Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 271 Aku Kehilangan Edo (3)

"Wanita itu... wanita itu sangat cantik dan pria itu memakai masker."

“Brengsek.” Ericko Ye mengutuk, menjatuhkan pengawal dan berlari ke tempat parkir. Dia perlu mencari suatu tempat yang jauh.

Masuk ke mobil dan mengambil nafas dalam-dalam, Ericko Ye memaksakan dirinya untuk tenang.

Matanya sedikit berubah menjadi ungu, dan dia terus menyebut, "Edo, Edo, Edo."

Detik berikutnya, Ericko Ye menghilang dari dalam mobil dan muncul di sebuah jalan yang kosong.

Bagaimana dia bisa di sini? Lantas apakah mereka membawa Edo ke sini?

Saat dia sedang kebingungan, sebuah mobil off-road hitam melaju datang.

Apakah dirinya tiba lebih awal?

Orang-orang di mobil itu jelas juga terkejut.

Kemudian, tepat ketika Ericko Ye hendak menghentikan waktu pada saat ini, suara tembakan terdengar dan dia ditembak jatuh ke tanah.

Darah merah mengalir keluar dari dadanya. Ericko Ye berjuang untuk bangkit, tetapi ada satu kaki yang menginjak dadanya, dan kemudian dia melihat sepasang mata yang pernah dilihatnya itu.

“Ericko, aku tidak menyangka kamu akan memiliki hari ini,” Gavin tersenyum samar dan mengarahkan pistolnya ke kepala Ericko.

“Kamu tidak akan bisa melarikan diri, aku pasti akan menangkapmu,” Ericko Ye berkata dengan gigi yang terkatup.

Gavin mencibir dua kali, "Bagaimana kamu menangkapku? Menggunakan ilmu sihir atau kekuatan supermu? Ayo, aku akan menunggu."

Ericko Ye mengepalkan tinjunya, Jika dia masih bisa menggunakan sedikit kekuatan supernya sekarang, dia tidak akan diinjak oleh si bajingan ini.

"Kenapa? Tidak bisa?" Gavin tertawa.

“Bajingan, apa yang kamu lakukan pada Edo?” Ericko Ye bertanya dengan tajam, kondisi fisik putranya lah yang paling dia khawatirkan sekarang.

"Edo? Oh, maksudmu si dia. Dia baik-baik saja, aku hanya membiarkannya tidur sebentar."

Ericko Ye tidak bisa menahan sakit ketika dia mengatakan ini, "Kamu lebih baik jangan menyakitinya, kalau tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi, tidak peduli di surga ataupun neraka."

"Oh, TIDAK, aku sangat menyukainya, bagaimana mungkin aku menyakitinya? Namun, kupikir para ilmuwan abnormal di luar negeri seharusnya akan sangat tertarik padanya. Kamu dan para perompak telah mengambil semua harta keluargaku. Jadi, aku menggunakannya untuk menghasilkan sedikit uang seharusnya wajar kan?"

Ilmuwan abnormal?

Ya Tuhan, orang-orang ini akan memperlakukan Edo sebagai kelinci percobaan dan membaginya menjadi potongan-potongan kecil satu per satu.

Ericko Ye sangat emosional. Semakin dia bersemangat, maka semakin banyak darahnya yang mengalir, "Brengsek, aku tidak akan membiarkanmu berhasil dalam rencana ini."

"Benarkah? Tetapi, kupikir kamu tidak akan bisa melihatnya lagi. Aku akan mengirimmu ke neraka sekarang," Gavin menarik pelatuk pistol dan mengarahkan ke kepala Ericko Ye.

Dan di saat itu, sebuah suara terdengar di telinga Ericko Ye, "Ayah, cepat larilah."

Itu adalah suara Edo. Dia terkejut di dalam hatinya dan melihat ke arah mobil. Melalui sebuah lapisan pelat baja, dia seolah-olah melihat kedua mata putranya yang bersinar.

"Ayah, cepat lari," Suara itu terdengar lagi.

Ericko Ye berbicara kepadanya dalam hati, "Edo, ayah tidak bisa meninggalkanmu sendirian."

"Aku akan baik-baik saja, oh, aku akan membawamu pergi."

Begitu suara yang tidak matang itu jatuh, Ericko Ye menghilang dari bawah kaki Gavin.

Ketika Ericko Ye bepergian melalui ruang dan waktu, hatinya penuh dengan kesedihan dan kegembiraan. Sayangnya, dia tidak berdaya ketika Edo diculik. Tetapi untungnya, energi yang terkandung dalam dirinya bahkan lebih kuat dari yang dia kira.

Gavin mengutuk, lalu berbalik dan masuk ke mobil, sementara Edo yang seharusnya tertidur, sedang menatapnya dengan mata lugunya yang besar.

“Sayang, kapan kamu bangun?” Gavin bertanya dengan kaget. Begitu jarum itu ditusukkan, seharusnya dia akan tidur setidaknya sampai besok pagi.

Edo seolah-olah tidak melihat apa-apa barusan, dia mengedipkan matanya dan berkata, "Dudu, aku lapar dan ingin makan."

Gavin mengeluarkan sebuah kantong plastik dari belakang yang dipenuhi dengan makanan ringan di dalamnya. Tampaknya, itu sudah dipersiapkan sebelumnya. Dia mengeluarkan sekantung kue kering dan membukanya untuknya. "Makanlah."

Edo melirik tanpa menerimanya, "Ibu mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh makan ini, mereka tidak akan bisa dikeluarkan dari tubuh."

Gavin hendak memasukkan sepotong ke dalam mulutnya, tetapi ketika dia mendengar itu, wajahnya membeku dan dia kembali melemparkan kue-kue itu ke dalam kantong plastik.

“Lalu, apa yang ingin kamu makan?” Dia bertanya dengan ramah.

Edo meletakkan tangannya di dagunya dan berpikir untuk waktu yang lama, "Aku ingin makan bubur yang dimasak oleh nenek Qin, enak sekali."

"Sayang, tidak ada bubur nenek Qin sekarang," Gavin dengan tidak sabar meletakkan camilan itu di antara mereka berdua. "Tahanlah laparmu jika kamu tidak mau makan."

Edo sepertinya terstimulasi oleh kalimat ini, matanya menjadi basah seketika dan kemudian meneteskan air mata, "Dudu, kamu tidak menyayangiku lagi?"

Hati Gavin melembut dan suaranya melunak, "Sayang, Dudu sangat menyayangimu, tetapi kamu harus mendengarkan Dudu, sudah tahu belum?"

“Bagaimana jika aku tidak patuh?” Edo bertanya, matanya berlinang air mata.

Gavin membuatnya sangat ketakutan. "Jika kamu tidak patuh, aku akan melemparmu ke gunung untuk memberi makan serigala."

“Apa itu serigala?” Edo berubah menjadi anak yang penasaran.

"Serigala adalah binatang yang sangat kejam, mereka diciptakan untuk memakan anak yang tidak patuh sepertimu."

Edo terkejut dan buru-buru berkata, “Jangan buang aku, Dudu. Aku akan patuh.” Tetapi dia tersenyum diam-diam, ternyata benar-benar menganggapnya seperti anak berusia lebih dari setahun?

"Ini baru benar, carilah makanan di dalam sendiri," kata Gavin, menunjuk ke kantong makanan.

Edo menarik semua jenis makanan ringan, mengeluarkan sekotak yogurt dari dalam, menancapkan sedotan dan menyesapnya, lalu bertanya pada Gavin, "Dudu, kemana kamu akan membawaku?"

"Membawamu ke suatu tempat yang menyenangkan."

“Lalu, kapan kamu akan mengantarku pulang?” Edo bertanya dengan hati-hati.

Gavin meliriknya dan berkata dengan dingin, "Kamu masih ingin pulang?"

Edo dengan jujur berkata, "Tentu saja, ibuku akan melahirkan adik perempuan, dan aku berjanji pada ibuku untuk merawat adik perempuanku."

Gavin mencibir dan membujuknya, "Aku akan mengantarmu pulang untuk melihat mereka ketika aku punya waktu."

Edo berkata "Oh" dengan patuh, berbalik untuk melihat keluar jendela, kedua cahaya di matanya menjadi redup.

Ketika tadi pistol ditembakkan, Edo terbangun.

Kemudian, dia melihat ayahnya jatuh di atas genangan darah. Dan ketika dia mendengar kata-kata Dudu tadi, dia tiba-tiba menyadari bahwa Dudu yang ganas di depannya ini bukanlah lagi Dudu di dalam memorinya.

Di sini.

Edo menggunakan sedikit kekuatan untuk mengirim Ericko Ye ke sisi jalan yang lebih banyak orang. Ketika Ericko Ye berusaha untuk bangkit dari rerumputan, dia menakuti pasangan kecil di pinggir jalan.

Seolah jatuh ke dalam kegelapan tanpa batas, Ericko Ye merasa lelah dan haus, kakinya juga terasa berat dan terbelenggu. Meskipun demikian, dia masih harus berlari karena Edo masih menunggunya.

Tiba-tiba, sebuah laboratorium muncul di gelapnya malam dengan cahaya terang di dalamnya. Ericko Ye berlari ke depan untuk melihat. Ada beberapa orang yang berpenampilan seperti dokter sedang memegangi berbagai instrumen di tangannya dan sedang mengelilingi meja eksperimen dan melakukan sesuatu. Ericko Ye membuka matanya dengan keras untuk melihat dengan lebih jelas. Orang yang duduk di atas meja eksperimen adalah Edo. Tubuhnya telah dihancurkan dan darah terus menetes, tetapi matanya masih berputar. Dia menangis kesakitan, dia ingin melarikan diri dari sini, namun beberapa orang di sebelahnya sedang tertawa cekikikan.

Ericko Ye memukul kaca dengan putus asa, berteriak agar mereka tidak menyentuh putranya. Dia pergi membanting pintu tetapi pintu masih saja tetap tidak bergerak.

Kemudian, dia melihat sebuah pisau bedah dimasukkan ke dalam mata ungu Edo.

"Edo---" Ericko Ye berteriak kaget, dia langsung bangkit dari mimpinya.

"Ericko, Ericko."

Suara khawatir Christy Mu terdengar ke telinganya. Ericko Ye membuka matanya, lalu wajah khawatir istrinya muncul di depan mata.

“Christy.” Dia memanggilnya dengan datar, kemudian melihat sekeliling. Seharusnya dia berada di rumah sakit.

Christy Mu menyeka keringat di dahinya dengan handuk, menenangkan dengan lembut, "Sudah sudah, tidak apa-apa."

Ericko Ye meraih tangannya dan berkata dengan suara bergetar, "Maaf, aku kehilangan Edo."

Air mata panas menetes di punggung tangannya, sangking panasnya membuat Christy Mu menjadi lebih tidak nyaman. Dia duduk di tepi tempat tidur dan memeluknya, membelai punggungnya. "Harus percaya pada Edo, dia lebih cerdas dan kuat daripada yang kita bayangkan, dan kamu, kamu harus cepat sembuh. Jika kamu terus berbaring di rumah sakit, siapa yang akan menyelamatkan Edo? Siapa yang akan melindungi aku dan bayi di dalam perutku?"

Ericko Ye menggigit bibir bawahnya dengan erat. Jika Christy Mu bisa memarahinya pada saat ini, dia mungkin merasa lebih baik, tetapi semakin Christy Mu memakluminya, maka akan semakin banyak rasa bersalah dan kesedihan yang dia rasakan dalam hatinya.

Mengapa dia membawa mereka ke taman hiburan? Jika tidak datang ke sini, tentu itu tidak akan terjadi.

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu