Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 559 Apakah Kamu Akan Menyesal (1)

Vanny sibuk seharian, wanita itu merasa sangat lapar. Vanny menikmati makanannya dan tidak mempedulikan beberapa orang yang sedang mengobrol.

Tiba-tiba namanya dipanggil, Vanny terkejut dan menjawab: "Aku...."

"Halo, aku tidak tahu apakah aku memiliki kehormatan untuk bisa makan bersama kalian?"

Belum selesai Vanny menjawab, ada seseorang yang memotong ucapannya.

Nona Wen memakai gaun berwarna merah, sangat elegan, wajahnya juga dirias dengan riasan cantik.

Nona Wen tampak cantik sekali tapi dia bukanlah wanita sempurna. Dia tak cocok dengan lingkungan seperti ini.

Yang datang bersama nona Wen juga ada wanita berambut merah, wanita berdiri di samping nona Wen dengan patuh.

Bianca Ye tanpa segan langsung menolak: "Maaf, ini acara pribadi kami. Mungkin akan tidak nyaman jika ada kalian."

"Aku tahu, aku tak sopan. Tetapi aku sangat mengagumi nyonya Xiao, aku sangat menyukai karyanya. Aku tidak tahu apakah aku memiliki kesempatan untuk duduk dan mengobrol dengan anda."

Nona Wen tersenyum ke arah Ani Xie.

Wanita ini licik sekali. Begitu tahu Bianca Ye tak ramah, dia langsung memusatkan tujuannya pada Ani Xie.

Jika nona Wen berpikir sifat Ani Xie lembut, mudah diajak berdiskusi, itu salah besar.

Ani Xie keras kepala sekali.

Ketika Bianca Ye berpikir Ani Xie juga akan menolak nona Wen, Ani Xie malah merubah nada suaranya dan berkata: "Karena kamu sudah kemari, silahkan duduk dan minum bersama."

Bianca Ye menatap Ani Xie dengan tak percaya, Bianca Ye merasa dia salah mendengar.

Yunardi Mu mengerutkan dahinya lalu dengan tenang memakan makanannya.

Dan Vanny bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Wanita itu mengalihkan kepalanya melihat pemandangan di luar.

Ani Xie tersenyum sambil berkata: "Aku tidak tahu apa yang ingin nona Wen bicarakan."

"Sebenarnya aku sangat tertarik dengan industri film, aku ingin berinvestasi dan membuka perusahaan televisi dan film. Tapi ayahku merasa itu bukan ide yang bagus. Ayah merasa uang yang diinvestasikan ke film sangat tinggi dan yang didapatkan rendah. Aku tidak tahu apakah nyonya Xiao bisa memberikan masukan untukku."

"Ah soal itu? Itu harus melihat bagaimana kamu mengoperasikan perusahaan. Entah bisnis apa yang kamu jalani, pasti ada untung dan rugi, tidak mungkin ada untung  besar dengan uang investasi yang rendah, kan? Aku percaya, nona Wen begitu memiliki kekuasaan, jika nona Wen bergabung ke industri film, pasti akan ada perkembangan besar. Jika ayahmu khawatir, kamu bisa berinvestasi ke perusahaan kecil terlebih dahulu, lalu masuk ke jalur yang benar. Ketika sudah ada pengalaman, maka nona Wen juga akan memiliki hubungan sosial dengan yang lainnya."

Mendengar ucapan Ani Xie, nona Wen terlihat gembira, tiba-tiba nona Wen merasa tercerahkan, sambil tersenyum berkata: "Terima kasih banyak atas masukan dan dukungannya, aku akan melakukannya dengan serius."

"Ah tidak, kamu terlalu segan. Mari bersulang demi masa depan yang cerah. Aku akan menuangkan wine untukmu."

Setelah berucap, Ani Xie meminum habis wine di gelasnya.

Nona Wen merasa sangat tersanjung, nona Wen langsung mengangkat gelas di depannya, meminum habis wine di gelas.

Tatapan nona Wen beralih ke Yunardi Mu, nona Wen sedang ingin memulai percakapan dengan pria tersebut. Tapi Bianca Ye yang berada di samping selalu menatapnya tajam seperti harimau. Tatapannya seperti mengartikan kalau nona Wen berani macam-macam, Bianca Ye akan memberi pelajaran.

Nona Wen tersenyum kaku lalu berdiri, bicara pada Ani Xie: "Aku sudah mendapatkan jawaban yang aku mau, aku tidak akan mengganggu kalian lagi."

Setelah itu nona Wen dan wanita berambut merah berbalik lalu pergi.

Bianca Ye memutar matanya sebelah ke punggung nona Wen, lalu bertanya: "Ani, semuanya sudah baik-baik saja. Kenapa kamu bersikap baik pada wanita itu? Kamu juga tahu kan dia tak bermaksud baik pada Vanny?"

Ani Xie merendahkan suaranya: "Ya karena dia bermaksud buruk, aku memberikannya kesempatan."

Ucapan itu membuat Bianca Ye langsung mengerti, "Ternyata kamu sedang menarik ular keluar dari lubangnya."

Ani Xie melihat ke arah dua orang tersebut dan berkata: "Waktu kita tak banyak, dua orang itu juga membuang waktuku banyak sekali. Kita harus cepat."

"Hm, benar. Aku juga masih ingin memberikan Vanny bunga, agar selanjutnya dia menjadi pengantin."

Ani Xie dan Bianca Ye mengobrol dengan suara pelan, sedangkan Yunardi Mu menatap Vanny dengan sepenuh hati.

Tatapan itu membuat Vanny tak bebas. Vanny menoleh, lalu berjalan ke tempat Ani Xie dan Bianca Ye.

"Hei kalian. Jangan mengobrol diam-diam, ayo cepat minum bersama."

Bianca Ye mengangkat gelasnya dan berkata: "Baiklah, kamu duluan."

"Kenapa aku duluan yang minum?"

"Kamu bilang, setelah kami datang, kami membantu pekerjaanmu dan menghalangi musuh. Apakah kamu tidak perlu berterima kasih pada kami?"

"Hm, benar juga."

"Demi berterima kasih pada kami, kamu minum segelas duluan, ya?"

"Itu...."

"Dia memang ingin minum, tetapi kalau Vanny minum terlalu banyak, kepalanya akan sakit. Aku akan menggantikannya minum."

Yunardi Mu tiba-tiba berdiri. Yunardi Mu menghalangi Vanny, mengambil gelas tersebut lalu meminumnya sampai habis.

Walaupun sikap Yunardi Mu sangat gentleman, tapi Bianca Ye sama sekali tak menghargai sikap pria itu, "Apakah Vanny menyuruhmu minum? Jika tidak, itu sia-sia saja."

"Kamu menyuruh kami minum, ya kami minum. Setelah minum kamu malah tak mengakuinya. Bukankah itu tak masuk akal?"

"Ucapanku masuk akal sekali. Tanya pada Vanny!"

Vanny hanya ingin makan dan minum dengan tenang, tapi selalu diinterupsi, itu membuat Vanny kesal sekali. Vanny menggebrak meja dan berkata: "Bukankah itu hanya persoalan minum saja? Kalian cerewet sekali!"

Setelah berucap, Vanny mengambil gelas berisi wine dan meminumnya sambil habis.

Bianca Ye dipengaruhi oleh Vanny, lalu berteriak: "Lihat, Vanny cukup tegas. Aku akan temani Vanny meminum segelas!"

Dua wanita ini, meminum wine terus menerus, dengan cepat mereka sudah meminum sampai setengah botol wine.

Ani Xie tak bisa berkata-kata, lalu menghalangi kedua wanita tersebut: "Bukankah kalian harusnya makan sesuatu? Kalau minum terlalu cepat, kepala kalian akan sakit."

Bianca Ye mendorong tangan Ani Xie, dengan tak peduli menjawab: "Hari ini kita harus mabuk, kalau tak mabuk tak boleh pulang! Jangan terlalu banyak khawatir. Lagipula besok kamu tidak ada acara, kan? Kamu tak perlu takut wajahmu membengkak. Cepat minum."

Setelah itu Bianca Ye mendorong segelas wine ke Ani Xie, menyuruh wanita itu meminumnya.

"Benar-benar wanita gila."

"Wanita gila menyuruhmu minum. Kamu mau minum atau tidak?"

"Aku sungguh takut denganmu."

Ani Xie tidak ingin mengecewakan, lalu Ani Xie meminum segelas wine.

Melihat Ani Xie sangat patuh, Bianca Ye mengangguk sambil tertawa: "Itu baru benar. Untuk apa bawel seperti tadi."

Ketika wanita tersebut minum dengan gembira, sedangkan Yunardi Mu berada di samping sendirian.

Tetapi tidak ada rasa tak senang pada Yunardi Mu, karena pria itu bisa melihat bahwa sekarang Vanny tampak gembira.

Wanita itu sulit sekali gembira. Jika Vanny meminum terlalu banyak, masih ada dirinya yang menjaga.

Yunardi Mu tersenyum melihat Vanny. Dari sorot matanya muncul sorot hangat.

Walaupun mereka berjarak agak jauh, tapi tatapan Yunardi Mu seperti jaring-jaring yang lembut, tak berbentuk dan tak bersuara mengelilingi Vanny, seperti bayangan yang selalu mengikuti.

Vanny membelakangi Yunardi Mu, berpura-pura tak tahu apapun.

Tapi Bianca Ye tak memberikan Vanny kesempatan untuk berpura-pura bodoh.

"Hei, Vanny. Bukankah kalian bekerja sangat keras?"

"Yah lumayan."

"Apakah Yunardi bisa makan dengan kenyang?"

"Mungkin."

"Karena tak kenyang, tatapan Yunardi padamu, kenapa dia seperti sedang melihat sepotong paha ayam?"

Perumpamaan seperti itu membuat Vanny tak bisa berbuat apa-apa, lalu Vanny bertanya: "Apanya yang paha ayam? Apa aku berlemak? begitu maksudmu?"

"Jangan lari dari pembicaraan. Hei, kamu dan Yunardi bagaimana?"

Tatapan Vanny menghindar, "Apanya yang bagaimana? Ya begini saja."

Ani Xie juga bergabung ke topik dua orang ini, dari samping Ani Xie berkata: "Seorang pria demi dirimu melepaskan segalanya, lalu pria itu datang ke gunung terpencil ini dan mengasingkan diri dari masyarakat. Itu bukan hal yang mudah. Sepertinya kamu sangat penting di hati Yunardi."

Melihat sikap kedua orang tersebut, Vanny buru-buru menghentikan: "Bisalah kita tak membicarakan ini?"

"Kalau tidak sekarang, kapan lagi membicarakannya? Saat Yunardi menjadi gila dan jahat karena dirimu? Kamu lihat sekarang Yunardi berubah seperti apa. Tak peduli bagus atau tidak, berilah dia kebahagiaan."

Vanny ragu sebentar, lalu memutar kepalanya melihat ke arah Yunardi Mu.

Pria itu masih tampan, setiap gerakannya selalu elegan.

Tapi baju pria itu sangat sederhana, di bawah dagunya tumbuh bulu-bulu halus, ada sorot lelah di matanya.

Seharusnya Yunardi Mu terlihat segar dan penuh semangat, pria itu tak seharusnya berada di gunung terpencil ini dan membiarkan gunung ini menutupi aura mudanya.

Vanny mengalihkan pandangannya dan berkata: "Bukan aku yang menyuruhnya kemari, dia sendiri yang bersikeras datang kemari. Awalnya, aku berlibur di sini karena dia, lalu kami berubah menjadi karyawan di sini dan bekerja begitu keras. Aku juga tak salah."

"Kalau begitu apa dirimu senang?"

Senang?

Vanny tidak mempertimbangkan pertanyan ini, tapi sekarang Vanny sedang berpikir. Vanny sangat nyaman berada di sini, setiap hari sibuk, lalu beradu bicara dengan Yunardi Mu, hari-hari berlalu dengan begitu cepat.

Vanny berpikir, dirinya pasti sangat senang.

Vanny mengingat kembali hari-hari yang dia lalui, tanpa sadar sudut bibir Vanny tertarik.

"Ya, lumayan."

Melihat ekspresi kecil dari wajah Vanny, Ani Xie tahu Vanny sedang berpura-pura.

Tapi ucapan Ani Xie selanjutnya malah membuat ekspresi senang di wajah Vanny menghilang sepenuhnya.

"Tapi saat kamu tidak ada, Yunardi Mu sangat tidak senang."

Vanny terdiam, tak berkata apapun.

"Beberapa bulan ini, Yunardi seperti berubah menjadi orang lain. Dia pergi ke tempat yang pernah kamu datangi, contohnya sekolah, toko kue, tempat les, restoran hotpot dan lain-lain. Dia duduk di sana tanpa melakukan apapun, dia seperti sedang menikmati keberadaanmu."

"Di waktu-waktu itu, Yunardi sangat pendiam. Kami tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Kami ingin membuatnya tenang, tapi tak tahu harus mulai dari mana. Sampai akhirnya dia mendengar kabarmu, dia seperti hidup kembali. Setiap hari dia bertanya padaku tentang kabarmu."

"Kamu ingin menenangkan diri, Yunardi memberikanmu waktu dan ruang, membiarkanmu berpikir baik-baik. Kamu tidak ingin dia mengganggu hidupmu, maka Yunardi menyembunyikan dirinya dengan sangat hati-hati. Di tempat kamu tak bisa melihatnya, diam-diam Yunardi merindukan kenangan kalian berdua. Apakah kamu tidak sedih dengan Yunardi yang seperti ini?"

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu