Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 357 Keindahan Yang Melekat (3)

Juna Duan dengan sedih menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, berkata, “Imbang.”

Mendengar ini, yang dipikirkan Yolanda Duan adalah: Matilah, siapapun tidak ada yang bilang kalau hasilnya imbang akan bagaimana? Mungkinkah akan ditambah satu pertandingan lagi?

Dia dengan bantuan Juna Duan berdiri, bola matanya mengecil dengan tepat menemukan posisi Dian berdiri, “Jadi kita akan melakukan satu pertandingan lagi kah?”

“Tidak.”

Dian membuang muka, dengan kesulitan mengeluarkan 3 kata, “Kamu yang menang...”

Kesombongannya tidak mengijinkannya untuk menjadi seorang pengecut, wanita ini bisa menghasilkan nilai yang sama dengannya, dia mau tidak mau harus mengakui kalau dia sudah menang darinya.

Mendengar hasil ini, orang di belakang Dian tidak ada satupun yang membantah, mereka menerima semua ini, karena Yolanda Duan saja bisa seimbang melawan seorang Dian, maka mereka sudah pasti bukan lawannya!

Mereka dengan sadar berbaris, ada Dian yang memimpin di depan, setelah berbaris rapi dengan serempak memberi hormat pada Yolanda Duan, “Komandan!”

Yolanda Duan juga menegapkan badan, memberi hormat kembali, “Halo semuanya!”

Juna Duan melihat ini semua dengan bangga menganggukan kepala, Yolanda Duan selama ini tidak pernah membuatnya kecewa, dia selalu dengan dirinya yang terbaik melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

Menepuk bahunya, suara Juna Duan menjadi lebih lembut, “Aku masih ada urusan lain, kamu disini coba biasakan diri dengan tempat, waktumu disini kira-kira setengah bulan.”

“Baik.” Rasa percaya diri Yolanda Duan begitu penuh, hanya telingannya masih berdengung, dia menggelengkan kepala, dan suara itu seketika hilang.

Setelah Juna Duan pergi, Yolanda Duan berbalik memberi perintah, “Tunjukkan model pesawat tahun ini padaku.”

Jefri langsung menanggapi perintahnya, membawanya ke inspeksi, di belakang mereka diikuti barisan manusia yang panjang, dan semua itu orang yang barusan membantah dan meremehkannya.

“Bos, ini model terbaru kita...”

“Ini model yang paling utama...”

“Itu...”

Jefri menjelaskan semuanya dengan lancar, dan beberapa kali Dian akan menambahkan satu dua kalimat, tapi kata-katanya tidak begitu banyak, dia masih dalam keadaaan shock karena kalah dari Yolanda Duan.

Wajah Yolanda Duan selalu tersenyum, hanya suara yang di dengar telinganya semakin lama semakin kecil, hingga matanya seketika menjadi gelap.

Bawah kakinya tidak tahu sudah menginjak apa, tubuhnya jatuh merosot, dia mendengar teriakan Jefri, dan kepanikan orang sekitarnya.

Dan di depan matanya seketika menjadi gelap...

Yolanda Duan terbangun dari tidurnya, dia tidak tahu sudah tidur berapa lama, dia mendengar ada suara orang yang sangat sibuk, lalu tidak tahan dan membuka mata, dia ingin melihat siapa sebenarnya yang sudah mengganggu mimpi indahnya.

Baru membuka mata, sekelebat bayang gelap langsung menghampirinya, “Bos!”

Yolanda Duan menundukan kepala melihat di sampingnya ada satu kepala besar yang menimpa lengannya, dengan seluruh wajah yang begitu kusut, “Aku belum mati kok? Apa yang kamu tangisi?”

“Bos, kamu akhirnya sadar juga!” Jefri tersenyum, wajahnya yang kasar ada bekas air mata, terlihat begitu menggelikan.

Yolanda Duan agak ilfeel lalu mendorongnya, “Kamu berdiri dulu, kamu menimpaku, membuatku susah bernafas!”

“Oh, baik, baik...” Jefri dengan bajunya mengelap air mata, dengan cepat berdiri.

Pandangan mata Yolanda Duan menjadi lebih luas, setelah itu dia baru menyadari di dalam ruangan itu tidak hanya ada Jefri, tapi juga ada sekelompok orang lainnya.

Dika melihat Yolanda Duan yang sedang melihatnya, dengan sigap maju beberapa langkah.

“Komandan Duan...” Dian terbata-bata, melihat Yolanda Duan yang menatapnya dengan bingung, kata-katanya semakin tidak bisa terucap.

“Ada apa?” Alis Yolanda Duan mengkerut, hari ini kenapa semua laki-laki dewasa yang di dekatnya terlihat begitu aneh.

Dian menghembus nafas, dengan meyakinkan diri menutup mata, lalu membungkuk ke arah Yolanda Duan, “Maaf.”

Yolanda Duan sontak kebingungan, selama dia tidur apa yang telah terjadi?

“Kamu tidak usah meminta maaf denganku, pertandingan itu aku yang mengusulkan, penyebab pingsan mungkin karena aku kurang latihan...”

“Bukan itu...” Dian menundukan kepala, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan.

Jefri tidak seperti biasanya, dengan emosi mendorong tubuh Dian, “Keluar kamu dari sini, disini tidak perlu orang penuh kepalsuan sepertimu!”

“Jefri!” Yolanda Duan dengan suara berat memanggilnya.

Dia sejak kapan menjadi orang seperti itu? Orang lagi meminta maaf, dia malah mau mengusirnya...

“Lagi pula bukan masalah yang besar, aku sudah memaafkanmu.”

Yolanda Duan dengan ramah tersenyum, tapi ini malah membuat Dian semakin menyesal dan merasa bersalah, “Kesalahanku sangat fatal, kamu jangan memaafkanku, karena kalau tidak hatiku tidak akan tenang.”

“Eh?” Yolanda Duan memegang kepalanya, bagaimana bisa ada orang yang meminta orang lain untuk tidak memaafkannya?

“Bos...”

Air mata Jefri bercucuran, “Orang ini dia harusnya di sambar petir, kamu masih mau memaafkannya, kamu...”

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Yolanda Duan tidak percaya, hanya sebuah pertandingan, membuatnya terlihat seperti suatu kejahatan yang sangat berdosa.

“Kamu...” Dian menundukan kepala, kata-kata yang sampai di ujung mulutnya sulit keluar.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Tatapan mata Yolanda Duan menjadi tajam, dia tidak ingin mencoba menebak-nebak, melototi Jefri, “Jefri, katakan apa!”

“Bos...”

“Ini perintah!”

“Baik!” Jefri dengan tak berdaya melakukan hormat, “Kata dokter, telingamu...telingamu akan tuli.”

“Apa?” Yolanda Duan hanya merasa seperti sebuah suara dentuman, bertanya sekali lagi, “Katakan sekali lagi.”

“Barusan dokter memeriksa, karena kamu tadi menerbangkan pesawat, lalu karena suara mekanik yang sangat besar jadi cedera lamamu kambuh, dan kamu kemungkinan besar akan tuli...”

Yolanda Duan dengan gemetaran memegang telinganya, “Kemungkinannya besar?”

“80 persen...”

“Lalu aku masih bisa mendengar berapa lama?”

Suara Jefri terdengar semakin kecil, “Kira-kira tinggal 3-4 bulan lagi.”

Dian langsung maju ke depan, dengan sangat serius membungkukan badan ke arah Yolanda Duan, “Komandan Duan, kamu hukum saja aku!”

Yolanda Duan hanya merasa pikirannya saat ini begitu berantakan, dia dengan tak bertenaga melambaikan tangan, “Kalian semuanya keluar dulu saja, biarkan aku tenang sendiri.”

“Bos.”

“Komandan Duan.”

Dian dan Jefri memanggilnya bersamaan.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu