Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 549 Kamu Bukan Pilihannya (1)

Tidak sampai di situ, dia juga tidak memperbolehkan Yunardi Mu bicara. Untuk hal ini, hubungan mereka harus baik dulu di awal, jangan sampai keceplosan.

Hatinya berpikir seperti itu lalu Yonardo Xiao masuk ke ruangan untuk mencari Yunardi Mu.

Tapi begitu masuk ke dalam ruangan, Yonardo Xiao tidak menemukan jejak Yunardi Mu.

"Eh, kemana dia?"

Dengan perasaan curiga Yonardo Xiao berjalan ke luar ruangan, menghentikan seorang pelayan dan bertanya: "Kemana orang yang tadi di sini?"

"Sudah pergi."

"Pergi?"

"Ya, kira-kira lima menit yang lalu."

"Sial!"

Yunardi Mu minum alkohol banyak sekali, Tuhan pasti tahu pria itu akan melakukan sesuatu. Yunardi Mu yang sekarang seperti bom waktu, Yonardo Xiao harus membawanya pulang.

Melihat Yonardo Xiao melangkahkan kaki ingin pergi, pelayan buru-buru menghentikan: "Tuan, ini billnya, tolong untuk dibayar."

Tidak mungkin kan....

Ekspresi wajah Yonardo Xiao pasrah, menggesek kartunya lalu pergi.

Saat keluar dari bar, Yonardo Xiao memikirkan cara untuk menghubungi Yunardi Mu.

Tapi ponsel Yunardi Mu mati, mobilnya juga masih terparkir di parkiran. Mencarinya bukanlah hal yang mudah.

Ketika Yonardo Xiao kebingungan, Yunardi Mu sudah duduk manis di pesawat pribadi dan terbang menuju kota di mana Vanny tinggal.

Kepala Yunardi Mu terasa pusing, rasanya seperti akan meledak.

Yunardi Mu yang sekarang tak sepenuhnya sadar, terasa buram, tapi pria itu tahu bahwa dirinya harus pergi menemui seseorang yang penting.

Yunardi Mu berjalan dengan sempoyongan, mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu rumah Vanny.

Tubuhnya agak lemas, Yunardi Mu pun bersandar pada kerangka pintu, lalu berteriak dengan suara tak jelas: Vanny, buka pintunya. Ada sesuatu yang harus ku bicarakan denganmu!"

"Jangan pikir karena kamu tak bersuara kamu bisa sembunyi. Kamu sembunyi dariku cukup lama. Kali ini, adalah terakhir kalinya aku mengganggumu. Kamu harus keluar dari cangkang persembunyianmu!"

"Kamu masih tak bicara? Itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Aku sudah cukup bicara seperti ini."

Yunardi Mu menutup matanya, tertawa pelan: "Kamu ini... adalah gadis terbodoh yang ku temui, bodoh, apapun yang kamu lakukan tak benar, kamu selalu membuat orang khawatir denganmu. Tapi hal terbodoh dari dirimu adalah... tak disangka kamu bisa menolak pria sehebat diriku. Apa kamu tahu? Kalau kamu kehilanganku, kamu akan menyesal seumur hidupmu."

"Dan juga penilaianmu terhadap orang lain biasa saja. Ya benar, kamu sudah kehilangan diriku tapi kamu malah menjadikan sampah itu menjadi kesayanganmu. Apa kamu pikir senior itu benar? Huh, omong kosong! Tunggu sampai kamu tahu kebenarannya. Pasti kamu akan menangis..."

Belum selesai bicara, orang dari dalam rumah membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, tubuh Yunardi Mu sempoyong dan hampir jatuh.

Yunardi Mu mencoba berdiri tegap, wajahnya berkerut dengan tak puas, "Kenapa tidak dari tadi membuka pintu..."

Yunardi Mu mengedipkan matanya, sadar bahwa di depannya bukan Vanny, melainkan kedua orang tua Vanny.

Kedua orang tua Vanny mengernyit melihat pria muda di depan mereka. Kemejanya berantakan, seluruh tubuhnya bau alkohol, membuat orang menutup hidung setelah melihatnya.

Ditambah lagi pria ini bicara tak karuan, membuat kesan pria ini bertambah buruk di mata ayah dan ibu Vanny.

Yunardi Mu sedikit tersadar dan merasa dirinya harus memperbaiki ucapannya.

"Paman, bibi, maaf tadi aku bersikap kasar."

"Perilakumu memang sangat kasar." Kedua orang tua Vanny tak segan pada Yunardi Mu, dengan wajah serius berkata: "Anakku sudah membuat keputusan, pilihannya bukan dirimu."

"Aku.... tahu."

"Karena sudah tahu, jangan datang lagi mengganggu kehidupan kami. Walaupun kami hanya keluarga kecil, tapi tidak boleh ada orang lain yang mengganggu kami!"

"Tapi aku masih ingin bertemu Vanny untuk terakhir kalinya. Aku ingin bicara sesuatu dengannya."

"Tidak perlu. Vanny sudah bahagia dengan kekasihnya. Kamu tidak perlu bicara padanya."

Kekasih....

Kata itu menusuk hati Yunardi Mu sangat dalam.

Yunardi Mu pikir, meminum banyak alkohol bisa membuat tubuhnya relaks, tapi tak disangka malah tak ada hasilnya.

Yunardi Mu tak tahu bagaimana dirinya pergi. Pria itu berjalan di jalanan seperti zombie.

Tiba-tiba Yunardi Mu teringat Vanny pernah bilang, si senior sialan itu terluka dan berada di rumah sakit. Kalau begitu, apakah Vanny ada di rumah sakit?

Begitu memikirkan kemungkinan ini, Yunardi Mu langsung menyuruh bawahannya memeriksa, dengan cepat bertanya senior itu berada di rumah sakit yang mana.

Sekarang senior tersebut sudah setengah sembuh, bisa beraktivitas sendiri.

Tapi senior itu masih bersikap lemas dan bersandar di bantal, bicara pun lemah.

Senior itu bukan berpura-pura sakit, tapi dia hanya suka melihat Vanny sibuk karena dirinya.

Perasaan itu sangat meluap, membuatnya sangat puas.

Sedangkan Vanny tidak sadar, Vanny membantu senior tersebut mengupas kulit apel dengan serius.

Setelah apel dipotong, Vanny memberikannya ke senior: "Sudah."

Senior tersebut tak menerima apel tersebut, "Aku ingin makan dengan potongan kecil."

"Oh."

Vanny memotong apel menjadi potongan kecil, menaruhnya ke dalam mangkuk lalu memberikan ke senior.

Tapi senior masih tak menerimanya, "Kenapa tidak ada garpu?"

"Tunggu sebentar."

Vanny mencari garpu lalu menusukkannya ke potongan apel dan kembali memberikan mangkuk apel ke senior.

Senior melihatnya dengan seksama, mencari-cari kesalahan lalu berkata: "Potongan apel ini berantakan sekali. Terlihat tidak menggugah selera."

Vanny mengambil mangkuk, berpikir sebentar lalu menggunakan mayonnaise membentuk huruf S.

Senior hanya bercanda dengan Vanny dan tak menyangka Vanny tak marah, malah melayani dirinya dengan senang hati.

Dengan senyum tak berdaya senior berkata: "Vanny, emosimu terlalu bagus bukan?"

Setelah memberikan mayonnaise, dengan wajah tak peduli Vanny menjawab: "Hanya masalah kecil. Kenapa harus perhitungan?"

"Sifatmu yang seperti ini akan mudah dimanfaatkan."

Vanny tersenyum: "Senior terlalu memuji, aku hanya memotong apel, apa hal kecil seperti ini bisa berlanjut menjadi membicarakan masalah kepribadian?"

Melihat Vanny yang selalu kabur dari topik pembicaraan, senior menggeleng: "Aduh, sungguh gadis bodoh."

Ada arti lain dari ucapan senior tersebut, tapi Vanny tak memikirkan terlalu dalam. Vanny mendongak dan bertanya: "Jadi kamu ingin makan atau tidak? Apelnya sudah berubah."

Senior memajukan lehernya, "Suapi aku."

"Permintaan ini terlalu berlebihan."

"Ah kamu masih bisa melawan ya. Aku kira kamu akan menerimanya begitu saja."

Vanny memegang nampan, tangannya sudah pegal, sedangkan senior tersebut masih tidak mau menerima.

Vanny menarik nampan, menusukkan garpu ke potongan apel lalu memasukkan apel ke dalam mulutnya dan berkata: "Aku melihat kondisimu begitu baik, kamu tidak memerlukan apel lagi. Kalau begitu aku saja yang makan."

Apelnya manis. Vanny memakan satu potong apel, terus memakan sampai tidak ada maksud untuk berhenti memakan apel tersebut.

Melihat apel besarnya dikunyah oleh orang lain, senior tersebut menjilat bibir bawahnya, menatap ke arah Vanny dengan tatapan berharap dan tak berdosa.

Sorot mata senior itu sangat tak berdosa, membuat Vanny yang sedang menikmati apel merasa dirinya membuat kesalahan sangat besar.

Di bawah ketidakberdayaannya, Vanny terpaksa berkompromi dengan senior, "Baiklah baiklah, aku bagi."

Senior itu mengambil apelnya, wajahnya dipenuhi senyuman.

"Hm, ini baru benar. Kalau orang luar melihat perilakumu, mereka akan mengira kamu sedang menganiaya pasien."

Vanny membela diri: "Aku tidak begitu. Jelas-jelas senior yang tidak mau makan, aku tidak mau makanan ini terbuang sia-sia, aku juga malas memakannya, bukan karena sedang menganiaya pasien."

"Hm, itu juga benar. Ucapan itu tak terlalu tepat. Harusnya berkata bahwa kamu sedang menganiaya kekasihmu sendiri."

Ucapan itu membuat Vanny membatu, ekspresi di wajahnya juga berubah kaku.

Tiba-tiba sunyi, suasana berubah canggung.

Tetapi orang yang membuat suasana menjadi canggung tidak merasa dirinya berbuat salah, senior itu malah melambaikan tangannya ke arah Vanny.

"Vanny, kemari."

"Ada apa?"

"Tentu saja untuk makan apel. Apa aku harus memakan dirimu?"

Candaan senior membuat Vanny bingung harus berbuat apa.

"Senior...."

Senior tertawa, "Ya, ya, aku tidak akan menggodamu lagi. Tenggorokanku agak kering, ingin makan apel sedikit."

Sudah berkenalan cukup lama dengan senior, Vanny baru sadar senior bukan orang yang serius seperti imej luarnya. Senior juga suka bercanda, terkadang juga suka menggoda.

Tapi senior bisa mengendalikan kondisi, tidak akan membuat orang lain malu. Seperti sekarang, jelas-jelas dirinya dimanfaatkan oleh senior ini, tapi senyuman senior sangat polos, membuat Vanny tak bisa menindasnya.

Vanny menghela napas pelan, dia merasa harus mencari kesempatan untuk melawan, jangan selalu digoda oleh senior.

Tapi begitu ingin memutar otaknya, Vanny merasa lelah, dia merasa tetap seperti ini juga tak masalah.

Vanny dengan patuh menyuapi senior apel tanpa mengomel.

Vanny yang tetap membuat kondisi tenang membuat senior tak berdaya.

Gadis ini sebelumnya ada gadis yang riang dan aktif, cerewet, seperti tenaganya tidak ada habisnya.

Tapi sekarang? Vanny tampak lesu, membuat orang yang melihatnya menjadi sedih.

Senior tak suka melihat Vanny yang melamun seperti ini. Lalu senior memutuskan menggunakan strategi kecil untuk memulihkan semangat hidup Vanny.

"Patuh sekali. Kalau begitu, aku akan memberikanmu hadiah balasan."

Setelah berucap, dengan lembut senior mencium punggung tangan Vanny.

Gerakan senior membuat Vanny terkejut.

"Kamu...."

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu