Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 158 Javier Mu, Adikku Aku Pulang (2)

Javier Mu, kamu akhirnya pulang juga.

Ericko Ye memandang Christy Mu dengan kalut, tidak yakin apakah dia harus memberitahu hal ini padanya, karena dia tiba-tiba tersadar, tujuan Javier Mu pulang kali ini adalah membawa Christy Mu pergi dari sisinya.

Christy Mu merasakan tatapannya, mengangkat wjaahnya dan dengan curiga berkata, “Kenapa melihatku?”

Ericko Ye menutup kembali kotak itu, dan menjawab, “Tidak ada.”

Dia tidak bisa membiarkan Javier Mu membawa pergi Christy Mu.

Tidak akan bisa.

Kalau dipikir-pikir ini semua memang seperti permainan takdir, waktu semua bermula, dia betapa ingin mencari tahu Javier Mu dengan memanfaatkan Christy Mu, dan takut kalau Christy Mu menyembunyikan posisi Javier Mu darinya, tapi belum sampai 1 tahun, posisi keduanya saat ini telah berubah.

Tangan Yonathan Ye sudah membaik, dan dendamnya pada Javier Mu sudah tidak sedalam awal.

Tapi semuanya tidak berjalan dengan pemikirannya, Ericko Ye baru saja menyimpan kertas itu ke kantongnya, hp Christy Mu tiba-tiba berdering.

Sebuah nomor asing.

“Halo, siapa ya?” Christy Mu mengambil sepotong roti, lalu dari pihak penelepon terdengar suara laki-laki yang begitu rendah, “Adikku.”

‘Plak’, roti terlepas dari genggamannya, jatuh di atas meja.

Waktu seperti berhenti, mata Christy Mu seketika berkaca, suara ini adalah suara yang dia mimpikan ribuan kali, dan sekarang dia akhirnya bisa mendengar langsung suaranya, tapi dia tidak berani percaya dengan semua ini.

“Adikku, ini kakak.” Suara Javier Mu menembus telinganya dan langsung masuk ke dalam hatinya.

Air mata Christy Mu langsung luruh, dengan suara gemetaran berkata, “Kak--”

Kak, kamu akhirnya pulang juga, kamu tahu tidak aku telah menunggumu selama ini, dan sangat menderita?

Hpnya tiba-tiba direbut oleh seseorang, dan selanjutnya dia langsung mendengar suara dingin Ericko Ye.

“Javier, lama tidak bertemu.”

“Ericko, hadiah yang aku berikan, kamu menyukainya tidak?” Suara santai Javier Mu terdengar.

“Sangat pas sekali dengan keinginanku.” Satu tangan Ericko Ye berada di atas meja, “Javier, kamu kura-kura pengecut akhirnya mau menampakan wajah, aku kira kamu sudah mati.”

“Hehe, Ericko, kamu belum mati aku bagaimana bisa berani mati?”

Ericko Ye tersenyum dingin, “Javier, hutang lama diantara kita bukankah sudah seharusnya dihitung?”

“Tentu saja kapanpun kamu mau, tapi sebelum itu, aku akan membawa pergi adikku langsung darimu.”

Ericko Ye melihat Christy Mu yang sudah bercucuran air mata, suaranya terdengar dingin, “Nah harus dilihat dulu apakah kamu mampu atau tidak.”

“Baiklah, nah kalau begitu kita lihat ya. Tapi aku peringatkan padamu, kalau kamu berani menyakitinya lagi, aku tidak masalah untuk melempar bom ke perusahaanmu itu. Kamu tahu kan, aku orang yang sangat memegang omonganku sendiri.”

“Aku tidak akan menyakitinya.” Sekarang ini, dia bagaimana bisa tega menyakitinya?

“Baik, untuk saat ini aku akan mempercayai kata-katamu.” Setelah itu, Javier Mu menutup teleponnya.

Ericko Ye membuang hpnya ke atas meja, Christy Mu langsung mengambilnya dan melihat teleponnya sudah terputus, saat dia memanggilnya lagi hp dari pihak teleponnya sudah mati.

“Kakakku bilang apa?” Tanya Christy Mu dengan cemas.

“Tidak apa-apa.” Ericko Ye memandangnya dengan tenang.

Kalau Christy Mu percaya dengan kata-katanya, maka Christy Mu sudah gila, moodnya saat ini begitu tidak stabil, “Kalian bicara selama itu, bagaimana mungkin tidak ada apa-apa?”

Ericko Ye menahan kedua bahunya, mencoba menenangkannya, “Christy, kamu kira kalau kami memang membicarakan sesuatu, mungkinkah aku memberitahunya padamu?”

Christy Mu mematung, akal sehatnya kembali ke otaknya, ya benar juga, dia bodoh ya? Ericko Ye bagaimana mungkin memberitahunya apa yang telah mereka bicarakan, tapi mendengar apa yang telah dia katakan, sepertinya dia dan kakaknya sudah membuat suatu kesapakatan.

Kakak akan membawanya pergi dari sini kah?

Harapan di di dalam hatinya yang telah terkubur kembali tersulut.

Ya pasti seperti itu, kakaknya begitu mencintainya, tahu bagaimana keadaannya, pasti akan cepat membawanya pergi dari sini.

Ericko Ye melihat perubahan ekspresi dari wajahnya, dalam hatinya mulai merasa tidak tenang dan khawatir.

Demi mencegah kedatangan tiba-tiba Javier Mu, dia harus terus berada di sisi Christy Mu.

“Ayo berangkat kerja.” Ucap Ericko Ye dengan dingin.

Christy Mu saat ini sudah menjadi lebih tenang, dia mengangguk, mengambil tas dan berjalan keluar vila.

Selama diperjalanan, keduanya terlihat saling memikirkan sesuatu, tidak ada yang berbicara, keadaannya begitu sunyi senyap.

Saat masuk ke lift, Ericko Ye menekan tombol lantai kerjanya, Christy Mu baru mau menekan tombol 8 tempat departemennya, tapi tangannya di genggam erat oleh Ericko Ye.

“Kamu hari ini tidak perlu pergi kesana.” Katanya dengan sangat serius.

“Nah aku pergi kerja dimana?” Tanya Christy Mu merasa aneh.

Ericko Ye melihat angka yang terus naik ke atas, “Mulai hari ini, kamu kerja di ruanganku.”

“Aku tidak mau!” Christy Mu langsung menolak.

Ericko Ye menundukan kepala menatap kedua matanya yang marah, berkata dengan satu kata demi satu kata, “Kamu tidak bisa menolak. Kecuali, kamu mau aku kembali mengurungmu.”

Christy Mu teringat hari gelap yang pernah dilaluinya, suaranya langsung melembut, “Tapi karya desainku semua masih ada disana...”

“Aku akan menyuruh orang untuk memindahkannya.”

Christy Mu hanya bisa menerimanya, dalam hatinya semakin yakin, keputusannya ini pasti ada hubungannya dengan kakaknya.

Asalkan dia bisa dengan lancar meninggalkan laki-laki berengsek ini, sekarang lebih menahan diri bukannya tidak masalah?

Sampai di ruangannya, Ericko Ye memerintah sekretaris Liu untuk menyuruh orang memindahkan sebuah meja dan kursi ke dalam, dan di letakan dekat cahaya jendela.

“Direktur Ye, ini semua barang-barang Christy.” Di tangan sekretaris Liu tengah memeluk banyak karya desain, dan di atasnya ada satu kotak pir berduri.

Christy Mu langsung mengambil kotak itu, dia takut pir berduri itu bisa menusuk wajah putih sekretaris Liu.

Ericko Ye menunjuk tempat yang tidak jauh darinya, “Letakan di atas meja itu saja, suruh dia yang menyusunnya sendiri.”

“Terima kasih, maaf merepotkan.” Ucap Christy Mu.

Sekretaris Liu dengan sungkan berkata, “Sudah seharusnya, kamu kalau butuh sesuatu bisa beritahu aku.”

“Baik, terima kasih.”

Alasan yang tidak jelas mengelilingi seisi kantor, setelah orang kantor mendapat kabar ini, mereka semua mengira kalau Ericko Ye sangat mencintai istrinya, jadi ingin setiap waktu melihatnya.

Lalu, image Ericko Ye sebagai laki-laki baik, suami baik menjadi perbicangan para karyawan.

Siang hari Christy Mu duduk di kursi ruangan yang baru, merasa sangat tidak terbiasa.

Karena, manajer perusahaan tidak tahu apakah karena benar-benar datang memberi laporan, atau hanya ingin memastikan semua ini, rata-rata di setiap setengah jam akan masuk satu orang, dan tatapan mereka selalu beralih padanya, setelah melihatnya, akan langsung tersenyum tidak enak.

Sejujurnya, mereka tidak perlu merasa tidak enak, karena yang harusnya merasa tidak enak kan dirinya sendiri?

Awalnya ingin menyelesaikan satu karya desain, tapi saat ini, kemampuan bekerjanya langsung menurun, dari pagi tadi dia tidak melakukan apa.

Setelah tidak mudah bertahan dengan tatapan dari yang lainnya, Christy Mu dengan kesal membuang pensil di tangannya, “Sudah waktunya istirahat, aku mau pergi makan.”

“Tunggu, aku ikut denganmu.” Ericko Ye langsung mematikan laptopnya.

“Aku ingin makan sendiri.” Ujar Christy Mu dengan sangat serius.

Ericko Ye mengabaikannya, “Kamu bisa menganggapku tidak ada disana, ayo.”

Kata-katanya sudah sampai disini, Christy Mu masih bisa berkata apa? Ya kalau begitu hanya bisa pergi makan bersamanya.

Keduanya sampai di restoran china di dekat kantor, Ericko Ye mengambil buku menu bertanya padanya, “Mau makan apa?”

“Tahu pedas, ikan asam, ayam asam manis.” Christy Mu juga tidak tahu mengapa, beberapa hari ini begitu menyukai makanan yang rasanya berbeda dengan kebiasaannya.

Ericko Ye mengernyitkan dahi, “Kamu bukannya tidak suka makanan pedas?”

“Tiba-tiba mau.”

Ericko Ye berpesan pada pelayan, “Tambah sup jagung udang, dan kuah kurma merah, tahu pedasnya jangan terlalu pedas, selain itu ambilkan satu kotak yoghurt.”

“Baik, silahkan menunggu.”

Setelah pelayan pergi, keduanya kembali terdiam, Christy Mu dengan sangat serius meneliti corak pada piring di depannya, Ericko Ye menatap wajahnya dengan miris, hatinya terasa sesak dan pahit.

“Christy--” Ericko Ye tidak bisa menahan diri untuk tidak memanggilnya.

Christy Mu mendengarnya mengangkat wajahnya, menatapnya dengan curiga.

Tangan Ericko Ye yang ada di pahanya mengepal semakin erat, “Kalau, aku nantinya akan terus berubah menjadi Hugo, kamu masih akan terus membenciku seperti ini kah?”

Mata Christy Mu berkedut, apa maksudnya?

“Tentu saja, karena kamu dan Hugo satu tubuh, dan tidak bisa terpisahkan.”

Kedua mata Ericko Ye terlihat kecewa, benar, dia bagaimana bisa terus menjadi Hugo, karena Hugo hanya bisa terjadi saat dia sedang mengerahkan kekuatan supranaturalnya, dan dia juga tidak bisa mempertahankan keadaan itu dalam waktu yang lama, bahkan kenyataan ini saja juga tidak mengijinkannya untuk berubah.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu