap seperti ini, maka aku akan mematahkan kaki kalian, melempar kalian ke dalam kumparan salju, dan sampai nanti serigala serta macan tutul salju akan tertarik."

"Kalian berbuat seperti itu melawan hukum." orang itu berkata dengan serius.

"Melawan hukum?" Yolanda Duan tertawa licik, "Di sini selain ada binatang liar, hanya ada kami saja. Siapa yang akan tahu kami melawan hukum?"

"Yang ketua katakan benar. Membawa mereka malah hanya menjadi beban saja. Dilempar jadi makanan serigala saja." rekan di sebelah ikut-ikutan mengejek.

Beberapa menit kemudian, dari pusat masuk sebuah pesan. Empat orang itu memang benar merupakan pelanggar hukum.

Yolanda Duan mengangkat kerah salah seorang, lalu berkata dengan kejam dan marah, "Sudah membunuh anggota kami masih mau pura-pura tidak tahu? Katakan, dimana yang lain?"

Orang itu menatap Yolanda Duan dengan tatapan merendahkan lalu menolehkan kepala ke samping.

"Tidak mau katakan ya. Percaya tidak aku membunuhmu?" Yolanda Duan meletakkan ujung pistol ke dada pria itu.

Pria itu tidak peduli pada hidup atau matinya, "Mau bunuh ya sudah bunuh saja. Kita tidak akan mengatakan apapun. Karena tidak lama lagi, akan ada banyak warga China yang mati menemani kami. Hahaha ..."

"Bugh!" Yolanda Duan menonjok kepala orang itu. Siapa sangka orang itu begitu tidak kuat, langsung pingsan.

"Kalian juga tidak mau mengatakannya?" Yolanda Duan mencengkram kerah orang lain lagi.

Orang itu memuntahkan air liur ke atas permukaan es, "Kami bertarung demi kehormatan. Saat datang kami sudah menduga tidak bisa pulang lagi."

"Benar-benar keras kepala ya." Yolanda Duan melepaskan orang itu lalu berkata pada rekan-rekannya, "Pukul mereka. Setelah mati, lempar ke es untuk dijadikan makanan serigala."

Linardi tersentak lalu menarik Yolanda Duan ke samping, "Ketua, benar-benar dipukul sampai mati? Kalau sampai atasan mengetahui kamu membunuh mereka, takutnya susah dipertanggungjawabkan."

Yolanda Duan memelototi Linardi, "Kenapa kamu tidak mengerti juga? Aku juga bukan orang bodoh. Kita ancam dulu. Kalau terakhir masih tidak mau mengatakannya, maka dibuat pingsan, baru hubungi atasan untuk menjemput mereka."

"Benar juga. Main-main dulu dengan orang-orang ini. Yang jelas masih tengah malam, kita juga tidak bisa pergi. Kita istirahat saja di dalam gua ini."

"Itu maksudku."

Yolanda Duan tahu rekan-rekannya sangat hebat dalam bertarung, takut benar-benar membuat mati empat orang itu, jadi dia menghentikan, "Ok, hentikan. Simpan tenaga kalian."

"Ketua, kita melepas mereka begitu saja?" Leo sangat tidak senang. Sudah beberapa hari, dan mereka dengan tidak mudahnya menemukan empat orang ini.

"Siapa yang bilang akan melepaskan mereka?" Yolanda Duan tersenyum lalu memberi kode melalui mata pada Linardi.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu