Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 266 Kembalikan Nyawamu Padaku (1)

Dia saat ini hanya mengatakan apa yang ada pikirannya, anggur yang dimakan Yonathan Ye baru beberapa, melibat Brian Zhang datang dengan tergesa-gesa, dia secara alami datang ke Ericko Ye untuk berbicara dengannya, tapi tiba-tiba teringat kalau tuannya telah hilang ingatan, jadi dia berbalik ke Christy Mu dan Ericko Ye berkata, “Nyonya, Tuan, Evan telah terbang ke kota S.”

Yonathan Ye mendengar ini langsung bersemangat, bangkit dari sofa, “Akhirnya datang juga, aku sudah menunggunya begitu lama hingga hampir melupakan orang ini, awasi dia dan liat siapa saja yang dihubunginya.”

“Tuan tenang saja, Herry akan mengawasinya. Aku baru saja mengirim beberapa orang lagi padanya.”

“Mungkinkah Gavin juga berada di kota S?” Christy Mu bertanya dengan bingung.

Mata Yonathan Ye terlihat jernih, “Belum tentu, dia mungkin bersembunyi di suatu tempat di kota A. Berita kembalinya kakak belum menyebar. Jika menyebar, dia mungkin akan sudah mengambil tindakan.”

“Dia benar-benar hantu yang selalu bergentayangan dimana-mana," gerutu Christy Mu.

Ericko Ye bingung dan bertanya dengan rasa ingin tahu, “Siapa yang sedang kalian bicarakan?”

“Orang yang membuatmu hilang ingatan,” Christy Mu menjelaskannya dengan singkat, “Dan hubungan kalian adalah, kalau dia tidak mati maka kamu yang akan mati.”

“Seserius itu?”

Christy Mu melihatnya, dari matanya terlihat sesuatu yang begitu yakin dan kukuh, “Iya, seserius itu.”

Ericko Ye tidak mau hidup dengan hanya bisa menebak-nebak, lalu berkata, “Kasih tahu aku apa yang telah terjadi sebelumnya, aku harus mengetahuinya.”

Christy Mu termenung beberapa menit, “Baik, nah semua dimulai dari saat kita menikah.”

Begitu Yonathan Ye mendengar ini, dia merasa pengalaman ini bukan sesuatu yang mudah bagi kebanyakan orang untuk bisa diterima, untuk menghindari kesakitan dari cerita ini, dia harus mencari jalan untuk menghindarinya.

“Kalian bicaralah, aku tidak ingin mengingat masa lalu itu.” Dia datang ke arah Edo dan mengulurkan jari-jarinya. “Edo, ayo pergi dengan paman. Ibu dan ayahmu ingin membicarakan sesuatu.”

Dia dengan patuh memegang mainan itu di tangannya, dan menggandeng jari pamannya.

“Kalau begitu mari kita bicara diluar, di kamar terlalu panas.” Christy Mu berjalan keluar tanpa menunggu responnya, Ericko Ye hanya bisa dengan patuh mengikutinya.

“Ini harusnya terjadi dua tahun lalu, saat orang tuaku meninggal, tak lama setelah itu...”

Christy Mu mengikuti ingatannya ada beberapa hal yang tidak dia ingat jelas, tetapi utas utama dari kisah itu masih ingat, misalnya, mengapa dia menikah, mengapa Carina Qiao tinggal di keluarga Ye, dan seterusnya.

Keduanya berjalan perlahan ke luar vila, melewati taman, melewati pohon bambu, melewati halaman hijau, lingkaran demi lingkaran, suara lembut Christy Mu berkibar di malam hari, dan ekspresi Ericko Ye menjadi semakin rumit.

Juga tidak tahu sudah melewati berapa putaran, akhirnya cerita panjang itu berakhir, “Kira-kira seperti itulah, aku sudah lupa banyak hal, dan aku tidak ingin mengingatnya lagi. Karena kamu sudah melupakannya, maka lupakan saja sepenuhnya, dan itu lagipula bukan lah sebuah kenangan yang baik.”

Ericko Ye tidak bisa berkata apa-apa, meskipun dia mengatakan itu dengan sangat ringan, tapi dia yang mendengarnya terkejut, dia tidak pernah berpikir kalau dia seperti ini.

“Sudah terlalu malam, ayo pulang. Besok masih harus bekerja.” Setelah menceritakan kisah ini Christy Mu baru menyadari kalau kakinya sakit. Ini adalah efek penyebab pembekuan terakhir dan dia tidak berdiri dalam waktu yang lama.

“Ya.” Otak Ericko Ye kacau. Malam ini, ada terlalu banyak informasi yang dia terima, dia nanti akan berbaring di atas ranjang dan menyusun semua informasinya.

Kamar mereka berdua berada bersampingan. Ketika Christy Mu mendorong pintu untuk masuk, Ericko Ye menarik lengan bajunya. Dia kembali menatapnya dengan tatapan bingung, ada apa?

Ericko Ye tidak berani menatap matanya, dan berkata dengan bingung, “Itu...itu...”

Christy Mu tidak pernah melihat Ericko Ye yang malu-malu seperti ini, lalu menggodanya. “Apanya?”

“Tidak apa-apa, selamat malam.” Setelah mengatakan itu, dia mendorong pintunya dan bersembunyi di balik pintu, bersandar disana, jantungnya masih berdetak dengan sangat kencang.

Otaknya sepertinya sudah kemasukan air, dia mengapa menariknya? Mau mengatakan apa? Dia sendiri merasa bingung.

Bibirnya sedikit menganga, hatinya seperti ditabrak seekor rusa berdegub begitu kencang, saat ini, dia tidak bisa melihat kalau matanya bersinar begitu indah.

Dia menenangkan hatinya, menukar sendal kamar dan membuka kancing kemejanya, sambil berjalan ke dalam, tapi sampai di tepi ranjang, dia langsung terkejut setengah mati.

“Mira, kamu ngapain disini?” Ericko Ye tersadar menutup dadanya.

Melihat tubuh nya di atas ranjang, Mira mengenakan piyama tulle hitam, dan merayunya dengan mata menggoda. Suara lembut itu seolah bisa meneteskan air, “Kakak Ericko, kemarilah.”

Ericko Ye melangkah mundur dan seluruh tubuhnya menjadi mati rasa, dia merasa begitu merinding, “Apa yang kamu lakukan di kamarku?”

Mira Pan mengedipkan mata dan berkata, “Aku sudah seagresif ini, kamu masih menanyakan aku mau apa kesini?”

Ericko Ye mengerutkan keningnya, “Mira, pakai bajumu dan kembalilah ke kamarmu, ini tidak pantas untuk kita.”

“Apanya yang tidak pantas? Kita sudah menikah, itu hal yang normal untuk tidur bersama.” Mira Pan tidak bergerak. Dia membutuhkan waktu yang lama untuk berada di pose ini, dan dia belum mencapai tujuannya, jadi dia bagaimana bisa menyerah.

Kepala Ericko Ye rasanya begitu sakit, dan dia berkata dengan sungguh-sungguh, “Mira, kita belum menikah, dan pernikahan itu baru berjalan setengah jalan.”

“Semua itu karena wanita itu yang telah merusaknya.” Mira Pan berang.

“Mira, jangan berkata seperti itu, dia...dia itu ibu dari anakku.” Ericko Ye hampir saja mengatakan kalau Christy Mu itu adalah istrinya.

Mira Pan tidak terima, “Aku juga bisa memberikanmu anak, bukannya dia saja yang bisa.”

“Mira, bukan karena ini, aduh, kamu berdiri pakai baju dulu,” mata Ericko Ye tidak tahu sudah ada dimana, dia kira kalau dirinya sangat menggodanya, tapi tidak bagi Ericko Ye, juga karena telah bertahun-tahun berada di pulau, kulitnya menjadi begitu gelap, memakai baju hitam...membuatnya semakin terlihat hitam.

Sebelum Christy Mu muncul, Ericko Ye berpikir kalau dia menyukai Mira Pan, setidaknya dia tidak membencinya. Tentu saja, itu juga karena mengandung rasa terima kasih. Tetapi ketika Christy Mu kemarin muncul, Ericko Ye merasa sedikit canggung ketika dia melihat Mira Pan lagi, dia terlalu biasa saja untuknya, dan dia tidak memiliki keinginan untuk melakukan apa pun dengannya.

Mira Pan bagaimana bisa mendengarkannya? Alih-alih mengenakan baju, dia malah menaikkan rok piyama yang sudah pendek di sepanjang paha.

Ericko Ye melihatnya yang gila seperti ini. Dia tidak bisa membantunya memakaikan baju juga tidak mengusirnya. Dia jadi menggertakkan giginya dan berkata, “Oke, kalau begitu kamu tinggal di sini, aku yang akan pergi.”

Saat dia membicarakan ini dia berjalan keluar. Mira Pan cemas, dan bergegas untuk mengejar, “Kakak Ericko, kamu pergi kemana?”

Kulit kepala Ericko Ye rasanya sudah mati rasa dan dia dengan cepat membuka pintu dan mendorong keluar, lalu membuka pintu lain dan menutupnya. Seolah-olah ada serigala, harimau dan macan yang mengejar dirinya.

Ini sangat mengerikan, Mira Pan yang dia kenal bukan seperti ini. Dia sebelumnya begitu lucu dan baik, dan tidak selicik ini.

“Siapa?” Suara Christy Mu terdengar dari dalam ruangan di kamar itu.

Ericko Ye mematung, langsung terbatuk kecil, “Hm...ini aku.”

Udara dalam beberapa menit terasa berhenti, Ericko Ye mendengar suara dari dalam kamar mandi, tak lama Christy Mu dengan tubuh berlilitkan handuk berjalan keluar.

Darah di otak Ericko Ye berkumpul menjadi satu, dan handuk mandi putihnya membungkus kulitnya yang seperti krim, dan matanya seterang bintang-bintang paling terang di langit. Wanita tidak memakai sendal, dan kuku bundar berwarna merah muda terlihat begitu lucu.

Adegan sore tadi tiba-tiba muncul di benak, dan darah Ericko Ye mulai mendidih.

“Apa yang kamu lakukan disini?” Christy Mu bertanya, terkejut. Dia baru saja melepas pakaiannya dan siap untuk mandi.

“Aku ...” Ericko Ye membuka mulutnya, merasakan tenggorokannya terbakar, berpikir... untuk memeluk tubuhnya dan menciumnya dengan ganas.

Mengambil napas dalam-dalam, Ericko Ye menunjuk ke kamar sebelah, dan berkata dengan tak berdaya, “Mira berlari ke kamarku.”

Christy Mu tidak terkejut dengan ini, karena ini semua dalam harapannya, yang mengejutkannya adalah Ericko Ye bisa melarikan diri dan bahkan tidak mengganti sendal kamarnya terlebih dahulu.

Christy Mu menekan handuk mandi di dadanya, dan berkata dengan senyum di matanya, “Karena gadis itu sudah menyerahkan dirinya, kamu seharusnya langsung menerimanya.”

Ericko Ye mendengar leluconnya dan menatapnya dengan mata menyala, “Bukannya kamu bilang, tidak mengizinkanku tidur dengannya?”

Hati Christy Mu terasa panas melihat matanya yang panas, “Oh, kamu begitu mendengarkan perkataanku?”

Di belakangnya sepertinya ada sepasang tangan yang tak terlihat mendorongnya hingga ke depan tempat Christy Mu berdiri. Dia menatap ke dalam matanya, bibir tipis terbuka sedikit, “Aku tidak akan melakukan sesuatu yang bisa membuat diriku menyesal.”

Christy Mu tidak mundur dan menatap langsung ke matanya. Dia adalah oang yang sangat dia cintai, dia bagaimana mungkin melepaskannya?

Ericko Ye mencium bau tubuhnya, dan api di hatinya tebakar lebih kuat. Dia menelan air liurnya dan berkata dengan suara rendah, “Kamu benar-benar seperti peri. Aku melihat jiwaku sejak kemarin sudah tertarik olehmu. Aku barusan ingin tahu sebenarnya sihir apa yang kamu miliki.”

Christy Mu mengangkat tangannya dan perlahan menelusuri garis wajahnya dengan jari-jarinya, dan akhirnya berhenti di bibirnya. “Bodoh, aku bagaimana mungkin memiliki sihir, ini adalah kekuatan cinta, tidak peduli aku yang menjadi bodoh, kamu yang hilang ingatan, tapi kekuatan cinta akan membimbing kita untuk bisa saling menemukan satu sama lain.”

Ericko Ye mendengarkannya, ya, benar, perasaannya terhadapnya adalah perasaan cinta.

“Tapi aku telah melupakanmu.”

“Kalau begitu mari kita mulai lagi dengan yang baru, mari buang semua ketidakbahagiaan sebelumnya, kita akan mulai yang baru dari sekarang, dan mulai saat ini, ini waktu yang sangat tepat.”

“Tapi bagaimana dengan Mira...”

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu