Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 549 Kamu Bukan Pilihannya (2)

Tanpa menunggu Vanny selesai bicara, tiba-tiba senior mendekat ke telinga Vanny, dengan sikap yang ambigu lalu berkata: "Dia ada di luar."

Hanya kalimat itu tapi sudah membuat seluruh tubuh Vanny bergetar.

Respon Vanny membuat senior sedih dan juga tak rela.

Ketika gadis ini dan dirinya bersama, gadis ini selalu tak bertenaga, tidak pernah bereaksi seperti ini. Hanya ketika mendengar kabar tentang Yunardi Mu, Vanny bisa menjadi hidup.

Walaupun mulutnya berkata sudah tak peduli dengan Yunardi Mu, tapi gerakan Vanny lebih baik daripada ucapannya. Tubuh Vanny yang sekarang menyangkal, rasanya gila, dia ingin sekali melihat Yunardi Mu, tetapi Vanny juga khawatir akan terungkap.

Bagaimana kalau menoleh sebentar? Berpura-pura sedang ceroboh?

Pikiran itu baru muncul, Vanny tak tahan lagi, membuat Vanny tak kuasa membalikkan tubuhnya ingin melihat Yunardi Mu.

Baru Vanny ingin bergerak, tapi sudah dihentikan oleh senior.

"Jangan menoleh. Kalau tidak semuanya sia-sia."

Telapak tangan Vanny terkepal erat, tubuhnya kaku.

Melihat Vanny sangat berusaha keras tak menoleh, ada kerutan yang terlihat dari dahi senior tersebut. Dengan suara rendah senior berkata: "Vanny, bersandar kemari. Letakkan kepalamu ke bahuku."

"Kenapa?"

"Dengan begitu kamu bisa membuat dia patah hati seutuhnya. Dia tak akan mengganggumu lagi. Kata-kata tak bisa dibandingkan dengan apa yang dia lihat sendiri."

Hati Vanny agak bertentangan. Senior juga tak memaksanya. Senior selalu menunggu sampai Vanny sepakat.

Vanny menurunkan bulu matanya, lalu bersandar di bahu senior, ada sorot kehancuran dari matanya.

Saat bahunya terasa berat, senior bisa merasakan berat Vanny serta kehangatan gadis itu.

Tapi tidak ada rasa senang sedikit pun dari hati senior, pria itu malah merasa sedih.

Bibirnya dengan lembut bergerak pelan di atas kepala Vanny, sama sekali tak terkejut kalau tubuh Vanny untuk kedua kalinya menjadi kaku.

Tapi Vanny tetap seperti ini, tidak bergerak.

Senior tidak dapat melihat ekspresi Vanny, tapi dia tebak, sekarang Vanny pasti sangat pucat.

Aduh....

Entah berlalu berapa lama, senior menepuk bahu Vanny, "Sudah. Dia sudah pergi."

Vanny langsung menegakkan tubuhnya sambil diam-diam menyeka sudut matanya.

Vanny tidak berani mendongak melihat senior, dengan suara serak berkata: "Maaf."

"Kenapa minta maaf?"

"Aku menggunakanmu sebagai pelindung."

"Bukankah itu kegunaanku? Aku sangat tahu diri, aku tahu posisiku."

Mendengar senior menyindir diri sendiri membuat Vanny semakin malu menampakkan wajah. Semakin senior mengerti situasinya, Vanny semakin merasa dirinya berhutang banyak pada senior, sepertinya seumur hidupnya Vanny akan terus berhutang pada senior.

"Senior... sebenarnya senior tidak perlu begini pada diri sendiri."

Senior tertawa, "Bagaimana kamu tahu? Apakah aku tampak menyalahkan diriku sendiri? Kenapa aku tidak bisa mengambil kesenangan dari hal ini?

"Siapa yang akan senang dimanfaatkan orang lain?"

"Aku. Aku senang sekali. Aku menggunakan luka ini sebagai ganti menemanimu. Aku rasa itu keuntungan."

Kelembutan senior seperti jaring-jaring dengan pertahanan yang rapat, membuat Vanny terjerat tak bisa keluar.

Ketika mulai, Vanny akan melawan. Tapi sekarang Vanny membiarkan semua hal berjalan begitu saja.

Di belakangnya sudah tidak ada pria itu, Vanny bisa menengok ke belakang, melihat ke arah pria itu tadi berada.

Setelah menjaga senior, Vanny berdiri lalu pergi meninggalkan kamar pasien.

Ketika melewati ujung jalan, sebuah telapak tangan tiba-tiba muncul dan menarik pergelangan tangan Vanny.

"Tolo...."

Baru Vanny berteriak sebentar, mulutnya sudah dibekap lalu ditarik ke sebuah sudut.

Seluruh tubuh pria itu bau alkohol, napasnya berat, sambil tetap memegang Vanny erat, tidak melepaskannya.

Vanny sangat takut. Vanny merasa dirinya bertemu orang jahat.

Di saat seperti ini, jangan sampai diam tidak melawan, dirinya harus mencari cara menendang lawan.

Vanny berusaha keras melawan, tapi orang di belakang samar-samar menyebutkan satu nama.

"Vanny--"

Begitu mendengar suara ini, Vanny langsung mematung.

Dia Yunardi Mu!

Vanny tidak bisa membedakan perasaannya yang sekarang. Dia sangat ingin bertemu Yunardi Mu, tapi juga takut melihatnya.

"Kamu... minum alkohol?"

Yunardi Mu tak bergerak, seperti tak rela melepaskan Vanny, Yunardi Mu ingin mengambil kehangatan di tubuh Vanny.

Beberapa lama kemudian, baru Yunardi Mu membuka mulut, dengan suara serak bertanya: "Kamu... sungguh bersama dengannya?"

Vanny mengatupkan bibirnya, tanpa ragu menjawab: "Ya."

Yunardi Mu menertawai dirinya sendiri: "Jelas-jelas aku tahu jawabannya, tapi aku masih bertanya sendiri padamu dan baru menyerah. Tindakanku ini termasuk melukai diri sendiri, kan?"

Yunardi Mu yang begitu putus asa membuat hati Vanny sakit sekali.

Harusnya Yunardi Mu terlihat cemerlang, membuat orang-orang melihatnya, kenapa pria ini malah putus asa begini?

Dia tidak harus menjalani hidup seperti ini!

Vanny menjadi tega, dengan sekuat tenaga melepaskan diri dari pelukan Yunardi Mu, menatap pria itu dingin sambil berkata: "Yunardi, aku sudah memiliki kekasih. Kamu yang seperti ini sangat berlebihan."

"Kekasih?" Yunardi Mu tertawa dingin, "Pria bermuka dua seperti itu bisa apa sampai bisa menjadi kekasihmu? Vanny, bukankah ada yang salah pada matamu?!"

"Fitnahan mu kejam sekali. Senior bukan orang bermuka dua!"

"Bukan? Huh, hati-hati dengan seniormu itu!"

Di saat begini Yunardi Mu masih menjelekkan senior. Vanny mengernyit tak paham, "Yang harus diwaspadai adalah dirimu. Nantinya jangan mencariku lagi dan mengganggu hidupku. Kita menjadi orang yang saling tak kenal saja!"

Setelah berucap, Vanny membalikkan tubuhnya dan pergi.

Melihat punggung Vanny, Yunardi Mu ingin menghentikannya.

Lalu apa setelah itu?

Benar, Yunardi Mu mencurigai senior itu, tapi hanya curiga saja. Yunardi Mu tak memiliki bukti untuk membuktikan senior itu licik.

Karena tak ada bukti, tak peduli apa yang dikatakan Yunardi Mu, Vanny tak akan percaya.

Jika ada sedikit kepercayaan Vanny, keduanya tidak akan berakhir dengan kondisi hari ini.

Dibandingkan dengan senior tidak jelas itu, Yunardi Mu lebih peduli dengan sikap Vanny. Jelas sekali, sikap Vanny menyakiti hati Yunardi Mu.

Terkait Vanny, wanita itu bersembunyi di sudut yang tak ada orang. Lengannya memeluk tubuhnya dengan erat, terisak tanpa suara.

Dirinya jelas-jelas tahu Yunardi Mu bukan pria yang baik untuknya, tapi hatinya masih dengan bodohnya tergerak.  Apakah sampai akhir harus ada banyak luka?

Secara logika, Vanny berulang kali memberitahu dirinya harus melepas segalanya dan menjadi Vanny yang polos serta gembira.

Tapi sebenarnya, Vanny merasa dirinya seperti dikosongkan. Dirinya yang sekarang hanyalah seorang zombie, tak memiliki jiwa.

Vanny tak berdaya, dia sadar tak bisa mengontrol hatinya. Apalagi yang lebih menyedihkan dari ini?

Vanny mendongak menatap langit dengan tatapan kosong.

Vanny sedang berpikir, mungkin nanti dia tidak akan melihat langit yang gemerlap lagi. Seluruh kenangan yang indah ditutup oleh musim gugur.

……

Senior sadar ada yang aneh dengan Vanny, tapi senior tidak bertanya dan malah sengaja menggoda Vanny agar senang, mencoba memindahkan fokus wanita itu.

Jika sebelumnya cara ini ada sedikit kegunaan.

Tapi sekarang, tak peduli seberapa lucu cerita yang dia ceritakan, Vanny akan diam, bahkan terkadang Vanny akan melamun.

Ketika senior kembali sadar Vanny melamun, muncul sorot mata pasrah dari mata senior.

Senior mengulurkan tangan di depan wajah Vanny lalu bertanya: "Apa pembicaraanku begitu membosankan?"

Vanny tiba-tiba sadar, ekspresinya agak bingung, "Oh, maaf. Tadi senior bilang apa?"

"Bukan apa-apa, aku hanya mengobrol denganmu."

"Oh."

Vanny menjawab dengan singkat. Vanny menunduk sambil memainkan tangkai bunga dengan tangannya.

"Vanny, kamu..."

Saat senior ingin bertanya, ponsel milik Vanny berdering.

"Maaf, aku angkat telepon dulu."

Vanny melepaskan tangkai bunga dan mengangkat panggilan telepon.

"Vanny, cepat datang. Kondisi Yunardi tidak baik!"

Suara di sebrang telepon bergetar dan ketakutan. Jika tidak mendengarnya dengan cermat, Vanny tak bisa mendengar jelas ucapan Ani Xie.

Vanny terkejut, "Ani, kamu bilang apa?"

"Yunardi kecelakaan mobil. Dia ada di rumah sakit kota B. Lukanya parah!"

"Ke...kecelakaan mobil?!"

"Ya. Yunardi kemarin meminum alkohol banyak sekali, dia terlalu dekat dengan mobil truk lalu mobilnya hancur. Sekarang dia ada di ruang operasi, aku tak tahu dia akan tetap hidup atau tidak!"

Mendengar ucapan tersebut, wajah Vanny memucat. Setelah itu ponselnya terjatuh di lantai.

"Halo, halo Vanny? Kamu akan datang atau tidak?"

Masih ada suara Ani Xie di telepon, tapi Vanny sudah tak mendengarnya. Sorot matanya ketakutan, menatap kosong ke arah depan.

Sikap Vanny membuat orang khawatir. Senior mengernyit lalu bertanya: "Vanny, ada apa?"

Vanny masih tak merespon, wanita itu masih melamun, seperti boneka tak bernyawa.

"Vanny!"

Senior berteriak keras memanggil nama Vanny sambil menggenggam erat tangan wanita itu, kedua mata senior menatap lurus ke arah Vanny.

Fokus matanya perlahan-lahan kembali. Vanny dapat melihat jelas orang di depannya, setelah itu air mata Vanny mengalir.

Senior memeluk Vanny, panik sekali, dengan suara agak berat bicara: "Baiklah, beritahu aku dulu, sebenarnya apa yang terjadi?"

Bibir Vanny bergerak, akhirnya Vanny mendapatkan suaranya kembali.

"Yunardi terlibat kecelakaan serius, entah dia masih hidup atau tidak..."

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu