Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 225 Christy, Jaga Diri Baik Baik (2)

Ericko Ye dengan penuh perasaan menjawab, “Tidak peduli, orang yang aku cintai adalah dirimu, dan tentang masa lalumu aku tidak bisa mencampurinya, dan dirimu saat ini adalah pusat perhatianku.”

Christy Mu dengan puas mengangguk, “Pikiranmu sudah lebih maju ya, bagus sekali.”

Kalau begitu, dia sudah tidak mesti memberitahunya tentang kejadian di hotel saat itu, karena dirinya sendiri sudah tidak peduli dengan itu.

……

Malam hari, Ericko Ye menyuruh bibi Qin memasak semua sayur yang disukai Christy Mu, melihat semua makanan enak di atas meja, perasaan galau Christy Mu seketika menjadi lebih baik.

Dia seorang pecinta makan, dengan masalah sebesar ini, dan ada makanan enak yang tersedia di depannya semuanya bisa membuat perasaannya dengan cepat membaik.

“Terima kasih bibi Qin.” Christy Mu dengan ikhlas mengucapkannya.

Bibi Qin sedikit merasa tidak enak, “Aduh, terima kasih apa lah, kalau kamu suka, bibi Qin bisa memasakannya setiap hari untukmu.”

Makan malam ini, Christy Mu memakannya dengan sepenuh hati, setelah malam ini, dia tidak tahu apakah dirinya masih bisa atau tidak menikmati masakan enak bibi Qin.

Di dalam kamar, Ericko Ye seperti orang gila menariknya masuk ke dalam pelukannya, mengucapkan kata baginya hanya akan menghabiskan waktu, dan hasil akhirnya adalah, Christy Mu menangis meminta untuk dilepaskan, sementara Ericko Ye dia dengan sepenuh jiwa berusaha melepaskan hasrat yang ada di dirinya.

Setelah menerima tekana darinya, Christy Mu tanpa perassan apapun langsung tertidur, sementara Ericko Ye dia tidak mengantuk sama sekali, juga tidak tega untuk tidur, karena Christy Mu besok pagi akan pergi, dan kedepannya tidak tahu apa yang akan terjadi.

Cahaya bulan di luar jendela masuk ke dalam membias berwarna keperakan, wajahnya yang merah hangat, nafas panasnya berhembus di dekatnya, membuatnya tidak bisa tenang.

Tidak tahu sejak kapan, wajah ini bisa membekas dan tertinggal di hatinya, walaupun saat itu dia memakai topeng yang bukan wajahnya, tapi yang Ericko Ye selalu lihat adalah wajah aslinya saat ini.

Christy Mu, kamu selamanya tidak akan tahu betapa aku mencintaimu.

Malam ini berlalu begitu cepat, walau Ericko Ye ada berapa kali membuat waktu berhenti, tapi tetap saja tidak bisa menghindari terbitnya matahari.

Christy Mu tersadar karena ciumannya, melihat mata ungunya yang begitu dalam dan ada serat darah di dalamnya, hatinya tercekat, dan langsung membalas ciumannya.

Dengan membawa perasaan dalam yang tidak tega untuk meninggalkannya, Ericko Ye dan dirinya kembali bersama membakar hasrat yang belum siap ditinggal...

Setelah mengakhirinya, waktu sudah mendekati pukul 8, penerbangan Christy Mu adalah jam 10 pagi, dia sudah tidak bisa menunda waktu lagi, berdiri pergi mandi dan membereskan barangnya.

Tatapan Ericko Ye membuntutinya, hingga bunyi hpnya berdering.

“Halo? Direktur Ye.”

Tenggorokan Ericko Ye begitu kering, dia terbatuk kecil, “Direktur Chu, ada apa pagi pagi?”

“Ini udah mau jam 8, memangnya direktur belum bangun?” Suara Evan Chu terdengar begitu tenang.

Ericko Ye menyeringai, “Direktur Chu, ada wanita di sampingku, bangun itu butuh usaha besar.”

Evan Chu mendengarnya beberapa detik terdiam tak bersuara, dan akhirnya Ericko Ye yang memecah kecanggungan, dengan pura pura bodoh bertanya, “Direktur Chu sepagi ini mencariku ada apa?”

“Oh, jadi begini, aku hari ini mau pergi ke lapangan kerja, kamu ada waktu tidak?”

Ericko Ye tertawa tanpa suara, “Pagi ini ya? Edelyn dia bilang dia mau beli baju, aku berencana pergi menemaninya.”

“Oh tuhan,” Evan Chu terkejut, “Direktur Ye, menemani wanita belanja itu adalah suatu pekerjaan yang sangat melelahkan, kamu suruh dia pergi sendiri saja, taman bermain tinggal setengah bulan lagi sudah mau buka, kita perlu untuk memeriksa segala perlengkapannya dengan teliti.”

Ericko Ye beberapa saat pura pura ragu, “Nah baiklah, sampai ketemu nanti.”

“Sampai ketemu.”

Barang Christy Mu tidak banyak, hanya beberapa baju, dan sabun keperluan mandi, jadi dia hanya pergi dengan membawa tas ransel.

Ericko Ye meletakan dalam dalam satu kartu hitam ke dalam tasnya, “Ini kartu kredit atas namaku, di seluruh dunia dan di setiap tempat asalkan ada bank bisa dipakai, tidak ada batasnya, kalau misalnya kita putus komunikasi, kamu pakai kartu ini beli barang barang yang dibutuhkan, dan aku jadi bisa tahu kamu ada dimana.”

“Baiklah.”

Ericko Ye menatap wajahnya dengan teliti lagi, lalu menggandenh tangannya turun ke bawah.

Pengurus rumah Wang dan bibi Qin seperti tahu kalau dia mau pergi, ekspresi mereka begitu sedih, dari dia turun tatapan mereka terus berada di sekitarnya.

Christy Mu tersenyum, “Paman Wang, bibi Qin, kalian jangan menatapku seperti itu, aku pasti bisa pulang dengan selamat.” Ini dia ucapkan untuk dirinya sendiri dan semua orang yang ada disana.

Bibi Qin mengusap matanya, “Nyonya, aku sudah menyiapkan sarapan, kamu makan dulu baru pergi ya.”

“Baik.”

Sarapan yang dibuat bibi Qin begitu banyak dan bermacam, ada susu, roti, susu kedelai, bakpau, chakwe, telur hitam, bubur, teh, pangsit dan lain lain, semuanya memenuhi meja makan yang besar, membuat hidung Christy Mu terasa sedikit perih.

Setelah duduk mengambil setiap jenis makanan dan mencicipinya, dan akhirnya dia tidak bisa memakannya lagi, dan meletakkan sumpitnya.

“Sudah kenyang?” Tanya Ericko Ye.

“Iya, kenyang sekali, sepertinya hari ini tidak perlu makan lagi.”

“Ayo jalan.” Ericko Ye berdiri, dia tidak makan sedikitpun, dari tadi hanya sibuk memandanginya makan.

Pengurus rumah Wang berdiri di depan pintu mengantarnya, “Nyonya, jaga diri baik baik, harus pulang dengan selamat, kami disini semuanya menunggumu.”

“Terima kasih paman Wang, aku akan mengingatnya.” Ucap Christy Mu sambil tersenyum, dia saat ini hanya bisa tersenyum, karena kalau dia menangis itu hanya akan membuat mereka tambah sedih, dia tidak ingin membuat orang orang baik ini sedih.

Ericko Ye meletakan tas ransel di tempat sebelah kemudi, dan keduanya duduk di belakang supir.

Selama di perjalanan Ericko Ye menggenggam tangannya, dan perasaan sedih tidak tega begitu terasa di dalam mobil.

Sampai di kota, Brian Zhang meghentikan mobil di pinggir jalan, lalu membawa tas ransel turun. Mereka tidak bisa mengantar Christy Mu ke bandara, karena dengan seperti itu pasti akan sangat mudah dicurigai.

Ericko Ye memegang erat tangannya, dengan suara rendah berkata, “Tidak ada aku disisimu, kamu harus menjaga diri dengan baik ya.”

“Iya.”

“Jangan ngotot dengan pihak tersangka itu, apa yang dia suruh ikuti saja, ingat hidup yang paling penting, mengerti kan?”

“Iya.”

“Setelah bertemu dengan anak kita, beritahu dia, aku ayahnya sangat mencintainya, dan aku pasti akan menjemputnya dan ibunya pulang ke rumah.”

“Iya.”

Ericko Ye mengangkat wajahnya, kedua mata Christy Mu sudah basah, dengan sangat kasihan, “Jangan nangis, kalau kamu nangis aku jadi tidak tega kamu pergi.”

Christy Mu mengelap air matanya dan tersenyum, “Sudah kaya berpisah selamanya saja, besok kamu sudah harus mengikuti aku, jaga diri baik baik, aku dan anak kita menunggumu.”

“Iya aku tahu, kamu juga harus jaga diri baik baik.” Ericko Ye terus melihatnya tak berkedip sama sekali.

“Iya iya,” Christy Mu berinisiatif duluan memeluk pinggangnya, meletakan dagunya di bahunya, menutup mata mencium aroma tubuhnya yang enak, dengan lembut berkata, “Jangan mengkhawatirkan aku.”

Ericko Ye melihat inisiatifnya terdiam, dan detik berikutnya dengan sekuat tenaga memeluknya, seperti ingin meremukan seluruh tubuhnya dan masuk me dalam dirinya.

“Jangan sampai terluka, aku bisa sedih.”

Christy Mu dengan mantap menganggukan kepala.

Semua kata kata terkubur dalam pelukan itu, kira kira setelah 1 menit, Christy Mu melepaskannya, berbalik badan turun dari mobil.

Lalu memanggil taksi yang lewat, dan menerima tas ransel di tangan Brian Zhang, lalu tersenyum, “Sampai jumpa, Brian.”

“Sampai jumpa.”

Christy Mu tidak lagi melihat Ericko Ye yang ada di dalam mobil, langsung masuk dan duduk di dalam taksi. Dia tidak sebegitu cinta padanya, tapi tidak tahu mengapa perasaan sakit di dalam hatinya begitu menggebu.

“Pergi ke bandara, terima kasih.”

Supir taksi memegang kendali kemudi dan mobil melebur ke arus lalu lintas, Ericko Ye menyaksikan mobil menghilang dari matanya, kepergiannya seperti meninggalkan lubang di hatinya.

Brian Zhang duduk di mobil dan bertanya, “Tuan, sekarang pergi kemana?”

Ericko Ye terdiam untuk waktu yang lama dan berkata dengan suara pelan, “Pergi ke perusahaan MK.”

Pada saat ini, dia tidak punya waktu untuk larut dalam kesedihan, dia ingin pergi mencari Evan Chu, berdehem mengeluarkan hp mengetik nomor Evan Chu, telepon hanya berdering dua kali langsung terangkat.

Ericko Ye berkata dengan suaranya yang biasa, “Direktur Chu, dimana kamu? Ayo pergi sekarang.”

“Aku baru sampai di perusahaan.”

“Aku akan tiba di perusahaanmu sekitar sepuluh menit lagi, kamu naik mobil sama aku saja,” Ericko Ye berkata dengan santai.

Evan Chu sebaliknya punya rencana lain, “Tidak perlulah, setelah pulang dari lapangan aku masih ada urusan lain. Aku pakai mobilku sendiri saja.”

Ericko Ye tidak memaksanya, “Ya boleh juga, sepuluh menit lagi turunlah, aku mungkin sudah sampai disana.”

“Oke.”

Setelah menutup telepon, senyum Ericko Ye langsung menghilang, dengan wajah muram bertanya pada Brian Zhang, “Semuanya sudah beres?”

“Sudah kok, tuan tenang saja, selama dia berada di daerah kekuasaan kita, dia tidak akan bisa kabur.”

“Aku mau semuanys harus sesuai rencana dan tidak gagal.”

“Tenang saja tidak masalah.”

Ericko Ye bersandar di sandaran kursinya, dan aroma Christy Mu samar samar masih terasa di hidungnya, dia menutup matanya dan membayangkan bahwa dia masih ada. Setelah kejadian ini, dia tidak ingin dipisahkan darinya lagi, tidak satu menit atau satu detikpun, karena dia menyadari setelah beberapa menit berpisah dengannya, dia telah merindukannya.

Sangat merindukannya.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu