Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 201 Ericko Ye Ditangkap (3)

Ericko Ye berpikir lagi, tapi tetap tidak pernah mendengar ada orang hebat yang bermarga Cao. Apa baru muncul dalam dua tahun belakangan?

"Sekarang sudah boleh kasih tahu aku dimana sisa peta harta karunnya?"

Ericko Ye asal berkata, "Di sebuah perusahaan penyimpanan uang di Kota A."

"Yang mana?" tanya pria itu.

"Sekarang belum boleh memberitahumu. Sekarang aku sudah terluka parah. Msski kamu menyuruhku kabur, aku juga tidak bisa kabur terlalu jauh. Bagaimana kalau kamu membunuhku setelah kamu mendapatkan peta harta karunnya?"

"Kalau begitu kapan kamu berencana untuk mengatakannya?" pria itu bertanya dengan kesal.

Ericko Ye malah sedikitpun tidak takut pada pria itu, "Lusa saja ya. Seharusnya lusa besok lukaku sudah akan jauh lebih baik.

Mata pria itu memancarkan satu cahaya, lalu berkata sambil tersenyum dingin, "Aku lihat kamu sedang mengulur waktu."

"Hehe, kelihatan olehmu?"

Pria itu menusuk luka Ericko Ye, membuat Ericko Ye menggaduh kesakitan dan ingin menendang pria itu. Pria itu melepaskan bahu Ericko Ye lalu melompat ke samping, "Ericko, jangan membohongiku. Kamu hanya memiliki waktu satu malam untuk beristirahat. Kalau besok masih tidak mengatakan lagi, maka aku juga tidak mau setengahnya lagi. Anggap saja itu digunakan untuk menemanimu mati."

Ericko Ye menjawab, "Baik, aku berjanji. Besok aku akan memberikan jawaban padamu. Kamu boleh mengutus orang untuk pergi mengambilnya di garansi uang, tapi bersamaan kamu juga harus menyiapkan satu mobil untukku."

"Baik, aku akan sementara percaya padamu sekali. Kalau kamu membohongiku, Ericko, aku tidak akan melepaskanmu." pria itu berkata dengan kejam.

Ericko Ye berkata dalam hati. Bocah, ini juga yang ingin aku katakan padamu.

Pria itu membuka pintu dan baru saja mau keluar. Ericko Ye memanggilnya, "Tunggu dulu."

"Apa lagi?"

"Beri aku makan. Aku lapar." energi dari mie daging sapi itu sudah lama terpakai habis. Sekarang dia sangat lapar hingga perutnya keroncongan.

Tapi yang menjawabnya adalah pintu yang tertutup.

Tidak lama kemudian, seorang pria kuat datang membawa semangkuk nasi, di atas nasi terletak brokoli, tahu, bacon, dan sayur dingin lainnya. Bisa dilihat itu adalah sayur sisa siang tadi. Untung saja sekarang adalah musim panas, jadi makan yang dingin masih bisa ditelan.

Biasanya, Ericko Ye sangat perhatian dalam hal makan. Dulu saat Christy Mu membawanya makan di pinggir jalan depan sekolah, dia bahkan merasa lingkungan di sana kotor. Tapi sekarang mana bisa mempedulikan begitu banyak. Dia perlu mengisi ulang energi.

........

Di sini, Brian Zhang membawa sekelompok orang ke samping sungai. Di sana hanya ada suara langkah kaki dan darah yang berserakan dimana-mana.

"Tuan seharusnya dibawa pergi oleh mobil." seseorang menunjuk darah yang ada di lantai, "Kamu lihat, darahnya berhenti di sini."

Mata Brian Zhang memancarkan kepanikan, tapi masih termasuk tenang, "Dari jejak ban, tuan seharusnya dibawa masuk ke Kota S." tapi Kota S begitu besar, juga bukannya daerah kekuasaan Ericko Ye. Kalau mau mencari beberapa mobil rasanya terlalu sulit.

Brian Zhang sedang berpikir keras, tiba-tiba teringat pada penjelasan Paman Wang. Kemarin Edelyn Chu diculik di tempat perbatasan kota, di sebuah villa lagi. Dengan begitu, maka wilayah pencariannya menjadi lebih kecil.

"Dengan begitu, kamu bawa sekelompok orang, aku bawa sekelompok orang. Kita masing-masing mencari di perbatasan Kota S. Terutama yang ada villa individunya."

"Baik, aku tahu."

Malam tiba.

Ericko Ye mencoba beberapa kali, namun tetap tidak bisa memfokuskan perhatian, selain itu bergerak sedikit saja, luka di bahu akan terasa sakit seperti tersobek.

Jangan panik, jangan panik. Semakin panik akan semakin kacau. Sekarang tugas utamanya adalah membuat luka segera sembuh.

Ericko Ye mempunyai tubuh yang khusus. Mau luka seberat apapun, asalkan tidur di malam hari, maka akan lumayan sembuh. Jadi dia memutuskan untuk tidur dulu. Yang jelas bocah bermarga Cao itu untuk sementara tidak berani untuk membunuhnya.

Sejak kemarin sore, Ericko Ye terus berada dalam kondisi lelah. Ditambah kemarin malam tidak tidur, hari ini juga bertarung seharian, dia sudah merasa ngantuk daritadi. Jadi baru saja menutup mata, dia langsung tertidur.

Secara bersamaan, Christy Mu yang berada di villa keluarga Ye malah tidak bisa tidur.

Dia pertama kali khawatir terhadap hidup dan matinya Ericko Ye. Setelah melepaskan topeng, dia berbaring di atas kasur. Teringat pada kekasaran pria kemarin, mereka bahkan berani memukul wanita, apalagi Ericko Ye?

Terus membuka mata hingga tengah malam, Christy Mu baru akhirnya terlelap.

Keesokan harinya, mendung, berangin besar.

Ericko Ye masih terlelap, tiba-tiba pintu 'brak' terbuka. Yang masuk adalah dokter kemarin. Tentu saja di belakang dokter itu ada pengawal.

"Aku datang untuk memberi obat pada lukamu." dokter berkata dengan dingin.

Ericko Ye berdiri dari kasur. Baju yang mahal sudah lecek dan bekas darah sudah menjadi warna merah tua.

"Dokter, kerjamu pagi sekali." Ericko Ye memulai pembicaraan dengan dokter itu.

Sang dokter tidak menjawab, dan mulai membuka kain kasa.

Ericko Ye menunduk dan melihat kantong besar yang ada di baju dokter. Di dalamnya ada sebuah ponsel. Bersamaan dengan dokter yang bergerak, ponsel itu juga ikut bergerak.

Ericko Ye ingin mengambil ponsel itu, tapi pengawal yang berada di depan pintu memandangnya dengan tajam. Sedangkan dokter di hadapannya ini, tidak tahu apakah diculik oleh mereka, atau rekan mereka.

Kain kasa dibuka, dan luka terlihat. Darah dan daging kemarin sudah mulai membaik dan yang membuat dokter terkejut adalah, di samping luka malah sedang mengeras.

Ericko Ye menyadari ekspresi terkejut dokter, ikut menunduk melihat luka. Lumayan juga penyembuhannya. Kelihatannya kemampuan uniknya ini sudah meningkat.

"Lukamu ini ..." dokter tidak pernah melihat ada orang yang penyembuhan lukanya secepat ini.

Ericko Ye menggeleng pada dokter itu, memberi tanda jangan memberitahu orang lain. Dokter memandangnya lurus, seperti sedang membuat keputusan yang sulit.

"Bagaimana lukanya?" pengawal yang di belakang bertanya dengan kasar begitu mendengar perkataan dokter.

Dokter tersadar lalu berkata, "Oh, cuaca terlalu panas. Lukanya sedikit radang."

Begitu mendengar apa kata dokter, mata Ericko Ye memancarkan arti terima kasih.

Dokter tidak berkata apa-apa lagi. Dengan gerakan cepat mengoles obat pada luka bahu Ericko Ye, lalu keluar dari kamar.

Ericko Ye memakai kemeja, lalu pergi ke kamar mandi. Hanya satu malam, pria dalam cermin kelihatan jauh lebih lemah.

Ericko Ye menggunakan tangan yang tidak terluka untuk mencuci wajah dan langsung merasa jauh lebih segar.

Bocah termasuk setia juga. Mengantarkan sarapan untuknya, tapi hanya mantou dan bubur yang sederhana. Bahkan sayur pun tidak ada. Ericko Ye hanya makan bubur saja, bahkan tidak menyentuh mantou sedikitpun. Karena dia tidak suka makan mantou.

Setelah makan sarapan, yang marganya Cao datang.

Ericko Ye mengumpulkan energi untuk mengulur waktu. Yang dia butuhkan saat ini adalah waktu.

"Sudah hari kedua nih. Aku harap kamu masih ingat perkataanmu kemarin." pria bermarga Cao itu berkata dengan dingin.

Dibandingkan dengan kedinginannya, Ericko Ye malah jauh lebih santai. Sambil berjalan di kamar, sambil berkata, "Tentu saja ingat. Tapi, apa mobilku sudah kamu siapkan?"

"Ada di luar. Selain itu juga sudah dipenuhi dengan bensin."

"Benarkah?" Ericko Ye berkacak pinggang lalu berkata, "Baiklah, karena kamu begitu bisa dipercaya, maka aku beritahu kamu saja. Setengah peta harta karun lagi terletak di Perusahaan Golden Shield yang ada di Kota A. Tapi kalau kalian mau mengambilnya sedikit susah."

"Kenapa?"

"Perusahaan Golden Shield adalah perusahaan penyimpanan harta. Sistem keamanannya itu yang terbaik di Kota A. Kalau ingin mengambil barang, harus ada pemilik aslinya. Men-scan wajah dan sidik jari baru bisa mengambil barangnya." Ericko Ye bisa sangat mengerti prosesnya, adalah karena dia benar-benar menyimpan barang di dalamnya.

Pria itu menunjukkan ekspresi marah dan ingin menonjok Ericko Ye, "Kamu membohongiku?"

Ericko Ye mengangkat bahu, "Aku tidak membohongimu. Tapi coba kamu pikir, sebuah perusahaan penyimpanan harta, kalau semua orang bisa mengambil uang pelanggannya dengan mudah, maka hari keduanya pasti akan bangkrut."

Pria bermarga Cao itu sudah mau meledak sangking marahnya. Masa mau membawa Ericko Ye kembali ke Kota A juga? Tidak bisa, terlalu berbahaya. Setelah masuk ke Kota A, maka itu adalah daerah kekuasaan Ericko Ye. Maka nanti dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Yang kukatakan itu benar. Kalau tidak percaya, kamu boleh bertanya untuk memastikan. Apakah seperti yang kukatakan."

Pria bermarga Cao itu memelototinya, lalu memeriksa di internet, Perusahaan Golden Shield. Kemudian, dia menelpon nomor kantor lalu membuka loudspeaker, "Kamu seharusnya tahu harus mengatakan apa."

"Baik, aku tahu."

Setelah dering sambung berbunyi satu kali, telepon langsung diangkat. Suara wanita yang lembut terdengar dari ujung sambungan, "Halo, ini adalah Golden Shield. Apa ada yang bisa dibantu?"

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu