Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 346 Kesalahan, Aku Merindukanmu (1)

Arnold Bai menampilkan sikap orang terpelajar, dengan sopan berkata, "Halo, aku Arnold Bai." Arnold Bai menyadari ada beberapa pasang mata yang sedang menilai dirinya, tatapan mereka begitu menyelidik, seperti ingin melihat dirinya sampai ke dalam.

"Ini adalah teman militerku di tim yang dulu." Yolanda Duan menjelaskan singkat, lalu berkata pada Delia Hua, "Pekerjaan di toko besok pagi saja dibereskan lagi. Bukankan kamu ada kencan dengan kekasihmu?"

"Baik, bos." Delia Hua menjawab dengan semangat.

"Kak Arnold, hari ini aku sungguh merepotkan dirimu. Sebagai gantinya aku akan mentraktirmu makan."

"Jangan sungkan begitu, sudah seharusnya membantu antar teman, ditambah lagi hari ini aku luang." Arnold Bai menjawab dengan hangat. Kepribadian pria itu selalu luar biasa baik, wajahnya pun tampan, sangat mudah memenangkan komentar baik dari orang-orang.

Linardi menatap Arnold Bai dengan waspada, hati pria itu kalut. Dosen universitas? Pekerjaan ini terdengar lebih bagus daripada pekerjaan si pria tampan yang menjalankan perusahaan.

Akhirnya, beberapa orang mulai berdiskusi lalu langsung menutup toko. Arnold Bai tahu diri bahwa tidak tepat dirinya ikut berdiskusi, lalu Arnold Bai mencuci tangan dan langsung pamit. Walaupun Arnold Bai tidak dijanjikan makan malam dengan Yolanda Duan di malam perayaan kasih sayang , tapi Arnold Bai semakin memahami masa lalu wanita itu.

Ternyata Yolanda adalah seorang tentara, pantas saja punggung wanita itu tegap sekali, cara bicara dan bekerja wanita itu juga cekatan. Merangkum obrolan beberapa tentara, ternyata telinga Yolanda Duan terluka, maka dari itu dia meninggalkan militer.

Yolanda Duan dan beberapa orang datang ke restoran terdekat, di dalamnya di isi banyak orang.

Ah karena hari perayaan, maka banyak sepasang kekasih. Semua orang dengan bebas mengekspresikan rasa cinta masing-masing, dengan romantis menyuapi pasangannya.

Yolanda Duan melihat sekilas ke sepasang kekasih di jendela, mereka memakai baju pasangan yang menggemaskan. Kepala gadis itu memakai bando berbentuk telinga kucing, sedangkan si pria mengambil ponsel untuk memotret, terkadang kedua orang itu memanyunkan bibir bersikap imut di hadapan kamera.

Melihat kebahagiaan kecil dari pasangan tersebut, ujung bibir Yolanda Duan menarik sebuah senyuman. Hidup sederhana seperti ini juga sangat bagus.

Tapi, mulai dari Yolanda Duan lahir, dia sudah ditakdirkan tidak boleh menggunakan cara orang biasa untuk menjalani hidup. Kalau begitu sekarang dia tidak boleh iri pada hidup orang lain.

Tiba-tiba muncul bayangan seseorang dari otak Yolanda Duan, kilatan yang begitu cepat, tapi malah menusuk hatinya.

Jika orang itu juga ada di sisinya, bukankah dirinya hari ini juga bisa duduk di samping etalase kaca, memakai baju pasangan dan berfoto?

Tapi ini hanya bayangan saja.

Leo menyampirkan rambutnya, mendekati meja kasir, "Bos,  ruang pribadi ya."

"Baik, silahkan ke dalam..."Bos restoran tersebut langsung mengiyakan dan menyuruh pelayan mengarahkan jalan ke ruangan.

Setelahnya, di bawah arahan pelayan, Yolanda Duan dan sepuluh pria bersama-sama masuk, membuat restoran yang awalnya kecil menjadi sesak serta mengundang tatapan dari beberapa pasangan.

"Bos, kita bersama-sama merayakan hari kasih sayang. Mengundang banyak mata orang-orang." Di atas tangga, Leo berdampingan dengan Yolanda Duan, tertawa pada Yolanda Duan.

Yolanda Duan mengernyit, "Kenapa? Bukankah setiap tahun di hari kasih sayang, orang dewasa selalu bersama?"

Benar sekali, Yolanda Duan belum pernah merayakan perayaan ini, belum pernah bersama kekasihnya merayakan ini.

Mendengar ucapan Yolanda Duan, Leo tersenyum canggung.

Kehidupan militer membuat terbentuknya kelompok yang anggotanya tidak memiliki kekasih.

Beberapa orang sampai di ruang pribadi restoran, lalu duduk di meja bundar. Semua orang membiarkan Yolanda Duan memesan makanan. Yolanda Duan memesan satu porsi igababi asam manis, lalu memberikan menu makanan ke yang lain. Ada 10 orang, 1 orang memesan 3 makanan. Tidak lama kemudian, di atas meja dipenuhi berbagai macam makanan.

"Semuanya mari makan!"

Menunggu semua makanan di atas meja tersaji, Yolanda Duan menggerakkan sumpitnya untuk memecah kecanggungan. Semua orang melihatnya mengambil makanan duluan, akhirnya mengikuti Yolanda Duan, suasana di atas meja makan perlahan-lahan berubah ramai.

"Ketua, maaf..." Melihat dagu Yolanda Duan yang kurus, Linardi tak kuasa menghentikan gerak sumpitnya, hatinya kecewa.

Walaupun Yolanda Duan tidak peduli, tapi di dalam hati Linardi masih ada penyesalan yang mendalam. Pertama kali bertemu wanita itu, ketika memanggilnya, Yolanda Duan tidak bereaksi. Linardi seketika tahu, masih ada pengaruh yang besar dari kejadian itu.

Melihat Linardi menyalahkan diri sendiri membuat suasana hati orang di sekeliling memburuk, lalu ikut meletakkan sumpit.

"Linardi!"

Yolanda Duan berteriak, menatap tajam dengan serius dan berkata, "Masalah yang lalu sudah berlalu, jangan bahas lagi!"

Melihat Linardi masih menyalahkan diri sendiri, Yolanda Duan menghembuskan napas gusar, "Situasi saat itu, tidak berarti kamu menukar orang lain. Aku juga akan sama sepertimu, akan menyelamatkan. Kamu tidak perlu menyesal."

"Ketua..."

Sekumpulan orang dibuat tersentuh dengan ucapan Yolanda Duan, Yolanda Duan juga membicarakan kehidupan tentara, perlahan-lahan suasana membaik.

Semua orang mulai menuangkan alkohol sebagai tanda hormat ke Yolanda Duan. Yolanda Duan tinggal cukup lama di tim militer, kadar alkoholnya semakin lama semakin meningkat, tapi Linardi yang berada di samping menghalangi beberapa orang yang ingin menuangkan alkohol pada Yolanda Duan.

……

Sungai Houshan.

Evardo Ye berjalan santai mengikuti jalan sungai, tangannya memegang lampu kecil dan bunga teratai kecil, samar-samar terlihat cahaya.

Evardo Ye terus berjalan, sampai di otaknya muncul bayangan Yolanda Duan. Evardo Ye tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan, orang yang sangat dia rindukan menghilang dari dunianya, tidak bisa muncul lagi.

Jika wanita itu memberikan dirinya satu kesempatan lagi...

Evardo Ye tersenyum getir. Kalau memberikannya satu kesempatan lagi memang akan bagaimana? Pada akhirnya semuanya hanya 'jika'.

Angin berhembus, lampu permohonan di tangan Evardo Ye tertiup turun naik, Evardo Ye buru-buru membalikkan tubuhnya melindungi api di dalam lampu itu.

Berhenti beberapa menit, angin kencang berhembus lagi. Evardo Ye tersenyum pasrah. Apakah Yolanda Duan merasakan perasaannya? Secara khusus wanita itu...

Begitu memikiran hal ini, Evardo Ye buru-buru menggelengkan kepala, takut dirinya gila. Evardo Ye berjalan ke pinggir sungai, lalu melepaskan lampu permohonan yang tadi dia lindungi ke air dan membaca kembali tulisan yang ada di atasnya: Aku berharap orang yang aku kasihi menungguku.

Menunggu?

Menunggu berapa lama?

Satu bulan, satu tahun, sepuluh tahun atau lebih lama lagi?

Lampu permohonan membuat arus sendiri di atas air, mengikuti angin tanpa rintangan berlayar jauh. Pikiran Evardo Ye agak kosong, tangan pria itu berada di dalam air meraup sesuatu yang kosong. Ketika kesadarannya kembali, tangannya sudah basah.

"Kak Evardo, kamu kembali!" Melihat Evardo Ye berjalan kembali dengan kebingungan, Yanti Duan langsung menyambut.

Evardo Ye menghindari tangan Yanti Duan, menganggukkan kepalanya asal, "Hm."

Selesai berucap, Evardo Ye langsung berjalan ke kamar. Tangan Yanti Duan kaku di tempat. Berdiri sambil berteriak di koridor, menunggu Evardo Ye keluar, di tangannya sudah ada sebotol bir dan dua gelas.

"Temani aku minum bir, ya."

Wajah Yanti Duan langsung berubah gembira, berlari kegirangan ke depan Evardo Ye, mengangguk dan berkata, "Eum."

"Kak Evardo, kamu kenapa?"

"Kak, kenapa kamu tidak bicara?"

"Kak Evardo..."

Semenjak Yanti Duan setuju menemani Evardo Ye minum bir, Yanti Duan tidak mendengar suara apapun dari Evardo Ye. Yanti Duan sangat ingin tahu alasannya, tak henti-hentinya berbicara di depan Evardo Ye.

Hati Evardo Ye sedang memikirkan Yolanda Duan, hanya saja pria ini memaksakan minum bir dan mengabaikan ucapan wanita di sampingnya.

Bicara cukup lama dan tidak mendapatkan respon dari Evardo Ye, Yanti Duan agak sedih dan tidak bicara lagi. Yanti Duan duduk di samping Evardo Ye, meneguk bir dengan perasaan kesal.

Bir di lemari bir sudah dipindah semua. Kaleng bir tergeletak berantakan di bawah kaki Evardo Ye.

"Ayo, minum lagi."

Evardo Ye mengangkat kaleng bir sambil menggelengkan kepala, Yanti Duan yang ada di depannya berubah menjadi dua bayangan. Evardo Ye menggelengkan kepalanya, bayangan itu kembali jadi satu dan berubah menjadi Yolanda Duan.

"Yolanda?"

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu