Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 238 Sinyal Minta Tolong Darinya (1)

Javier Mu melirik seseorang dengan emosi. Dari awal yang dilakukan pria itu hanya mencari musuh diluar sana, membuat adik perempuan dan keponakan laki-lakinya yang malang harus menanggungnya.

“Nyonya, apa mereka bilang kemana mereka pergi?” tanya Lisa Xiao.

“Tidak.”

Ericko Ye menghampiri Brian Zhang dan membisikkan sesuatu pada telinga pria itu. Brian Zhang mengangguk lalu berjalan keluar.

Karena semua yang hendak dikatakan sudah diucapkan dan tidak ada lagi informasi berguna yang tersisa, sekelompok orang itu bersiap-siap pergi.

Saat ini, langit perlahan menggelap dan tempat tinggal menjadi masalah utama. Ericko Ye bertanya pada wanita yang lebih tua itu, “Apakah disini ada penginapan yang lebih besar?”

“Di sekitar sini hanya ada pegunungan gersang dan bukit. Tidak ada penginapan. Kalau kalian ingin tempat untuk menginap, pergi saja ke desa di depan. Kira-kira satu jam perjalanan dengan mobil.”

“Baiklah, terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu. Sampai jumpa.” Ericko Ye mengangkat kakinya hendak berjalan keluar, namun langkahnya dihentikan oleh wanita itu.

“Tuan, kalian harus menyelamatkan gadis itu. Kalau tidak, aku tidak bisa hidup tenang seumur hidupku.” ujar wanita itu, nada suaranya terdengar penuh permintaan maaf.

Ericko Ye sebenarnya hampir tidak pernah menunjukkan wajah senangnya pada wanita lain selain Christy Mu, tapi saat ini ia tersenyum simpul pada wanita petani ini, “Nyonya, kamu jangan khawatir. Tunggu saja, aku akan menyelamatkan Christy dan membawanya menemuimu”

Wanita itu dengan cepat mengibas-kibaskan tangannya, “Tidak, tidak, tidak, tidak perlu membawanya bertemu denganku. Kalian para orang-orang berjabatan tinggi tidak perlu datang khusus ke tempat liar seperti ini. Yang penting gadis itu baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku. Itu juga adalah sesuatu yang aku rindukan.”

“Baiklah.”

Wanita itu mengantarkan semua orang ke luar dari pekarangan dan memperhatikan kendaraan mereka berlalu. Ia lalu menghela napas dan membalikkan tubuhnya berjalan kembali ke rumah. Saat itulah ia mendengar suara putranya berteriak memanggil dari dapur, “Ibu, ibu harus cepat lihat!”

Wanita itu terkejut dan segera berlari menuju dapur dengan panik, “Ada apa? Ada apa?”

“Lihatlah.”

Wanita itu berjalan ke arah yang ditunjuk oleh putranya dan melihat tiga tumpuk uang diatas kompor, masing-masing senilai 20 juta. Itu berarti, totalnya adalah 60 juta. Ini adalah pendapatan keluarga mereka selama satu tahun.

Wanita itu bukanlah seseorang yang serakah dengan uang. Ia ingin sekali mengembalikannya, tapi itu tentu saja hal yang mustahil.

Sekarang adalah akhir musim gugur di tengah pegunungan di bulan Oktober, dan cuaca dingin menyelimuti semua tempat. Khawatir Lisa Xiao akan kedinginan, Javier Mu pun menyampirkan mantel pada tubuh wanita itu, ia pun menerimanya dengan senang.

Duduk di kursi penumpang di samping pengemudi, Ericko Ye pun melihat tindakan Javier Mu itu dan melengos. Wanita itu lebih kuat dari pria tapi masih membutuhkan mantel Javier Mu? Tapi, seharusnya Ericko Ye memikirkan kondisinya. Apabila Christy Mu ada disini, mungkin ia akan membungkus wanita itu dengan lebih tebal.

Langit menjadi gelap dan akhirnya mobil itu sampai di sebuah kota kecil. Mereka juga menemukan satu-satunya tempat penginapan di kota itu.

Karena itu adalah hari kedua Hari Kemerdekaan, jadi kamar kosong yang tersedia pun tidaklah banyak. Setelah dihitung-hitung tepat tersisa satu buah kamar saja, lagipula harganya sangat tinggi dibanding yang biasanya. Sebuah kamar standar yang sederhana yang tidak mungkin lebih sederhana lagi, tapi harga yang harus dibayarkan setara dengan menyewa kamar di hotel berbintang lima.

Brian Zhang bermaksud untuk bermalam di mobil, tapi saat itu ia mendengar suara Ericko Ye, “Brian, kamu dan aku satu kamar saja. Kalau begini pasti cukup."

Brian Zhang termangu. Ia tahu bahwa selama bepergian, Ericko Ye tidak pernah mau satu kamar dengan orang lain.

“Kartu identitasmu.” Bos yang ada di hadapannya tersenyum dan menjulurkan tangannya.

“Semuanya?” tanya Brian Zhang.

Bos itu menganggukkan kepalanya dan menjelaskan, “Biasanya satu kamar cukup dengan satu identitas saja. Tapi karena ini adalah Hari Kemerdekaan, penjagaan harus lebih ketat. Jadi, semua identitas pengunjung harus didaftarkan.”

Setumpuk kartu identitas pun diserahkan pada bos itu dan ia memeriksanya satu persatu. Ketika melihat nama Ericko Ye tertera pada salah satu kartu, ia tidak dapat menahan diri untuk bergumam, “Ericko Ye?”

Ericko Ye yang memiliki telinga sensitif pun langsung menatap bos itu ketika namanya disebut, “Apakah ada masalah?”

Bos itu merasa terpana dengan kedua mata Ericko Ye dan dengan cepat berujar, “Tidak, aku hanya merasa pernah melihat nama ini di suatu tempat.” Saat ini, tisu toilet yang bertuliskan nama dan nomor telepon Ericko Ye sedang menangis dalam diam di tong sampah.

“Bos, apakah kalian memiliki restoran yang enak di kota ini?” tanya Brian Zhang. Kali ini ia bertindak sebagai seorang pelayan besar yang mengatur tempat tinggal dan makanan bagi sekelompok orang itu.

Bos itu berujar sambil mendaftarkan, “Oh, kalian bisa pergi ke arah Utara jalan ini. Sekitar 500 meter, ada sebuah restoran lokal yang enak.”

“Terima kasih.”

Ketika semua sudah diurus, beberapa orang itu pun pergi keluar untuk makan. Ketika Javier Mu melewati meja check out dan melihat kebijakan registrasi yang tebal, hatinya pun melonjak sesaat dan langkahnya terhenti.

Begitu ia berhenti, Lisa Xiao pun ikut berhenti. Ericko Ye dan Brian Zhang sudah keluar dari pintu penginapan itu namun berbalik kembali begitu melihat kedua orang itu tidak ada di belakang mereka.

Bos penginapan itu sedang pergi ke komputer untuk menonton sinetron yang sedang panas ditayangkan, namun ekor matanya merasa ada seseorang yang sedang menatapnya. Ia memutar kepalanya untuk melihat dan mendapati sekelompok orang yang baru saja mendaftar itu.

“Apakah ada masalah?” tanya bos itu.

“Apakah semua orang yang datang ke penginapanmu ini harus mendaftar?” tanya Javier Mu tanpa ekspresi.

“Hanya saat tahun baru atau hari perayaan lainnya saja semua orang harus mendaftar, biasanya tidak ada standar seperti itu. Ada apa?” Entah mengapa, dalam hati bos itu ada semacam perasaan tidak nyaman.

“Apakah baru-baru ini ada orang bernama Harryo Zhang datang kesini?”

Begitu kalimat ini terlontar, mereka pun langsung menangkap maksud Javier Mu.

Sekelompok orang yang menculik Christy Mu, mereka sudah pasti adalah orang-orang Harryo Zhang. Dan kemungkinan mereka juga menggunakan identitas palsu. Kalau hanya membuat identitas palsu, itu pastilah hal yang mudah bagi mereka. Apalagi mereka saja bisa membuat kulit wajah palsu.

Meskipun begitu, Javier Mu tetap tidak ingin melewatkan apapun yang bisa menjadi kunci penting.

“Tunggu sebentar, biar aku periksa dulu.” Bos itu membuka buku registrasi dan mencari pada beberapa halaman lalu berujar, “Tidak ada yang bernama Harryo Zhang. Kami berada di kota terpencil, jadi yang menginap hanya orang kota seperti kalian saat liburan atau hari perayaan tertentu.”

Javier Mu merasa sedikit kecewa namun tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Kalau begitu, apakah ada sekelompok orang yang datang? Salah seorang dari mereka mengenakan topeng perak, lalu ada seorang wanita berusia dua puluhan yang menggendong seorang bayi berusia setengah tahun?”

Begitu bos itu mendengar kalimat ini, warna wajahnya pun berubah. Ia memang ingat tentang mereka karena ia merasa sekelompok orang ini terlihat begitu unik dan mengangguk, “Ada, ada.”

“Sungguh?” Tidak hanya Javier Mu, kini Lisa Xiao dan Ericko Ye pun tiba-tiba bersemangat, “Kamu yakin?”

Bos itu merasa terkejut dan merasa tidak nyaman dengan ekspreksi yang mereka tunjukkan dan menjawab sambil menarik lehernya ke belakang, “Tentu saja. Mereka baru saja menginap satu malam beberapa hari sebelumnya. Kenapa kalian bertanya-tanya soal ini?”

“Kami adalah keluarga wanita itu, kami datang untuk mencarinya.” jawab Javier Mu ambigu.

Tiba-tiba bos itu teringat akan tisu toilet yang berisi teriakan minta tolong dan teringat akan nama Ericko Ye yang tertulis di dalamnya. Ia pun menolehkan kepalanya pada Ericko Ye dan berujar, “Ah... Kamu Ericko Ye?”

“Ya, aku.”

“Tadi aku bilang namamu terdengar tidak asing, bukan? Sekarang aku ingat. Ketika pergi perempuan itu menitipkan selembar tisu toilet padaku, memintaku untuk menggantikannya menghubungi polisi. Di atas tisu itu tertulis namamu dan nomor teleponmu.”

Otak Ericko Ye rasanya akan meledak dengan amarah, dan menatap bos itu lurus-lurus, “Kalau begitu kenapa kamu tidak pernah meneleponku?”

“Aku sudah menelepon,” Bos itu merasa dipersalahkan dan membela dirinya sendiri, “Kamu juga sudah mengangkatnya. Tapi aku baru berbicara setengah dan kehilangan signal.”

“Bagaimana mungkin? Kenapa aku tidak tahu?” ujar Ericko Ye sambil menarik keluar ponselnya, “Hari apa?”

Bos itu membolak-balik buku registrasi, “Tanggal 29 bulan sembilan. Pagi itu mereka check out.”

Ericko Ye berhasil menemukan riwayat panggilan pada hari itu. Pagi harinya, ada sebuah panggilan dari Provinsi F. Ia ingat saat itu ia baru saja selesai mengantarkan Harvin Chu dan panggilan itu tiba-tiba terputus begitu saja. Ia mengira itu hanyalah panggilan penipuan sehingga tidak menelponnya kembali.

Ternyata... Itu adalah panggilan Christy Mu meminta tolong.

Rasa kesal dan rasa penyesalan meledak dalam hati Ericko Ye, membuatnya tidak bisa berkata-kata untuk sejenak.

Lisa Xiao melirik pria itu sekilas lalu bertanya pada bos itu, “Lalu kamu tidak mencoba meneleponnya lagi setelah itu?”

Bos itu menjawab dengan suara pelan yang diselimuti nada tidak enak hati, “Saat itu ada masalah yang harus aku selesaikan jadi aku pun akhirnya lupa dengan masalah ini.”

“Kamu!” Javier Mu hampir saja mengangkat tangannya untuk menampar bos itu.

Sudahlah, sekarang ketiga orang itu tidak memiliki napsu makan sama sekali. Lisa Xiao pun berujar kepada Brian Zhang, “Kamu bawa semua orang pergi makan dan bawa pulang makanan untuk kami.”

Brian Zhang menatap Ericko Ye untuk meminta pendapatnya dan tentu saja Ericko Ye menganggukkan kepalanya. Sekarang yang ada di kepalanya hanyalah telepon yang tidak ia angkat itu.

Javier Mu mengeluarkan setumpuk uang dari dalam dompetnya dan melemparnya ke meja pendaftaran sambil berujar, “Ayo. Kita cari ruangan kosong untuk membicarakan masalah ini sedetail mungkin.”

Begitu bos itu melihat suasana sekelompok orang itu, ia pun tidak berani untuk mengambil uang itu dan dengan pelan mendorongnya menjauh, “Aku akan menjawab apapun yang kalian tanyakan. Tidak perlu memberiku uang.”

“Jangan bohong!” Javier Mu mengancamnya dengan sungguh-sungguh.

Bos itu segera menegakkan punggungnya dan bersumpah, “Tidak akan. Kami adalah pebisnis yang mengandalkan prinsip kejujuran dan kepercayaan, kami tidak mungkin berbohong. Lagipula aku dan kelompok orang itu tidak memiliki hubungan apapun, kenapa aku harus menolong mereka?”

“Kalau sudah mengerti, baguslah. Ayo.”

“Ini...” Bos itu dengan ragu menunjuk setumpuk uang tunai diatas meja.

“Uang untuk sarapan besok pagi, ingatlah untuk membeli lebih banyak.” ujar Javier Mu dengan dingin.

Dengan alasan yang masuk akal seperti ini, bos itu pun menerima uang itu dengan lega, “Kantorku ada di samping, kita bicara disana saja.”

Keempat orang itu pun duduk. Kondisi Ericko Ye sudah terlihat biasa saja tapi hanya langit yang tahu betapa hatinya merasa tidak nyaman.

“Sekelompok orang itu datang pada malam tanggal 28...”

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu