Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 559 Apakah Kamu Akan Menyesal (3)

"Aku……”

"Apakah kamu tidak tahu? Jika ibumu tahu berita ini, dia akan sangat sedih sekali! Kamu adalah satu-satunya kebanggaan ibumu, jika kamu membuat aib seperti ini, kamu tidak bisa melawan adikmu untuk merebut warisan!"

Jelas sekali, nona Wen sedang menakuti wanita berambut merah, membuat wanita itu bertanggung jawab pada seluruh kejahatan, kalau tidak dia akan kehilangan dukungan dari nona Wen dari perebutan warisan, lalu wanita berambut merah akan kalah.

Ucapan nona Wen membuat wanita berambut merah ragu.

Ketika dia ragu, Bianca Ye bicara dengan santai.

"Ibumu tak bisa membantumu, tapi aku bisa. Adikmu yang mengecewakan itu hanya tahu cara menghancurkan keluarga. Jika kamu bisa bergantung pada kemampuanmu sendiri, lalu mendapat bantuan dari perusahaan Ye, aku yakin ayahmu akan senang sekali."

Ucapan Bianca Ye membuat wajah wanita itu menjadi cerah, sedangkan wajah nona Wen menjadi marah.

"Yang kamu ucapkan sungguhan?"

"Tentu saja. Selama kamu mengatakan yang sebenarnya, janjiku bisa dipegang."

"Baiklah, aku akan bicara."

Wanita itu menggerakkan bibirnya, saat ucapannya akan keluar, nona Wen menghalangi.

"Lebih baik kamu pikirkan baik-baik baru kamu bicara. Kamu tak boleh gagal."

Di saat seperti ini, nona Wen masih menakuti wanita berambut merah, mencoba menguasainya.

Tapi rencananya sudah digagalkan, wanita berambut merah juga mendapatkan dukungan yang lebih besar, dia tidak akan menganggap nona Wen lagi.

"Aku akan memberitahu segalanya yang ku ketahui." wanita berambut merah menunjuk nona Wen dan berkata, "Dia yang menyuruhku melakukan ini. Dia membenci Vanny, dia ingin Vanny menghilang seutuhnya dari sisi tuan Yunardi lalu baru dia akan memiliki kesempatan berada di sisi tuan Yunardi!"

Begitu ucapan itu keluar, semua orang langsung riuh.

"Tidak hanya itu, dia menjebak Vanny mencuri kalung berlian, dia lah yang menyuruhku menyimpannya ke koper milik Vanny, lalu meneriakkan maling, itu semua untuk menjelekkan reputasi Vanny!"

Jangan pernah menilai orang dari luarnya. Nona Wen begitu cantik, tapi tak disangka dia bisa melakukan hal seburuk ini, benar-benar wanita cantik yang licik.

Nona Wen panik menghadapi kritikan banyak orang.

"Itu semua palsu, dia bohong!" Nona Wen menatap wanita berambut merah dengan getir, "Aku begitu baik denganmu, menganggapmu sebagai sahabatku, kenapa kamu menjebakku?! Oh, aku tahu. Kamu pasti juga menyukai tuan Yunardi, kan? Jadi kamu melakukan hal ini? Demi melempar tanggung jawab, kamu menaruh seluruh kesalahan padaku, kan?!"

Ketika melihat nona Wen masih menyalahkan dirinya, wanita berambut merah mendengus dingin: "Sahabat? Jangan pikir aku tak tahu, kamu hanya perlu penjahat yang kejam saja, kan? Di hatimu, bahkan diriku ini tak bisa dibandingkan dengan seekor anjing! Lalu terkait siapa yang mengagumi tuan Yunardi, lihat ponselmu saja orang pun akan tahu. Kamu menyimpan berapa banyak foto tuan Yunardi, kamu sendirilah yang tahu!"

Ucapan wanita berambut merah membuat nona Wen memucat. Nona Wen menatap tajam wanita berambut merah, ingin mencincang sampai mati wanita itu!

Bianca Ye mendengus pelan dan berkata: "Pak polisi, kalian sudah dengar, kan? Siapa yang seharusnya kalian tangkap. Aku percaya kalian tahu siapa orangnya."

"Nona, tolong ikut dengan kami."

Nona Wen memutar tubuhnya dengan ekspresi kalah, seluruh tubuh wanita itu bergetar.

Ketika nona Wen melewati Bianca Ye, samar-samar Bianca Ye berucap: "Apa kamu pikir dengan polisi mencarimu semua akan selesai? Heh, yang sungguh-sungguh ingin membuat perhitungan denganmu itu Yunardi!"

Mendengar ucapan tersebut, tanpa sadar nona Wen menolehkan kepalanya lalu melihat tatapan dingin Yunardi Mu sedang menatapnya tajam.

Tubuh nona Wen gemetar, seperti sedang ditatap oleh binatang buas.

Saat itu nona Wen tiba-tiba merasa dirinya melakukan kesalahan yang besar. Tak seharusnya dia membuat pria menakutkan ini marah.

Selanjutnya, entah dirinya atau keluarganya, semuanya akan menerima balasan dari Yunardi Mu.

Hal ini membuat seluruh tubuh nona Wen kedinginan.

Nona Wen menatap Vanny, sorot matanya menyedihkan dan tak berdaya: "Sekarang aku mengakui kesalahanku. Apakah aku masih bisa dimaafkan?"

Vanny tak berekspresi apapun dan malah bertanya balik: "Menurutmu?"

Jawaban Vanny membuat nona Wen memiliki secercah harapan, "Aku minta maaf. Aku terlalu terobsesi. Bisakah kamu memohon pada tuan Yunardi?"

"Memohon? Kalau berbuat salah, sudah seharusnya menerima konsekuensinya. Jika tidak nantinya kamu akan mencelakai orang lain juga. Ucapan ini nona Wen yang memberitahuku."

Pupil matanya mengecil, dengan marah dan frustasi nona Wen berkata: "Dasar orang rendahan pendendam!"

"Ya aku memang rendahan dan dirimu orang bermuka dua!"

Saat nona Wen masih ingin bicara, polisi mendorong dan berkata: "Sudah jangan bicara. Cepat jalan."

Sebuah pertunjukkan jenaka berakhir.

Melihat orang-orang bubar, Bianca Ye meregangkan tubuhnya dan berkata: "Baiklah, orang yang menyebalkan sudah menghilang. Kita bisa liburan sepuasnya."

Vanny meminum banyak wine, dari awal kepalanya sudah terasa pusing.

Melewati pertunjukkan tadi, kepala Vanny pusing dan sakit, dia ingin tidur ke kamar.

Vanny memijit dahinya dan berkata: "Aku tak ada energi lagi. Terserah kalian, aku istirahat dulu."

"Aduh, jangan membuat kecewa begitu."

"Aku lelah sekali. Kamu lihat, lipatan mataku sudah mengajak ribut."

Vanny memperlihatkan matanya yang semakin menyipit pada Bianca Ye.

Bianca Ye menepuk bahu Vanny: "Baiklah. Cepat kamu istirahat."

Begitu Vanny pergi, Yunardi Mu mengikuti dari belakang.

Melihat hal itu, Bianca Ye juga ingin mengikuti tapi ditahan oleh Ani Xie.

"Sudah, biarkan mereka bicara berdua. Aku pikir banyak yang ingin dibicarakan Vanny kepada Yunardi."

"Tapi aku khawatir Vanny akan bersedih."

"Aduh, kamu belum sadar, ya? Di depan Vanny, yang selalu sedih itu Yunardi. Pria bermalas-malasan ini akhirnya memiliki kelemahan."

"Ah betul juga. Sebelumnya kita membiarkan Yunardi menjadi gila, sekarang ada orang yang bisa menahan pria itu."

"Jadi kita terus minum atau istirahat?"

"Tentu saja lanjut minum. Masih ada banyak wine dan makanan."

Bianca Ye dan Ani Xie berjalan sambil merangkul satu sama lain.

Sedangkan Vanny sekarang merasa tak lega.

Wanita itu tahu Yunardi Mu mengikuti dari belakang. Dirinya harus bicara pada Yunardi Mu.

Tapi bicara apa?

Saat memikirkan hal itu, langkah kaki Vanny semakin cepat.

"Vanny, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu!"

Akhirnya Yunardi Mu yang memanggil Vanny dan berinisiatif bicara.

Karena meminum banyak wine, kepala Vanny terasa pusing. Vanny melihat Yunardi Mu yang ada di belakangnya, di matanya bayangan pria itu tampak kabur.

"Kamu... ingin bicara apa?"

Yunardi Mu menatap Vanny dengan serius: "Vanny, kita kawin lari saja!"

Hah?

Vanny terkejut lalu mengernyit dan memarahi Yunardi Mu: "Yunardi, kamu sudah cukup main-mainnya?!"

Dengan wajah serius Yunardi Mu menjawab: "Aku sangat serius. Awalnya aku ingin bersamamu di dalam gunung, menjalani hari-hari sebagai pasangan yang bebas. Tapi di sini juga ada yang mengganggu kita, kalau begitu mari kita pergi ke tempat yang warganya tidak tahu diriku. Hanya ada kita berdua. Bagaimana?"

Melihat mata Yunardi Mu yang gelap, Vanny bertanya: "Demi diriku, kamu sungguh bersedia kehilangan segalanya?"

"Ya. Aku juga melakukannya seperti itu."

Ada kehangatan di mata Vanny, lalu wanita itu bertanya kembali: "Kamu tidak akan menyesal? Tidak ada dunia yang gemerlap, sebenarnya itu sangat membosankan."

"Ada dirimu di sisiku, aku tidak akan merasa bosan."

"Sekarang kamu berucap begini. Tunggu suatu hari nanti, kamu akan muak, sebal dan merasa dimanapun selalu membosankan."

Yunardi Mu memicingkan matanya, menatap ke arah jauh dan berkata: "Di dunia ini ada banyak hal menarik yang menunggu kita, bagaimana bisa aku merasa bosan? Aku sudah memikirkannya dengan baik. Kita bisa ke Afrika untuk melihat gajah dan jerapah, pergi ke Australia untuk melihat kangguru, pergi ke Eropa untuk menikmati bangunan jaman dahulu, pergi ke Amerika Latin untuk menonton sepak bola. Di dunia ini banyak hal yang menarik, mana ada waktu untuk merasa bosan?"

"Jika tidak ada uang, kita pakai kemampuan kita untuk mencari uang, seperti di penginapan ini. Setelah mencari cukup uang, kita akan memulai kehidupan kita, menjalani hidup seperti yang kita inginkan. Sampai kamu bosan dan lelah, kita akan pergi ke kota yang kamu sukai dan tinggal di sana, menikah dan memiliki anak. Anak laki-laki akan setampan diriku dan anak perempuan akan seimut dirimu."

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu