Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 305 Rahasia Bahwa Aku Menyukaimu (2)

"Kak, silahkan kakak mengobrol dulu dengan kakakku. Aku ingin pergi melihat kakekku. Jika ada waktu kosong, aku akan bermain dengan kakak, aah... jangan dorong aku! Aku bisa jalan sendiri!"

Evardo Ye mendorong adiknya beberapa meter menjauh, lalu kembali ke hadapan Yolanda Duan, dengan rasa tidak enak berkata, "Gadis nakal itu suka berbuat onar. Jangan kalian pedulikan."

"Kepribadiannya cukup baik." Yolanda Duan memuji.

Evardo Ye tersenyum pahit, "Itu karena dia dimanjakan oleh kami semua. Kamu belum melihat ketika dia berbuat tidak tahu malu, semua khawatir dengannya. Di keluarga kami tidak ada yang bisa mengontrolnya."

Yolanda Duan melihat siluet tubuh yang anggun itu, agak tidak percaya, "Bagaimana mungkin?"

"Lagipula aku bukan lawannya. Terpaksa menukarnya dengan beberapa persyaratan."

Yolanda Duan membalikkan kepalanya dan menatap Evardo Ye dengan penuh keterkejutan.

Evardo Ye mendekat sambil tertawa 'hoho', lalu bicara di samping telinga Yolanda Duan, "Kekuatan supernya beratus-ratus lipat melebihi diriku."

Yolanda Duan semakin terkejut, "Dia juga?"

Evardo Ye tidak menutupi, "Ya, dia juga."

Yolanda Duan semakin penasaran, ternyata tersembunyi kekuatan yang begitu kuat di gadis semenggemaskan itu.

"Ah ya," Evardo Ye bertanya pada Linardi, "Tadi siapa gadis yang kamu bicarakan?"

Linardi belum membuka mulutnya, langsung menerima tatapan peringatan dari Yolanda Duan, lalu buru-buru meralat ucapannya, "Tidak kenal. Hanya saja saat itu aku dan ketua melihat gadis cantik."

"Oh, santai juga ya kalian setiap harinya..."

Linardi hanya cengengesan, untungnya ketua mengingatkan. Jika mereka bilang, mereka menganggap adik Evardo sebagai kekasihnya, nantinya ketua akan marah dan itu memalukan.

"Itu.. aku sudah cukup berjalan-jalan. Aku dan Linardi kembali dulu." Tiba-tiba kepala Yolanda Duan menerima sebuah informasi dan ini juga bukan ranah yang dia bisa, dia harus mengaturnya dengan baik.

"Aku temani kamu kembali."

Ketiganya kembali ke lantai enam. Setelah mengantarnya ke depan kamar pasien, Evardo Ye mengucapkan perpisahan, "Istirahat yang cukup. Aku pergi melihat kakekku dulu."

"Eum," Yolanda Duan melambaikan tangannya, "Pergilah."

Awalnya Evardo Ye ingin menunggu Linardi pergi dan ingin bicara sebentar berdua dengan Yolanda Duan. Tapi Evardo Ye tidak tahu bahwa Linardi masuk ke dalam kamar pasien dengan sombongnya, lalu pria itu berbaring di atas sofa.

"Dia... juga tinggal di kamar pasien?" Sebisa mungkin Evardo Ye bertanya dengan nada suara biasa.

"Ya. Membuka satu kamar lagi akan membuang uang. Sampai jumpa." Yolanda Duan tidak banyak bicara, kemudian menutup pintu ruang pasien.

Evardo Ye berdiri agak lama di depan kamar pasien, tidak bicara. Membuang uang? Dirinya bisa mengeluarkan uang untuk kamar yang lainnya.

Ketika berpikir begitu, Evardo Ye mengangkat tangannya dan bersiap mengetuk pintu, tetapi tiba-tiba muncul sebuah pikiran. Salah. Satu kamar untuk sehari pastinya tidak membuang banyak uang. Linardi berada di sini untuk melindungi Yolanda Duan. Teringat peristiwa saat itu, pasti Yolanda Duan menerima luka yang parah.

Baguslah, kali ini dirinya tidak gegabah, kalau tidak Yolanda Duan bisa kesal lagi padanya.

Yolanda Duan yang bersandar di pintu mendengar suara langkah kaki yang menjauh, baru Yolanda Duan kembali ke ranjang pasien. Satu tangannya memeluk perut, satu tangan yang lain berada di dagu sedang merenung. Berdasarkan perkataan pria itu, jadi dirinya salah paham dengan Evardo Ye?

Tapi, sekarang perasaannya pada Evardo Ye... hampir tidak begitu dalam.

Jangan pedulikan dia, nanti bisa dibicarakan lagi. Hal utama yang diprioritaskan adalah menyembuhkan lukanya.

Evardo Ye kembali ke ruangan kakeknya di lantai tiga dengan napas lega, begitu masuk Evardo Ye sudah diledek oleh Bianca Ye.

"Aduh, tuan sudah kembali. Coba aku lihat, sepertinya ada percintaan yang sudah mekar ya."

Sudut mata Evardo Ye tersenyum, tidak bisa menutupinya, pria itu juga tidak memasukkan ke dalam hati candaan Bianca Ye, pria itu langsung berjalan ke sisi kakeknya, menarik tangan kakeknya yang memucat lalu berkata, "Kek, aku lihat wajah kakek membaik."

Ada kilatan warna di mata kakek yang terlihat redup, bahkan kakek masih bisa bicara, "Dimana kekasihmu?"

Evardo Ye malu, "Kek, dia masih bukan kekasihku. Dia belum setuju."

Kakek tertawa, "Apakah dia cantik?"

Evardo Ye mengangguk, "Cantik."

"Kamu harus baik ke gadis itu." Dengan suara bergetar kakek berucap.

"Ya, kek."

Setelah menemani kakek duduk sebentar, membacakan koran untuk kakek, melihat kakek lama-lama tertidur, diam-diam Evardo Ye dan Bianca Ye keluar dari kamar pasien.

Ketika berada di depan lift, Evardo Ye menghentikan langkah kakinya, sebenarnya dia ingin melihat Yolanda Duan, tapi juga takut kalau gadis itu sedang istirahat, akhirnya Evardo melupakan keinginannya.

"Kalau mau pergi, pergi saja. Sejak kapan kamu lambat begitu?" Ada banyak penyesalan di hati Bianca Ye. Kakaknya ini di depan wanita lain langsung berani berhadapan, tapi di depan kakak itu...

"Tidak. Ayo jalan, kita pulang." Evardo Ye turun dari lift.

Bianca Ye mengikuti di belakang, "Kak, apakah kakak itu rawat inap di sini? Dia terluka?"

"Hm."

"Sungguh bukan kebetulan. Kita datang ke sini beberapa kali, tidak bertemu dengannya. Dia di lantai berapa?"

Evardo Ye menatap adiknya waspada, "Apa yang ingin kamu lakukan?"

Bianca Ye menjawab tanpa rasa bersalah, "Tidak, aku hanya bertanya. Hei, kamu adalah kakakku. Apakah aku bisa menyakitimu?"

"Bukan itu alasannya."

"Itu apa?"

Dengan malas Evardo Ye mengangkat dagu adiknya lalu melihat ke kanan dan kiri, "Aku takut wajahmu ini bisa menyebabkan percintaan di mana-mana. Sampai saat itu tiba, kamu tidak bisa mengurusnya, apakah kamu tidak lihat tentara yang berada di samping Yolanda wajahnya memerah? Jangan pernah kamu datang ke kamarnya. Sekali dua kali komunikasi, mungkin bisa membuatnya suka padamu dan itu akan semakin sulit. Jika orang lain, aku tidak peduli. Tapi orang yang berada di sisi Yolanda, hindarilah."

Bianca Ye mengangkat alisnya, "Begitu serius, kah?"

"Apakah kamu suka tipe yang seperti itu?"

Bianca Ye mengibaskan tangan, "Tidak tidak tidak, aku tidak suka. Selama setahun empat musim dia tidak di rumah. Aku tidak mau sendirian menjaga rumah yang kosong."

"Nah itu. Dengarkan ucapan kakak. Pria seperti itu adalah pria yang blak-blakan. Takutnya aku sulit membereskannya." Evardo Ye mengelus rambut adiknya, ucapannya menghangat.

Samar-samar Bianca Ye menghela napas, "Baiklah."

Terlintas sebuah rencana licik di mata Evardo Ye. Baiklah, ini namanya sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

Sesampainya di parkiran, keduanya berpisah. Evardo Ye naik ke mobil Phaeton hitam dan Bianca Ye masuk ke ferrari merah.

Di setengah perjalanan, melihat supermarket besar, Evardo Ye menghentikan mobilnya sambil menelpon Christy Mu, "Bu, kalau ingin menyembuhkan luka, minum apa agar cepat sembuh?"

"Siapa yang terluka?" Tanya Christy Mu khawatir.

"Yolanda."

"Ha? Kamu bertemu dengannya? Kapan?"

Evardo Ye bercerita singkat tentang kejadian siang tadi, lalu berkata, "Aku lihat dia sangat pucat dan lemah, aku di luar sedang makan, aku ingin memasakkan sup untuknya."

"Oh, cepat sekali kamu bisa sayang pada kekasihmu. Kamu lebih jago dibanding ayahmu." Christy Mu menggoda anaknya, baru bicara kembali, "Kamu beli ayam hitam, untuk menambah energi dan menyembuhkan luka."

"Baiklah. Masih perlu yang lain?"

"Tidak perlu. Yang lainnya sudah ada di rumah."

Tiga jam kemudian, perlahan-lahan langit menggelap. Evardo Ye masih berkutat dengan ayam hitam, selangkah pun tidak keluar dari sana. Sejak memasukkan bahan ke panci, pria itu mengerjakan semuanya sendiri, tentu saja di bawah arahan Christy Mu.

Ketika sup ayam hitam yang harum masuk ke dalam kotak makan, Christy Mu tak kuasa berkata, "Tidak ku sangka, merawat anak laki-laki sampai besar, sup yang dimasak pertama kali olehnya dibuat untuk seorang wanita."

Evardo Ye menaruh sisa sup ke mangkok, menggunakan sendok, meniupnya sebentar lalu mengarahkan sendok itu ke bibir Christy Mu, "Tapi yang pertama kali aku berikan adalah ibu. Coba rasakan, apakah enak?"

Christy Mu melipat bibirnya, ada ekspresi senyum penuh cinta di matanya, "Eum, enak. Cepat berikan kepadanya."

"Oh ya, bu. Apakah masih ada salep yang diberikan dokter Han?"

"Ada. Ibu akan ambilkan."

Setelah mengantar anaknya pergi, Christy Mu berdiri di sebelah Ericko Ye, sambil tersenyum tipis berkata, "Anak laki-laki kita sungguh menarik."

"Saat menyukai seseorang harus mengerahkan seluruh hati. Anggaplah hasilnya tidak bagus, setelahnya juga tidak akan menyesal." Ericko Ye berucap sesuai pengalamannya.

Tiba-tiba Christy Mu duduk di atas tubuh seseorang, menatap suaminya yang semakin berumur, tambah mempesona dan tidak berhenti tumbuh, "Sepertinya kamu tidak pernah membuatkanku sup."

Mata Ericko Ye agak tidak yakin, "Benarkah? Aku tidak pernah membuatkannya untukmu?"

"Tidak pernah. Dulu bibi Qin yang selalu membuatkannya. Kamu tidak pernah membuatkan sup untukku." Christy Mu bersumpah.

Ericko Ye tidak dapat menghindar, terpaksa berkata, "Kalau begitu kamu ingin sup apa? Besok aku buatkan untukmu."

"Kamu membuat pun sepertinya rasanya tidak seenak buatan anak kita. Anak kita mengerahkan 100% tenaganya, sedangkan kamu? Sungguh asal-asalan."

Alis indah Ericko Ye naik, "Anak kita membuat sup seenak itu?"

"Ya. Aku akan menyajikan padamu. Masih ada sedikit."

Ericko Ye menarik tubuh istrinya yang berdiri, menariknya ke depan tubuh, mengangkat dagu istrinya lalu menciumnya...

Bibir dan gigi mereka saling bertaut, saling membantu satu sama lain.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu