Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 356 Memilih Memaafkannya (2)

Yolanda Duan tidak tahu harus berkata apa lagi, mendengarnya bisa mengatakan semua itu dengan santai.

3 orang di belakang mereka kalau masih diam bertahan disana sama saja dengan obat nyamuk, Evardo Ye memberikan isyarat dengan tangannya, kedua orang tuanya akhirnya membawa Bianca Ye yang belum mau pergi keluar dari ruangannya.

Yolanda Duan tentu saja tidak tahu tentang semua itu, dia hanya mengkhawatirkan keadaan Evardo Ye.

Di saat Christy Mu menutup pintu, Evardo Ye berpura-pura kesakitan, membuat Yolanda Duan menghampirinya dan melihat keadaannya.

“Bagian mana yang sakit?” Jarak antara Yolanda Duan dengannya begitu dekat bak hanya terpisahkan dengan selembar tisu, tatapan mata Yolanda Duan begitu panik.

Lalu dia melihat laki-laki di depannya, tersenyum sumringah, tidak seperti orang yang sedang sakit, emosi naik lalu menyadari kalau dia di bohongi dan memukul dadanya.

“Aduh!”

Evardo Ye berteriak, memegang dadanya, Yolanda Duan lagi-lagi masuk perangkap, “Kenapa? Pukulanku melukaimu ya?”

“Iya agak sakit.” Evardo Ye mengerutkan alis, menahan untuk tidak tertawa.

Ini membuat Yolanda Duan semakin merasa bersalah, “Benar...”

Dia baru mengeluarkan satu kata, Evardo Ye langsung memajukan kepalanya dan mengecup bibirnya.

“Wuu, manis sekali.”

Saat ini, dia baring di atas ranjang, senyum di wajahnya begitu puas.

Yolanda Duan menyadari kalau dirinya telah di permainkan, wajahnya langsung memerah, “Kamu...kamu...Bajingan!”

Evardo Ye dengan wajah puas, “Iya aku bajingan, kalau kamu tidak terima coba nih cium balik?”

“Kamu...”

Emosinya sampai di ubun-ubun lalu membuang wajah, dia memilih untuk tidak berbicara dengannya lagi.

Tapi ada orang yang tidak membiarkannya untuk diam, mendekati wajahnya, sudah mempermainkannya masih berlagak tidak tahu apa-apa, “Padahal tadi kamu yang sudah mengambil keuntungan dariku, jadi sekarang aku harus membalasnya.”

“Minggir!”

Senyum di wajah Evardo Ye semakin bersinar, ruam merah di wajahnya kokohnya terlihat ada sedikit kegembiraan.

Yolanda Duan bertatapan dengannya, tak lama akhirnya menyerah, dengan malu menundukan kepala, orang ini sudah sebesar ini, kelakuannya kenapa masih terlihat seperti anak kecil.

Dia tidak tahu, Evardo Ye hanya saat bersamanya baru bisa mengeluarkan ekspresi dan perilaku seperti itu...

....

Setelah melewati beberapa pemeriksaan, Evardo Ye akirnya sudah tidak betah tinggal di rumah sakit, lalu menyampaikan keinginannya keluar dari rumah sakit pada Yolanda Duan.

Yolanda Duan yang sedang memotong buah untuknya, menjawab, “Lihat beberapa hari lagi lah! Kalau nanti tiba-tiba ada gejala sisa atau trauma bagaimana?”

Evardo Ye menatap wajah menggoda itu, mengambil sepotong apel dan menggigitnya, “Memangnya gejala seperti apa lah, eh tidak...ada trauma, aku sekarang cuma memikirkan dumpling saja sudah mau muntah!”

Yolanda Duan tidak menyangka dia bisa mengatakan itu, tangannya yang sedang memotong buah terhenti, hampir saja memotong jarinya sendiri.

“Hey, aku cuma bercanda, kamu...” Evardo Ye dengan panik membuang pisaunya, menarik tangannya untuk melihat jarinya, setelah melihat tidak ada darah dia baru bisa lega.

“Semua yang kamu masak itu enak, beneran lah!” Dia takut dia tidak percaya, dengan jujur dan sedikit berlebihan menganggukan kepala.

Yolanda Duan melihatnya tertawa, “Aku nantinya pasti bisa dengan mudah mencelakaimu, kalau aku tidak senang nanti aku akan langsung memberi racun di makananmu!”

Tatapan Evardo Ye menggelap, “Asalkan kamu bersedia, aku pasti akan memakannya.”

Walaupun dia hanya bercanda, tapi masih membuat Evardo Ye teringat dengan masalah antaranya dengan Yanti Duan, dia memang tidak mengatakannya, tapi Evardo Ye mengerti, walau bagaimanapun, dalam hatinya pasti masih memikirkan semua ini...

“Tolong bantu aku urus prosedur keluar dari rumah sakit!” Evardo Ye membuang sisa apel ke tong sampah, lalu kembali baring ke ranjangnya.

Yolanda Duan menjawab ya, lalu membawa data-datanya keluar dari ruangannya.

Keduanya keluar dari rumah sakit tidak membahas percakapan mereka sebelumnya, Yolanda Duan membantu Evardo Ye keluar ke gerbang, disana sudah ada Yunardi Mu yang menunggu mereka.

Setelah dua belokan, di jalan depan mereka menabrak seseorang, dan orang itu dengan lurus masuk ke dalam pelukan Evardo Ye.

“Kak Evardo...”

Evardo Ye terkejut menundukan kepala, baru menyadari orang yang memeluk pinggangnya adalah Yanti Duan. Dia dengan reflek melihat Yolanda Duan yang ada di sebelahnya, melihatnya yang tak berekspresi semakin membuatnya sesak dan tidak nyaman.

“Kak Evardo, wajahmu kenapa?” Yanti Duan melihatnya tidak meresponnya, menegakan wajah melihatnya, melihat seluruh wajah yang penuh dengan bentol, terkejut dan membelalakan kedua matanya.

Evardo Ye mendorongnya, lalu melihat Yolanda Duan lagi, dengan alis mengkerut bertanya pada Yanti Duan, “Kamu kok bisa disini?”

“Ayahku hari ini keluar dari rumah sakit!” Yanti Duan memiringkan badan, di persimpangan ada ibu Duan yang sedang memapah ayah Duan mereka sedang melihatnya.

“Halo paman, bibi.” Evardo Ye dengan sopan menganggukan kepala menyapa mereka, di saat bersamaan Yolanda Duan bersembunyi di belakang tubuhnya.

Gerakan ini Yanti Duan tidak memperhatikannya, dia masih memeluk lengan Evardo Ye tidak melepaskannya, sementara ayah dan ibu Duan sudah melihat semuanya dengan jelas.

“Yanti, sini.” Ayah Duan masih belum bisa berdiri sempurna, dengan memegang dinding lalu menepuk keras dinding.

Yanti Duan sudah menunggu beberapa hari baru akhirnya bisa bertemu dengan Evardo Ye, dengan tidak rela melepasnya, “Ayah...kak Evardo dia sudah datang ke rumah sakit melihatmu, sudah kamu jangan marah lagi ya!”

Dada ayah Duan kembali sesak, dia menutup mulutnya dan terbatuk hebat, “Kamu...aku bagaimana bisa mempunyai anak yang tidak tahu malu dan tidak punya muka ini!”

Wanita yang ada di sebelah Evardo Ye ini, memangnya Yanti Duan tidak melihatnya?

Yolanda Duan melihat situasi yang tidak betul, segera mundur beberapa langkah, memberikan tempat untuk Yanti Duan.

Dia baru mundur selangkah, Evardo Ye langsung sadar, dan segera menarik kembali pergelangan tangannya, tapi aksinya ini malah menabrak Yanti Duan yang ada di sebelahnya.

“Hey, anak muda Ye!” Ayah Duan tiba-tiba melangkah maju, melindungi Yanti Duan, “Kamu jangan seenaknya membully orang ya!”

Tubuhnya belum membaik sempurna, setelah dengan suara lemah mengatakan itu, nafasnya menjadi lebih pendek, tapi tatapannya masih terlihat begitu tajam.

Evardo Ye membalikan kepala, dengan sopan berkata pada ayah Duan, “Masalah beberapa hari yang lalu aku pasti akan memberikanmu penjelasan, jadi tolong jaga diri dan cepat pulih.”

Setelah mengatakan itu dia membawa Yolanda Duan pergi dari sana, dia tidak ingin membiarkan mereka menatap Yolanda Duan dengan tatapan marah dan benci.

Tapi Yanti Duan malah tidak membiarkannya pergi, berlari ke arah mereka dan menghentikan mereka, “Kak Evardo, kita...kamu bukannya sudah berjanji akan menikahiku kan?”

Dia dengan sedih mengerutkan kening, jadi sekarang setelah ada Yolanda Duan, semua kata-katanya itu sudah tidak terhitung lagi?

Evardo Ye tidak berdaya, dia memijit pelipisnya tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, dulu dia memang pernah berjanji padanya.

Saat itu hatinya sudah mati, menikah dengan siapapun semuanya saja, lagi pula kebahagiaan itu bukanlah miliknya.

Tapi sekarang wanita yang di cintainya sudah kembali, dia bagaimana bisa dengan tidak bertanggung jawab menikah dengan orang lain.

“Yanti?” Yolanda Duan dengan ragu melihatnya, melihat Yanti Duan yang menatapnya begitu tajam, dia tidak bisa menahan senyum, “Aku tidak bermaksud apa-apa, cuma kakimu sudah menginjak kakiku.”

Yolanda Duan tidak percaya kalau dia tidak melihatnya, dari awal dia selalu menghindarinya, tapi kali ini kakinya tidak bisa pergi dan lepas dari injakannya.

Untunglah dia tidak mengenakan heels, kalau tidak jari kakinya saat ini pasti sudah akan hancur...

Yanti Duan berpura-pura terkejut dan memindahkan kakinya, “Ah, maaf maaf!” Tatapannya di saat Evardo Ye tidak melihatnya, terlihat lebih gelap.

“Yolanda, kamu tidak apa-apa kan?” Evardo Ye melirik Yanti Duan, walaupun nada suaranya sangat tenang, tapi kalau di dengar lebih dekat ada rasa panik di dalamnya.

Yolanda Duan dengan santai tertawa, “Tidak apa-apa, rasa sakit ini tidak seberapa dan aku tidak peduli.”

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu