Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 86 Apakah Pria Itu Mencintai Orang Lain? (1)

Foto itu diambil di sekolah menengahnya, saat dia masih hijau dan polos, wajahnya bila tersenyum sama seperti bunga, dia bersandar di dada lebar dan hangat Javier Mu.

Dengan lembut membelai wajah kakaknya, dia sangat tampan, dengan alis mata yang dalam, hidung yang mancung, bibir yang sedikit tebal, membuat orang terpesona dengan pesona yang menawan.

Air matanya mengalir semakin deras , dan mulutnya di penuhi dengan kepahitan. Foto ini merupakan foto terakhir dia dan kakaknya.

Hari berikutnya, dia mendapat kabar dari pamannya. Kakaknya tiba-tiba menghilang, dan dia tidak bisa dihubungi lagi ...

Pada waktu itu hampir setiap hari dia mencuci wajanya dengan air mata, tidak ada keinginan untuk belajar, dia bahkan ingin berhenti dari sekolah untuk mencarinya. Tetapi pada akhirnya dia kembali tenang, memikirkan jika kakaknya kembali pulang lalu mencarinya, bagaimana nanti jika kakaknya tidak menemukannya?

Lagipula dia tidak mempunyai petunjuk apapun.

"Kak, di manakah dirimu? Apakah kamu tahu bahwa Christy sangat merindukanmu, apakah kamu melupakan Christy? Kamu pasti mengalami kesulitan?"

Perlahan keluar dari album foto, dia membuka matanya menatap langit-langit, dari dalam hati membayangkan mengingat kakaknya terluka parah, dan kekhawatiran batinnya bertambah dalam.

Saya tidak tahu bagaimana keadaan kakak saya sekarang?

Sudah lewat sebulan sejak terakhir kali bertemu. Paman seharusnya mendapat petunjuk tentang keberadaan kakaknya?

Memikirkan hal ini, Membuat semangat Christy kembali, besok dia ingin pergi ke rumah paman Franky Mu.

...

Di pagi hari, Christy turun ke bawah, memandang Ericko dan Carina yang sedang sarapan, berkata, "Hari ini saya ijin tidak masuk kerja."

Ericko mengangkat kepalanya dan menatapnya, tatapan matanya tidak seperti biasanya, dan dengan acuh tak acuh bertanya, "alasan."

Christy berpikir sejenak, dengan nada yang agak lesu berkata, "Kemarin malam paman menelepon, menyuruhku kembali ke rumah keluarga Mu hari ini."

Begitu kata-katanya keluar dari mulutnya, ekspresi wajah Ericko memancarkan bayangan yang gelap, dengan dingin dia bertanya , "Apakah saya perlu pergi menemanimu?"

Dia mau menanyakan tentang kakaknya, tentu saja Ericko bisa tahu!

Christy dengan ringan menggelengkan kepalanya, tanpa pikir panjang dia membuat sebuah kebohongan, dengan tenang dia mengatakannya, "Hari ini adalah hari meninggal ayahku. saya dan pamanku sudah berjanji akan pergi ke kuburan ayahku untuk membersikan kuburan."

dengan sikap yang dingin Ericko mengangguk, dengan arti menyetujuinya.

Christy menarik napas lega, lalu bergegas menyantap sarapan yang berada di meja, lalu mengambil tasnya pergi.

Melihat punggungnya Christy, di dalam hati Carina terlintas sebuah perkiraan, dan dia tiba-tiba berkata, "Ericko, apakah saya bisa mengambil cuti sehari?"

Ericko mengerutkan keningnya dan dengan nada ringan bertanya, "Kamu juga ada apa?"

Dengan cepatnya Carina memutar otaknya, tiba-tiba terfikir sebuah alasan, nada bicaranya bercampur aduk terlihat sedikit tidak berdaya, "Kebetulan kemarin ayahku meneleponku dan dia berkata ... berkata dia mengantikan ibu tiriku meminta maaf kepadaku dan dia menyuruhku mencari waktu kosong untuk pulang hari ini. "

Ericko berpikir sejenak, dan dengan ringan berkata, "Pergilah, saya akan menyuruh Paman Wang untuk menyiapkan beberapa hadiah, dan kamu berikan hadiah itu kepada ayahmu."

Hati Carina terasa hangat. Dia tidak menyangka Ericko begitu peduli kepada keluarganya, nada bicaranya semakin melunak. "Terima kasih Ericko, Pasti ayahku akan senang."

"Tidak masalah."

Christy langsung menyuruh supir mengantarnya ke lantai bawah perusahaan Mu, lalu menginstruksikannya untuk tidak menunggunya. Sopir bertanya kepadaku sebanyak dua kali sebelum kembali.

Dia datang dengan naik mobil Keluarga Ye, karena dia tidak ingin Ericko mencurigainya.

Memutarkan badannya berencana naik ke atas, Christy tidak menyangka akan melihat dua orang yang sangat familiar. Christy mengerutkan keningnya, waktu dia ingin membalikan badan lalu pergi dari sana, salah satu dari mereka menghalanginya.

"Yoh, bukankah ini sepupu saya? Apakah kamu berencana untuk tidak menyapa sepupumu ini, lalu membalikan badan dan pergi?" yang berbicara itu Kimberly, melihat dia berdandan mengunakan gaun yang begitu cantik, tetapi melihat wajahnya membuat orang di sekitar mau muntah, yang pasti wajahnya terlihat rusak.

Wajah Christy tidak ekspresi, dengan acuh tak acuh meliriknya matanya dan dengan sikap apatis berkata, "Oh ternyata ada Kimberly, salahkan mataku yang tidak dapat melihat dengan jelas, membuatku tidak dapat mengenalimu."

“Kamu!” Kimberly memelototinya, dan pada akhirnya tersenyum seperti bunga, dan dia melambai kepada Irvan Lu yang berada di sebelahnya, dengan sengaja membuat hubungan mereka terlihat begitu dekat, “Irvan, kenapa kamu tidak menyapa sepupu? "

Irvan melangkah maju kedepan, memandang Christy dengan tatapan mata yang kompleks, dan berkata, "Christy."

Christy memperhatikan ekspresi wajah Kimberly yang sangat memalukan, bibirnya terangkat terlihat senyuman di wajahnya, dengan nada bicara yang bercampur dan terdapat sedikit ejekan, "Tuan Irvan, seharusnya kamu harus memanggilku kakak."

Irvan terdiam sejenak, memandang ekspresi wajahnya yang tidak memperlihatkan niat baik, perasaan kehilangan yang yang tidak jelas dari mana datangnya semakin meningkat.

Melihat Irvan yang bimbang, Kimberly terlihat tidak senang lalu memoncongkan mulutnya, nada bicaranya semakin berat, "Irvan, tidakkah kamu mendengar kakakmu berbicara? Karena dia ingin mendengarmu memanggilnya begitu, kamu panggil saja!"

Irvan mengangkat kepalanya melihat ke arah Christy, terlihat ekspresi yang tidak bisa mempercayai hal ini, dan dengan nada rendah tetapi sedikit berat dia berkata, "Christy kamu telah berubah, dulu kamu tidak seperti ini!"

Christy menyeringai. Dahulu? Semua ini berkat mereka dia berubah menjadi seperti ini?

Ekspresi wajah Christy terlihat dingin, dan dia berkata, "Semua orang bisa berubah!"

Irvan memandang sejenak, ekspresinya wajahnya tercampur aduk antara benci dan ada sedikit rasa cemburu, dengan suara yang muram berkata , "Apakah kamu berpikir, setelah menikah dengan Ericko, kamu memiliki kepercayaan diri ? Jadi kamu tidak perlu mempertimbangkan apa yang di rasakan oleh orang lain!"

“Terserah kamu mau berpikir seperti apa,” Setelah selesai berbicara Christy tidak memperdulikan mereka lagi, berbalik lalu pergi menuju ke aula.

"Christy, berhenti!"

Suara Kimberly yang datang dari belakangnya.

Dengan sangat lambat Christy berbalik dan bertanya, "Ada apa lagi?"

"Kamu mau melakukan apa datang ke perusahaan kami? Rencana apa yang ingin kamu lakukan!" Kimberly bergegas lari ke depan mukanya, dan dengan nada yang dingin bertanya.

Christy mengeluarkan senyum yang mengejek, dan dengan nada bicara yang meremehkan, "Apa yang kamu katakan ada rencana apa? Bahkan jika ada rencana, apakah saya akan memberitahumu?"

Wajah Kimberly memerah karena marah, matanya memelototinya, ingin sekali dia menamparnya, dengan marah dia berkata, "Kamu! Jika kamu tidak mau mengatakannya jangan bermimpi untuk bisa masuk ke dalam!"

Christy menyeringainya dengan senyum yang tak berdaya, dia tidak bisa berhenti untuk memikirkan Carina, dua orang ini memiliki sifat yang sama, perbedaannya sangatlah kecil.

Jika dibandingkan dengan Carina yang licik, tiba-tiba dia merasa bahwa Kimberly sama seperti anak anjing, yang semua emosinya selalu ditampilkan di wajahnya, jadi kamu tidak perlu takut untuk meletakkan anak panah dingin di belakangnya.

Melihat Kimberly yang tidak menghalangimu tanpa alasan, Christy berbalik dan berjalan keluar.

"Hei! Christy, Mau pergi kemana?"

Christy tidak melihat ke belakang lagi, langsung pergi dari sana.

Christy menemukan sebuah kafe di dekatnya. Awalnya dia berencana pergi ke atas untuk langsung menemui Paman Franky. Namun, dia tidak menyangka akan di halangi oleh Kimberly. Dia benar-benar tidak ada mood untuk terus berada di sana.

Karena itu dia hanya bisa meminta Paman Franky untuk bertemu di luar.

Dia mengambil ponsel dari dalam tasnya, dia menekan nomor yang sudah sangat familiar, lalu menunggu lawan bicara menjawab telepon.

“Halo?” Terdengar suara Paman Franky dari dalam telepon.

Pandangan mata Christy jatuh pada jendela, dengan santai melihat ke arah jalanan yang ramai, dengan hati yang tenang berkata, "Paman, ini saya."

"Christy kenapa kamu meneleponku jam segini, ada masalah apa?"

"Saya ingin menannyakan sesuatu, bisakah kamu keluar lalu kita bertemu?"

Paman Franky berpikir sejenak, dengan senyum yang lebar dari mulutnya, dia berkata, "Oke, kebetulan saya juga memiliki hal yang ingin kusampaikan kepadamu, dimana kamu sekarang?"

"Kafe Champs Elysees."

"Oke, tunggu saya sebentar, saya segera sampai di sana."

"Oke."

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu