Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 287 Tumbuh Dewasa, Seseorang Merampasnya (2)

Jika dicari tapi tidak ada barangnya bagaimana? Bukankah itu memalukan? Tapi jika tidak mencari, berarti memperlihatkan bahwa dirinya memperlakukan Evardo Ye dengan tidak adil, itu juga memalukan.

Uhuk uhuk, sang guru juga menuruti kata hatinya sendiri. Ketika dirinya mendapatkan kelas ini, ada guru senior yang pernah memberi tahunya bahwa di kelas ini ada satu murid yang paling tidak bisa diatur, yaitu Evardo Ye. Apapun yang anak itu lakukan biarkan saja, selama tidak mempengaruhi kedisiplinan kelas, tidak jadi masalah. Guru itu juga memberitahu jangan memperdulikan Evardo Ye jika dia tidak mendengarkan pelajaran, lagipula setiap ulangan anak itu selalu menjadi ranking pertama.

Sekarang selesai sudah. Dia harus bagaimana?

Evardo Ye melihat tatapan mata sang guru begitu rumit, lalu bertanya sekali lagi, "Pak guru jadi ingin mencari atau tidak?"

Pak guru memelototi Evardo Ye, lalu menyepakati, "Karena kamu bilang tidak ada, kali ini pak guru akan percaya padamu. Cepat kesana, jelaskan pertanyaan di papan tulis."

"Oh, ya." Dengan wajah tenang Evardo Ye berjalan ke depan, jika sedari awal tahu pak guru akan takut begini, dirinya tidak akan mematikan robot itu. Saat ini tidak tahu robot itu berubah menjadi apa dan berada di mana, Evardo Ye juga tidak memiliki keinginan untuk main lagi.

Sekali melihat soal, Evardo Ye langsung mengambil alat tulis dan menulis jawaban. Tidak sampai satu menit, jawaban sudah tertulis di atas papan tulis, terdengar suara kagum dari murid-murid.

Walaupun baru berumur sembilan tahun, tulisan Evardo Ye lebih bagus dari sang guru

"Bagus." Sang guru berdeham, lalu lanjut bicara, "Kembali ke tempatmu."

Selesai pelajaran, semua murid di kelasnya mengerumuni dan menghujani Evardo Ye dengan banyak pertanyaan, "Evardo, kemana robot yang kamu mainkan saat pelajaran? Biarkan aku melihatnya."

"Ya ya, aku belum melihatnya jelas."

"Eum eum. Kelihatannya sangat elegan, keluarkan dan kasih lihat pada kami."

Evardo Ye merasa agak canggung. Guru tidak melihat robotnya, tetapi teman-teman melihatnya. Sekarang bagaimana? Dia sama sekali tidak bisa mengeluarkannya.

"Itu..." Evardo Ye terbata, "Itu robot yang diciptakan perusahaan ayahku. Bagaimana bisa sembarangan memperlihatkan ke kalian? Ini menyangkut rahasia bisnis."

"Hanya melihat sekilas. Kita juga tidak bisa membuatnya."

Dengan sengaja Evardo Ye menggunakan tubuhnya untuk menutupi laci mejanya, "Tidak bisa. Jika kalian ingin lihat, kalian harus beli satu lalu bawa pulang ke rumah."

"Berapa harganya?" Ada murid yang bertanya.

Evardo Ye berpikir sambil meletakkan tangannya di dagu, lalu mengacungkan tiga jari.

"Enam juta?"

Evardo Ye melirik orang tersebut sekilas, "Kalau enam juta harganya, kamu beli mainan saja."

"Enam puluh juta?"

"Benar." Suara Evardo Ye sangat yakin. Sebenarnya anak ini tidak tahu berapa harganya, membodohi orang ini dulu baru nanti dibicarakan lagi.

Murid-murid melihat Evardo Ye, Evardo Ye melihat para murid tersebut, wajah mereka tidak yakin. Ada seorang murid pria berkulit putih bersih berkata, "Evardo, apakah bisa kurang sedikit? Enam puluh juta terlalu mahal."

Evardo Ye menaikkan dagunya, "Tidak bisa. Satu rupiah pun tidak bisa kurang."

"Kalau begitu perlihatkan padaku, robot itu memiliki kemampuan apa saja."

Tentu saja Evardo Ye tidak bisa memberi lihat karena tidak ada apapun di laci. Dengan tetap tenang Evardo Ye berkata, "Jangan melihat lagi. Jika kalian mau beli, daftar saja. Kalau tidak mau beli, pergi saja. Apakah barang dari keluarga Ye ada yang tidak berguna?"

Anak laki-laki itu agak malu, lalu dengan menggertakkan gigi berkata, "Kalau begitu aku beli satu. Besok kamu bawa, aku beri kamu uang."

"Baiklah." Evardo Ye melihat sekeliling, bertanya pada yang lain, "Kalian mau beli tidak?"

Ada satu orang yang membeli, yang lain buru-buru mengikuti, namun ini tidak terlepas dari prestise dan popularitas Evardo Ye di tengah-tengah teman-teman.

"Aku juga ingin satu..."

"Jangan buru-buru. Siapa yang mau? Tulis nama kalian di kertas..."

Yang bisa bersekolah di sekolah elit ini semuanya adalah keluarga kaya di kota A. 60 juta rupiah untuk membeli sebuah robot berteknologi tinggi bagi pangeran dan putri kaya itu hanyalah mengambil sedikit dari hasil uang yang didapatkan saat imlek.

Ketika kertas kosong itu jatuh ke tangan Evardo Ye, di atasnya sudah tertulis lima belas nama, nama dari setengah murid di kelasnya.

Melihat nama di kertas itu, perasaan Evardo Ye senang bercampur takut. Dalam sekejap dia berhasil menjual barang dengan total harga 900 juta rupiah. Yang Evardo Ye khawatirkan, kalau dirinya menjualnya murah bagaimana?

Ini bisa disebut merugikan bisnis ayahnya.

Jam 5 sore, bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak berlari ke arah gerbang sekolah sambil memanggil teman-temannya.

Beberapa teman yang biasanya berteman baik dengan Evardo Ye berjalan sambil tertawa. Seorang gadis kelas 5 SD berlari ke depan Evardo Ye, sepasang mata gadis itu cantik sekali, begitu berbinar.

"Evardo, aku dan kamu satu jalan. Apakah aku bisa pulang naik mobil keluargamu?"

Anak-anak di sebelah bersorak, mendorong Evardo Ye, tapi Evardo Ye dengan tenang berucap, "Tidak bisa."

"Jangan pelit begitu. Lagipula satu jalan." Walaupun disoraki oleh orang banyak, gadis itu sangat berani, wajahnya pun tidak memerah.

Evardo Ye berkata sambil tersenyum, "Hari ini kita tidak satu jalan, karena aku ingin pergi ke perusahaan ayahku."

Melihat senyuman Evardo Ye, dalam sekejap otak sang gadis mendadak kosong, murid laki-laki yang berada di samping berkata, "Hai teman, kita satu jalan. Kamu naik mobilku saja."

Sang gadis melotot, "Tidak akan." Lalu memutar tubuh dan pergi.

Hampir setiap hari Evardo Ye berhadapan dengan hal ini. Tapi Evardo Ye tidak pernah mengiyakan. Tentu saja, kalau orangnya berbeda, walaupun 'dia' tidak membuka mulut, Evardo Ye akan membuntuti di belakang dan meminta 'dia' naik ke mobilnya, seperti saat dia masih di taman kanak-kanak.

Ada yang kesal sama seperti Evardo Ye, yaitu adiknya, Bianca Ye.

Di jalan sekolah yang lain, Bianca Ye dikelilingi oleh beberapa anak laki-laki, tapi mereka tidak melakukan apa-apa, hanya tersenyum genit menatap Bianca Ye, seperti sedang menikmati lukisan bagus yang tidak ada tandingannya.

Bianca Ye menggendong tas sekolah, berjalan santai ke arah luar, sama sekali tidak memandang orang-orang ini.

Bianca Ye berjalan selangkah, beberapa anak laki-laki mundur selangkah. Ada satu anak laki-laki yang tak kuasa berkata, "Bianca, bisakah aku berteman denganmu?"

Bianca Ye tidak menjawab. Gadis itu sudah berpengalaman, Bianca Ye berpikir dirinya jangan sampai memperdulikan anak laki-laki yang mendekatinya.

Masih teringat di hari pertamanya sekolah. Ada seorang siswa laki-laki yang kelasnya berada di atasnya dengan sengaja menghampiri dan bicara padanya. Bianca Ye juga bingung, murid laki-laki itu menyebutkan namanya sendiri. Kacau, dalam waktu setengah hari berita ini tersebar di seluruh sekolah. Hampir seluruh murid laki-laki di sekolah pergi melihat Bianca Ye, kondisi gempar ini bisa dibandingkan dengan tahun di mana saat Evardo Ye masuk ke sekolah.

Setelah itu, tidak henti-hentinya murid laki-laki mencari Bianca Ye untuk mengajak gadis itu bicara. Demi mengurangi masalah, Bianca Ye tidak bicara apa-apa pada mereka. Karena sekali membuka mulut, apa yang Bianca Ye ucapkan, bagaimana Bianca Ye bicara, di hari kedua berita itu akan tersebar di seluruh sekolah.

"Bianca, kenapa kamu tidak bicara."

Bianca Ye tidak membuka mulut, tapi di belakangnya ada yang bersuara, "Karena kamu jelek."

Semua orang menengok. Dua orang murid laki-laki yang sangat mirip menatap mereka dengan dingin, wajah mereka tidak beda jauh dengan Evardo Ye yang lebih tua dari mereka. Bahkan para murid perempuan membuat dua kubu demi menentukan siapa yang lebih tampan antara Evardo Ye dan dua anak kembar ini.

"Kak, kapan kalian pergi? Kenapa tidak menungguku." Bianca Ye protes lalu berjalan cepat ke depan, menggandeng kedua lengan anak kembar itu. Di tempat yang sama mereka berjalan menuju gerbang sekolah, meninggalkan kumpulan murid laki-laki dalam kondisi kacau di kondisi udara yang kering dan panas.

Anak kembar itu bukan orang lain. Mereka adalah anak ajaib dari keluarga Mu.

Mereka bersekolah di sekolah yang sama dengan anak dari keluarga Ye dan satu kelas dengan Bianca Ye.

Bianca Ye sangat cantik, latar belakang keluarganya sangat bagus, di bidang belajar juga bagus, banyak yang iri dan sebal dengannya dan Bianca Ye juga memiliki satu aspek yang sangat membuat iri para murid perempuan, yaitu dia memiliki tiga saudara yang sangat tampan yang melindungi. Jadi, Bianca Ye dikucilkan oleh anak-anak perempuan. Anak perempuan yang datang ke Bianca Ye hanya demi memberikan surat cinta kepada Evardo Ye dan si dua bersaudara ajaib itu.

Tentu saja, Bianca Ye malas melakukannya, dengan datar Bianca Ye menjawab, "Berikan sendiri" lalu pergi.

Sesampainya di gerbang sekolah, Evardo Ye menunggu di depan mobil, muncul ekspresi tidak sabar di wajah anak laki-laki itu, "Kenapa baru keluar?"

"Acha dihalangi oleh orang-orang lagi." Jawab Yunardi Mu.

Evardo Ye menghela napas, menarik pintu mobil lalu berkata, "Masuklah."

Yunardi Mu mengangkat lehernya melihat barisan mobil mewah, "Ayahku belum datang?"

Brian Zhang membungkuk hormat, tersenyum sambil berkata, "Direktur Mu dan nyonya Mu hari ini pergi berlibur. Untuk sementara tuan-tuan tinggal di kediaman keluarga Ye."

"Hei, lagi-lagi mereka membuang kami dan bermain sendiri. Sebenarnya kita anak kandungnya atau bukan." Yunardi Mu protes sambil memanyunkan bibir.

Sejak kedua anak itu masuk SD, Javier Mu membawa istrinya berlibur ke semua tempat, lagipula ada keluarga Ye yang merawat mereka.

Di dalam mobil, Evardo Ye teringat harga robot, lalu bertanya pada Brian Zhang, "Paman Brian, berapa harga robot yang kemarin ayahku berikan padaku?"

"100 juta."

"Ha? Mahal sekali?" Evardo Ye terkejut bukan main. Di dalam hati berkata, 'Mati aku! Kali ini kerugiannya bukan main.'

Brian Zhang menatap Evardo Ye curiga, "Ada apa?"

Evardo Ye buru-buru memperbaiki ekspresinya, "Ee... itu, hari ini aku membicarakan robot itu dengan temanku. Mereka semua ingin membelinya, menyuruhku bertanya tentang harga."

"100 juta adalah harga teman. Di pasaran sekarang dijual seharga 136 juta."

Evardo Ye sungguh lemas. Dirinya berpikir bisa meraup uang banyak, tidak disangka malah rugi.

Brian Zhang sambil menyetir, sambil melirik Evardo Ye, tersenyum lalu berkata, "Tuan, anda tidak memberitahu harganya ke teman anda, kan?"

"Tidak tidak..." Evardo Ye langsung menyanggah, kenapa dia bisa melakukan hal bodoh ini?

Brian Zhang hanya tersenyum. Seperti biasa, tuan kecil ini suka terlihat hebat di depan orang lain.

Tiga anak nakal bermain dengan gembira di belakang, tapi Evardo Ye malah melihat ke luar jendela dengan perasaan suram. Diam-diam hatinya menghitung harus darimana menutupi kekurangan uang.

Dan saat itu, di gang sebelah jalan, Evardo Ye melihat sekumpulan murid mengelilingi seorang gadis, seperti sedang menakuti gadis itu dan sepertinya robot yang dipegang gadis itu adalah robot miliknya.

"Berhenti berhenti." Evardo Ye buru-buru berkata.

Brian Zhang dengan tiba-tiba menginjak rem, memakirkan mobil di pinggir jalan lalu bertanya, "Terjadi sesuatu?"

Sambil membuka sabuk pengaman, sambil Evardo Ye berkata, "Aku melihat seseorang yang ku kenal, aku turun sebentar untuk bertanya. Tunggu aku 5 menit, kalian tidak perlu turun."

"Kalau begitu hati-hati." Ujar Brian Zhang.

"Ya aku tahu." Evardo Ye turun dari mobil, menutup pintu mobil lalu berjalan ke gang.

Dari jauh terdengar suara anak laki-laki brandal berkata, "Adik kecil, berikan robot yang ada di tanganmu, kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku berbuat sesuatu."

"Ini punyaku. Kenapa aku harus memberikan ke kamu?"

"Melihat yang kamu pakai, apakah kamu sanggup membeli robot semahal ini? Sepertinya kamu mencuri di suatu tempat."

Gadis kecil itu memegang erat robot di tangannya, dengan tatapan marah berkata, "Aku tidak mencuri. Ini punyaku."

Anak laki-laki itu maju selangkah ingin merampas robot, "Masih berani bohong. Cepat berikan padaku. Kalau tidak aku akan mengantarmu ke kantor polisi."

"Ah! Jangan sentuh aku. Tolong! Aku dirampas--" Gadis kecil itu berteriak.

"Omong kosong! Gadis kecil ini kuat juga." Anak laki-laki itu tidak tahu harus mulai dari mana, lalu berkata pada beberapa orang yang berdiri di dekatnya, "Kenapa kalian diam dan tidak bergerak cepat!"

Setelahnya, beberapa orang mulai bergerak merampas robot dari tangan gadis kecil itu.

Sambil sekuat tenaga melindugi robotnya, sambil gadis itu berteriak keras, "Ah ada yang datang. Tolong, ada yang merampas!"

Evardo Ye melihat hal itu selama dua menit. Sebentar lagi robot itu akan dirampas oleh mereka, dengan suara dingin Evardo Ye berkata, "Berhenti."

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu