Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 307 Pertama Kali Merasakan Karma (2)

Tapi Evardo Ye tidak menyerah, dia membutuhkan janji Yolanda Duan, maka dari itu dia harus menang di perlombaan ini.

Meminjam kekuatan Yolanda Duan, Evardo Ye membalikkan tubuhnya, satu tangannya menahan Yolanda Duan di dalam pelukannya, tangan yang satunya kembali mengambil apel. Kali ini Evardo Ye menggunakan sedikit tenaga, Yolanda Duan ingin melepaskan diri tetapi tidak berhasil, dengan mata terbuka lebar melihat apel merah itu jatuh ke tangan seseorang.

Rencana Evardo Ye berhasil, dengan penuh bangga pria itu melihat Yolanda Duan, dengan dua tangannya menyodorkan apel di depan Yolanda Duan, dengan rendah diri berkata, "Terima kasih ketua Duan sudah membiarkanku menang."

Di pertandingan ini Yolanda Duan bertarung sepenuh hati, sudah lama sekali dia tidak menemukan lawan yang setara. Yolanda Duan menikmati prosesnya, maka dari itu Yolanda Duan tidak menaruh hati pada hasil pertandingan.

"Ya anggaplah aku kalah. Kamu ingin aku melakukan apa?" Yolanda Duan menerima. Di pertarungannya dengan Evardo Ye, dia hampir tidak menyerang, tapi walaupun begitu dirinya kalah.

Hanya Evardo Ye sendiri yang tahu, pria itu agak bersalah karena menang, "Sangat tidak mudah untuk mendapatkan taruhan ini. Aku ingin pulang dan berpikir baik-baik."

"Baiklah. Kalau begitu berpikirlah dengan baik. Kalau sudah beritahu aku."

Linardi terpana, rasa kagum dan hormatnya pada Evardo Ye seperti air di sungai kuning, tidak ada henti-hentinya. Dengan semangat Linardi menggenggam tangan Evardo Ye, mata pria itu berbinar, "Pria tampan, bukan bukan, Evardo kamu hebat sekali. Tidak ku sangka kamu bisa menang dari ketua kami. Ya Tuhan, kamu sungguh seperti Saodi Seng di novel kungfu. Tersimpan keberhasilan dan reputasi bagus. Ya Tuhan, tidak bisa, aku terlalu senang. Biarkan aku tenang dulu."

Yolanda Duan bingung harus tertawa atau menangis, "Bocah tengik, ketuamu kalah dan kamu sesenang ini?"

"Tentu saja. Akhirnya ada pria yang bisa mengalahkan, ketua. Ini memberi kemenangan pada kita sebagai pria. Apa aku tidak boleh senang?" Linardi memeluk bahu Evardo Ye, wajahnya dipenuhi senyuman, "Hei saudara, aku setuju kamu menjalin hubungan dengan ketuaku."

Yolanda Duan menendang bokong Linardi, "Apakah masalahku juga butuh persetujuan darimu?"

"Ketua, ini sudah bertahun-tahun, akhirnya ada yang bisa mengalahkanmu. Dari sini aku percaya saudara kita yang lain bisa menerima si tam... maksudku Evardo."

Evardo berdiri di samping lalu tersenyum lembut, "Aku menang karena kebetulan. Yolanda sangat hebat."

"Hei jangan rendah hati begitu. Kalau aku kalah ya kalah. Tidak ada yang memalukan." Yolanda Duan adalah orang yang sangat tegas pada dirinya sendiri dan juga berbesar hati menerima kekalahan.

"Sebenarnya..." Evardo Ye berhenti berucap, mendekatkan dirinya ke telinga Yolanda Duan, dengan pelan berkata, "Aku menggunakan kekuatan superku, jika tidak, aku tidak bisa mengalahkanmu."

Yolanda Duan terbelalak kaget. Pantas saja, dirinya merasa gerakan Evardo Ye sangat cepat dan beberapa kali melanggar peraturan.

"Jika kamu merasa kemenanganku tidak adil, kamu bisa..."

"Apa yang kamu bicarakan? Tidak peduli bagaimana kamu menang, itu adalah kemampuanmu sendiri. Aku menerima kekalahanku." Yolanda Duan memegang prinsip, lalu berkata serius, "Begini saja, beberapa hari ini aku dan Linardi mau memulihkan stamina, kamu memberikan pelatihan pada kami. Aku akan menggajimu."

"Gaji?" Evardo Ye bingung harus tertawa atau menangis, "Yolanda, apakah kamu merasa aku kekurangan uang?"

"Lalu kamu mau apa? Kita tidak bisa begitu saja membiarkanmu memberikan pelatihan."

Linardi berkata sambil tertawa, "Ketua, kamu tidak tahu yang diinginkan Evardo?"

Alis indah Yolanda Duan naik ke atas, dengan nada waspada menjawab, "Kamu tahu?"

Linardi seperti kelinci, sama cepatnya sudah sampai di depan pintu, "Aku tidak tahu." Lalu pergi dengan cepat.

Di kamar pasien hanya tersisa mereka berdua. Evardo Ye menuangkan Yolanda Duan segelas air hangat, ekspresi wajahnya sangat serius, "Kamu tidak perlu memberikanku apa-apa. Tubuhmu semakin kuat, aku baru bisa tenang. Terkadang aku berpikir, jika aku tidak memiliki perusahaan Star Ye, aku akan menemanimu menjadi tentara. Dengan seperti itu, aku bisa selalu di sisimu, membantumu segalanya tanpa perlu khawatir, membuatmu tidak terluka sedikit pun. Tapi jelas sekali aku tidak bisa melakukannya, jadi aku hanya bisa berharap kamu melindungi dirimu sendiri dengan baik, aku juga bisa sedikit tenang saat tidur."

Yolanda Duan menatap pria di depannya ragu. Dirinya bukan orang yang sensitif, dirinya tidak pernah berpikir, pria yang di mata wanita lain terlihat arogan bisa begitu memikirkan dirinya.

Hatinya bukan tidak tersentuh, tapi merasa perasaan dalam pria itu tidak bisa dibalas.

Menatap wajah tampan itu, tiba-tiba Yolanda Duan jadi sangat ingin menciumnya.

"Tutup matamu." Ucap Yolanda Duan pelan.

Evardo Ye tidak tahu apa yang gadis ini ingin lakukan, tapi Evardo Ye dengan patuh menutup mata. Perlahan-lahan Evardo Ye merasa napas gadis itu mendekat ke tubuhnya. Detak jantung Evardo Ye semakin cepat, tangannya berubah terkepal.

Tidak mungkin gadis ini ingin...

Belum kata itu terucap, bibir tipis dan dingin itu ditutupi oleh sesuatu yang hangat dan kenyal.

Kepala Evardo Ye rasanya seperti meledak. Seluruh aliran darahnya berkumpul di kulit kepalanya, tapi rasa sentuhan yang indah ini belum dirasakan beberapa detik, kelembutan itu sudah menghilang.

"Bonus untukmu." Wajah Yolanda Duan memerah. Sepasang mata yang  berwarna hitam itu seperti dicuci oleh air yang jernih.

Ada gejolak di hati Evardo Ye. Matanya melihat tajam ke bibir Yolanda Duan. Dia sangat ingin.. mencobanya lagi.

Jantung Yolanda berdegup dipandangi seperti itu oleh Evardo Ye. Begitu memutar tubuh ingin lari dari tatapan panas Evardo Ye, mana tahu bahwa akan ada sebuah lengan yang menghempasnya dan menariknya masuk ke dalam pelukan. Yolanda Duan masih belum sadar. Evardo Ye menaikkan dagu gadis itu lalu menciumnya dalam...

Yolanda Duan dibuat terkejut oleh aksi Evardo Ye, tanpa sadar ingin mendorong pria itu tapi malah dipeluk semakin erat oleh Evardo Ye.

Gadis ini belum pernah menerima ciuman. Instingnya... setelah itu, Evardo Ye semakin dalam menciumnya...

Dari pertama kali bertemu dengannya, Evardo Ye ingin memeluk Yolanda Duan seperti ini, mencium bibir gadis ini dalam-dalam. Hari ini Evardo Ye mendapatkan kompensasi, bagaimana bisa pria itu tidak semangat? Evardo Ye sangat ingin memakan gadis ini sekali saja.

Sungguh manis, sungguh indah.

Yolanda Duan terlena oleh ciuman Evardo Ye. Ternyata... rasa ciuman seperti ini. Pelan-pelan tubuh kaku Yolanda Duan menjadi lemas, tanpa sadar kedua tangannya melingkari pinggang Evardo Ye, membalas ciuman pria itu.

Entah sudah berciuman berapa lama, ketika Evardo Ye ingin mengangkat kepala, memaksa kehangatannya meninggalkan bibir manis itu. Di matanya, wajah Yolanda Duan sangat merah, bibir gadis itu basah, matanya berkabut, sangat menggemaskan.

Entah siapa yang menjatuhkan nampan obat di koridor, itu membuat Yolanda Duan sadar dan melihat Evardo Ye sedang memejamkan mata dan mencium bibirnya dalam dan kedua tangan Yolanda Duan masih memeluk...

Tiba-tiba Yolanda Duan mendorong Evardo Ye, tapi tidak melepaskan pelukan pria itu.

"Kamu... kamu.... kamu..." Yolanda Duan mengucapkan kata 'kamu' cukup lama tapi tidak tahu apa yang harus diucapkan. Ada nada pura-pura malu pada suaranya, mata Yolanda Duan berpindah ke arah lain, tidak berani langsung menatap sepasang mata yang menatapnya penuh nafsu itu.

Evardo Ye mencubit dagu Yolanda Duan, memaksa gadis itu menatapnya, lalu dengan wajah serius menyalahkan, "Kamu yang menggodaku."

Warna merah merembet dari wajah ke leher Yolanda Duan, gadis itu berdalih, "Bukan aku."

"Lalu kenapa kamu menciumku?"

"Tadi aku sudah bilang, itu hadiah terima kasih."

"Oohhhhh." Evardo Ye menjawab panjang, "Tapi aku merasa hadiah terima kasih itu ringan sekali."

"Kamu yang menerima hadiahnya. Bagaimana bisa protes kalau hadiahnya ringan?" Saat itu Yolanda Duan tidak mengerti, hanya bisa mengikuti jalan pikiran Evardo Ye.

Evardo Ye tersenyum tipis, sepasang matanya berbinar, dengan suara rendah dan menggoda berkata, "Ya, aku tidak baik. Tapi nantinya, untukmu, aku hanya menerima hadiah di belakang."

"Mimpi!" Yolanda Duan melepaskan himpitan Evardo Ye, berbalik tidak melihat pria itu.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu