Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 329 Aku Mau Kamu Menikahiku (1)

Saat ini Evardo Ye tidak memiliki waktu memikirkan apapun, dengan kaku memeluk Jolly Zhao.

"Anaknya tidak bisa diselamatkan, ya?" Ujung mata Jolly Zhao menitikkan air mata, dia sungguh sangat sedih, bagaimanapun juga Jolly Zhao pernah tulus mencintai anak ini.

Suara Evardo Ye serak, menenangkan Jolly Zhao, "Jangan berpikir macam-macam. Sebentar lagi sampai rumah sakit."

Sekarang, otak Evardo Ye sudah berhenti berpikir, dia tidak berani percaya dirinya mendorong Jolly Zhao dengan tangannya sendiri.

Air mata Jolly Zhao semakin mengalir deras, "Aku sungguh menyukai anak kita. Sungguh sangat suka..."

Evardo Ye merasa hatinya seperti ditusuk seseorang, sakit.

Evardo Ye tidak menyukai Jolly Zhao, tidak menyukai anaknya, tetapi... bagaimanapun juga itu adalah anaknya sendiri. Sekarang sudah terjadi, bagaimana bisa Evardo Ye merasa baik-baik saja?

Sesampainya di rumah sakit, dokter dan suster ruang gawat darurat memperlakukan pasien dengan serius. Begitu mobil berhenti, langsung membawa Jolly Zhao masuk ke dalam.

"Ada apa ini?" Dokter bertanya kepada Evardo Ye yang mengikuti.

"Dia hamil dua bulan, baru saja terjatuh dari tangga."

"Kenapa bisa tidak hati-hati?" Dokter memprotes lalu berjalan cepat masuk ke ruangan.

Evardo Ye berdiri di depan ruang gawat darurat, merasa tangannya sangat lengket, begitu menunduk, seluruh tangannya ada darah.....

'Maaf, aku tidak sengaja.'

Evardo Ye berkata dalam hati, entah bicara pada siapa.

Ericko Ye dan Christy Mu dari belakang menghampiri. Melihat anak mereka melamun, keduanya bertanya dengan perhatian, "Dimana Jolly?"

"Di dalam."

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Christy Mu bertanya dengan marah.

Evardo Ye membuka mulutnya, beberapa lama kemudian baru bicara, "Aku tidak sengaja, aku hanya tidak ingin minum kopi buatannya, lalu aku mendorongnya dan dia.. aku bukannya tidak menginginkan hidup anak itu..."

Christy Mu melotot marah pada anaknya, marah dan juga sakit hati, tanpa ragu berkata, "Karena dari awal sampai akhir kamu tidak menyukai anak ini. Sekarang selesai sudah, ini sudah memuaskan keinginanmu."

"Edo juga tidak sengaja, jangan mengomeli dia." Ericko Ye menggantikan Evardo Ye bicara, "Kamu lihat, dia juga sangat sedih."

"Apakah bersedih ada gunanya? Apakah dengan bersedih cucuku bisa kembali?" Christy Mu marah, sangat ingin memukul anak laki-lakinya beberapa kali baru bisa melampiaskan amarahnya.

Ericko Ye merangkul anaknya, tidak henti-hentinya menenangkan istrinya, "Sudah sudah. Jangan marah. Tunggu pulang baru kita urus anak tengik ini. Sekarang kita di rumah sakit."

"Demi Yolanda, apapun kamu lakukan. Sekarang menggunakan kesempatan ini, jadi kamu bisa pergi mencari Yolanda? Bahkan sampai tidak memikirkan hidup anakmu? Kamu tahu benar...." Christy Mu semakin mengobar amarahnya. Karena takut istrinya mengeluarkan ucapan yang bisa menyakiti anaknya, Ericko Ye memaksa istrinya menjauh dari lobi ruang gawat darurat.

"Kenapa kamu menghalangiku? Aku tidak peduli, dia bukan anak sehari dua hari, dia sudah besar! Kenapa melakukan hal yang kasar seperti itu?" Christy Mu marah pada suaminya.

"Ya ya ya, yang dilakukan Edo sangat salah. Redakan amarahmu."

Amarah di hati Christy Mu tidak keluar, malah berpindah ke suaminya, "Ini karena kamu sejak kecil memanjakannya. Apapun kamu iyakan."

"Ya ya salahkan aku. Semuanya salahku. Sudah, jangan marah lagi." Evardo Ye membujuk istrinya, menunggu suasana hati istrinya tenang baru bicara, "Kamu lihat anak kita tadi, tentu saja dia ditakuti oleh masalah ini. Kamu terus bicara, maka semakin membuatnya bersedih, Edo akan menyalahkan diri seumur hidup. Apakah kamu rela selamanya Edo hidup dalam penyesalan?"

"Aku...." Mata Christy Mu memerah, air matanya hampir tumpah, "Tapi yang dia lakukan kali ini sangat keterlaluan. Dirinya melakukan kesalahan tapi tidak bertanggung jawab, masih bersikap dingin pada Jolly, jika aku menjadi Jolly, aku juga merasa tidak berharga."

"Christy, kamu terlalu baik hati. Kamu hanya tahu luarnya tanpa tahu dalamnya." Ucapan Ericko Ye mengandung arti yang dalam.

"Apa maksudmu?" Christy Mu menatap suaminya waspada, tidak jadi mengeluarkan air matanya.

Ericko Ye merangkul pundak istrinya dan berkata, "Gadis ini tidak sepolos yang kamu lihat, perginya dia ke rumah sakit militer juga sudah dia rencanakan begitu lama. Waktu lalu aku ke rumah sakit untuk melihat Edo, Jolly selalu ada di mobil mengikuti di belakang. Aku lihat dia tidak melakukan apapun pada Edo, jadi aku tidak memperdulikannya. Ternyata dia pergi menemui Yolanda."

"Itu berarti apa?" Christy Mu membantah, menolak menerima kenyataan, "Anggaplah dia pergi mencari Yolanda, hal itu bisa dimaafkan."

Melihat istrinya seperti itu, sepertinya apa yang dikatakan Ericko Ye sekarang tidak akan didengarkan, terpaksa Ericko Ye menyetujui, "Baiklah, jangan bicarakan ini lagi. Kita lihat Edo saja, jangan sampai anak ini larut dalam masalah."

Christy Mu selalu memihak ke anaknya, bahkan jika anaknya melakukan hal salah, selesai marah, Christy Mu akan mengkhawatirkan anaknya.

"Setelah masuk, jangan menakutinya."

"Aku mengerti."

Evardo Ye masih berdiri di tempat yang sama, tidak bergerak. Ekspresinya kaku, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ericko Ye menghampiri, menepuk bahu anaknya, "Ayo cuci tanganmu dulu."

Evardo Ye menoleh, melihat ayahnya, ekspresi pria itu kosong, lalu memanggil, 'Ayah'.

"Ayah tahu kamu bersedih, tapi masalah sudah sampai di sini. Yang kamu bisa lakukan hanyalah menolong."

Evardo Ye terkejut, lalu memutar tubuhnya ke arah toilet.

Satu jam kemudian, ruang gawat darurat membuka pintu.

Dokter berkata dengan datar, "Anaknya tidak dapat diselamatkan, kami mengoperasi untuk membersihkan rahimnya. Setelah dia sadar, mungkin kondisi perasaan pasien akan tidak stabil, kalian sebagai keluarga harus banyak menemani, membuat pasien tetap dalam kondisi baik."

"Terima kasih banyak dokter."

"Pasien dirawat inap atau pulang ke rumah? Tapi untuk pasien, suntik untuk radang dan suntik untuk nutrisi setiap hari harus disuntik." Tanya dokter.

Christy Mu melihat suami dan anaknya, akhirnya memutuskan, "Pulang ke rumah."

"Kalau begitu tunggu pasien sadar, 20 menit kemudian sudah bisa pulang."

"Terima kasih dokter."

Ketika Jolly Zhao sadar dari obat bius, melihat Evardo Ye di samping, dengan pelan bertanya, "Bagaimana anak kita?"

Jantung Evardo Ye tiba-tiba berdegup cepat, di mata Jolly Zhao yang penuh harap menjawab, "Maaf."

Dalam sekejap butiran air mata bercucuran, "Anakku tiada."

Melihat Jolly Zhao bersedih, mata Christy Mu tak kuasa memerah, lalu Christy Mu menggenggam tangan Jolly Zhao yang dingin, "Jolly, kami keluarga Ye minta maaf, kami akan bertanggung jawab sampai akhir."

"Tapi aku hanya ingin anakku, dia sudah hampir tiga bulan. Setiap hari aku bicara dengannya, bercerita padanya..." Jolly Zhao menjawab sambil menangis, membuat orang-orang di sana tak tega.

"Gadis baik, jangan bersedih. Menangis karena keguguran bisa menyakiti matamu." Christy Mu menggunakan tisu mengelap air mata Jolly Zhao, "Kamu masih masih muda, nantinya masih bisa memiliki banyak anak."

Suara tangisan Jolly Zhao mengganggu hati Evardo Ye. Ini pertama kalinya Evardo Ye merasa, melarikan diri begitu lama dan meremehkan adalah sebuah kesalahan.

Jika Evardo Ye memiliki banyak maksud baik pada anak ini , mungkin tidak akan terjadi cerita yang tragis.

"Baiklah, kita pulang." Christy Mu menggantikan Jolly Zhao merapikan rambutnya, dengan penuh kasih sayang berucap.

Evardo Ye dalam diam merangkul Jolly Zhao keluar dari ruang gawat darurat, masuk ke dalam ambulans.

Malam sangat gelap, tidak ada hembusan angin di udara, bahkan bulan juga bersembunyi di awan tebal, di malam segelap ini tentunya tidak ada orang yang sadar dari jauh ada kamera yang tersembunyi di lampu merah.

Sesampainya di rumah keluarga Ye, Jolly Zhao merasa sangat lelah, dengan cepat tertidur dengan masih ada jejak air mata di wajah.

Jam 10 malam Bianca Ye baru kembali ke rumah. Setelah tahu masalah ini dari Brian Zhang, Bianca Ye terus menunggu dengan tidak sabar sampai sekarang.

"Bicaralah, mau bagaimana." Christy Mu membuka mulut duluan.

Tiga orang yang lain tidak bicara, karena masalah ini harus melihat Evardo Ye.

"Kenapa tidak bicara?" Christy Mu menatap mereka semua, lalu tatapannya jatuh ke anak laki-lakinya, "Edo, bagaimana denganmu?"

Ericko Ye tidak ingin di kondisi seperti ini anaknya mengatakan ucapan yang akan disesali nantinya, Ericko Ye buru-buru memotong, "Begini saja, malam ini semuanya lelah, sekarang juga sudah malam, lebih baik kita istirahat. Pertimbangkan dengan matang. Besok kita putuskan kembali dan juga kita harus mendengarkan masukan dari Jolly, benar?"

Bianca Ye adalah pendukung loyal ayahnya, wanita itu buru-buru mengangkat tangan "Aku setuju, aku setuju. Malam hari adalah waktunya emosi orang turun naik, tidak tepat untuk memutuskan apapun, lebih baik tunggu besok."

Christy Mu melotot pada suaminya, "Kamu paling bisa memudahkan masalah."

Ericko Ye hanya meringis, "Yang diucapkan Acha berdasarkan ilmu pengetahuan, malam hari tidak tepat untuk memutuskan masalah, sekarang sudah hampir jam 12 malam, tidur saja."

"Baiklah, besok saja." Akhirnya Christy Mu setuju.

"Selamat malam ayah, ibu." Bianca Ye mengucapkan selamat malam dengan sopan pada keduanya. Diam-diam Ericko Ye memberikan lirikan pada Bianca Ye dan Bianca Ye mengangguk sambil membuat gerakan 'oke' dengan jarinya.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu