Ternyata Suamiku CEO Misterius - Bab 182 Awasi Dan Habisi Wanita Itu (1)

Setelah menangis beberapa menit, ketakutan dalam hati Christy Mu semuanya tersalurkan. Suara tangisannya mengecil, juga sudah keluar dari pelukan Ericko Ye, mengelap air mata dan mengelap ingus.

Ericko Ye berdiri, mengambil tisu dari meja lalu menyodorkannya pada Christy Mu, "Sudah tidak apa-apa. Apa kamu bisa berdiri sendiri?"

Christy Mu menahan lantai dan mencoba untuk berdiri. Tapi kakinya kesemutan juga tidak bertenaga, akibatnya dia langsung terduduk kembali di lantai. Baru saja mau berkata tidak bisa, dia langsung dipeluk oleh orang di hadapannya ini.

Christy Mu sangat ringan, seperti bulu angsa yang putih.

Ini adalah kesan pertama di hati Ericko Ye, perasaan keduanya adalah, wangi wanita ini, familiar sekali.

Christy Mu diletakkan dengan pelan ke atas sofa. Melihat mata Ericko Ye yang berwarna ungu, dia merasa dia perlu bertanya.

"Ericko ... matamu ... dan juga, kapan kamu masuk?"

Ericko Ye menatapnya dengan dalam lalu berkata dengan lembut, "Masalah ini akan aku jelaskan padamu nanti. Sekarang, kita selesaikan dulu masalah yang ada di depan mata."

Ericko Ye menuangkan segelas air hangat padanya. Dua orang penjahat masih belum tersadar.

"Apa yang terjadi tadi?"

Christy Mu minum dan merasa hatinya jauh lebih tenang. Ia kemudian menjelaskan kejadian yang tadi terjadi dengan sederhana.

Wajah Ericko Ye semakin suram mendengarnya. Untung tadi dia keluar dari kamar mandi. Kalau dia masih mandi, pasti tidak akan menerima telepon ini dan Edelyn Chu akan diperkosa oleh dua binatang itu.

Ericko Ye lalu mengeluarkan ponsel dan menelpon kepada Brian Zhang dan berkata dengan marah, "Dimana dua pengawal yang kamu utus untuk menjaga Edelyn? Apa mereka sudah mati? Segera datang ke apartemen Edelyn sekarang."

Mendengar perkataan Ericko Ye, Christy Mu terbelalak, "Kamu mengutus orang untuk menjagaku?"

Ericko Ye menunduk lalu menatap Christy Mu dan mengakui, "Iya, waktu itu kamu bilang tidak butuh, tapi bagaimanapun ini adalah salah satu daerahku. Tambah satu orang yang menjagamu, akan bertambah aman bukan. Tapi tidak disangka kejadian seperti ini tetap terjadi juga."

Christy Mu menatap Ericko Ye. Tidak bisa membedakan pria ini menjaganya atau memantaunya.

Ericko Ye melihat ada kecurigaan di mata Christy Mu lalu berkata dengan jujur, "Kamu tidak usah menatapku dengan seperti itu. Aku tidak perlu memantaumu. Kita adalah rekan kerja, bukan lawan."

"Iya, aku percaya padamu." Christy Mu berkata.

"Dimana pengawal yang ayahmu utus?"

Christy Mu berkata dengan tampang sedih, "Aku juga tidak tahu."

"Sudah, sudah, jangan menangis lagi. Tujuan utama mereka seharusnya adalah uang. Tidak usah khawatir." Ericko Ye menghibur dengan lembut.

Tidak disangka Christy Mu malah menggeleng dan berkata, "Bukan, aku rasa mereka bukan hanya mau uang, juga bukan karena nafsu, tapi mereka menginginkan yang lebih besar lagi."

Ericko Ye tersentak, "Kenapa bicara seperti itu?"

Christy Mu mengingat lagi percakapan kedua orang tadi dan menganalisis, "Sebenarnya tadi aku sudah berhasil membujuk orang yang bertugas menahanku itu, menyuruh mereka pergi membawa uang, aku tidak akan lapor polisi. Dia juga sudah ada keinginan untuk itu, hanya saja kebetulan orang yang mengambil uang kembali. Orang itu tidak puas dengan keputusan itu, juga berkata ... selain ... selain apa? Mereka tidak mengatakan apapun, tapi aku merasa 'selain' itu adalah alasan sebenarnya kenapa mereka memilih tinggal."

"Maksudmu mereka bukan datang karena kebetulan, melainkan sudah merencanakan ini sejak lama?"

"Benar, aku ada firasat seperti itu." Christy Mu mengangguk dengan serius.

Saat ini, telepon dari Brian Zhang masuk.

"Tuan muda, orang-orang kita dipukul hingga pingsan."

"Baik, aku tahu. Kamu datanglah ke sini." Ericko Ye menutup sambungan lalu berkata pada Christy Mu, "Firasatmu benar, ada orang yang merencanakan ini. Pengawal yang aku utus untuk melindungimu dibuat pingsan."

Christy Mu langsung ketakutan dan berkata dengan bergetar, "Aku di Kota A tidak kenal siapapun, apalagi membuat dendam dengan siapapun. Sebenarnya siapa yang begitu kejam, mau mencelakaiku seperti ini?"

Tangan Ericko Ye berada di atas tangan Christy Mu lalu menatap wanita itu dengan tatapan kejam dan pasti, "Siapapun itu, aku akan membuatnya mendapatkan balasannya."

Edelyn Chu bagi Ericko Ye adalah suatu keberadaan yang istimewa. Ada kemungkinan yang sangat besar kalau Edelyn Chu adalah Christy Mu. Ada orang yang mau menyakiti wanita itu, Ericko Ye pasti tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Meski Edelyn Chu bukan Christy Mu sekalipun, wanita itu tetap temannya, rekan kerjasamanya, dia tidak mengizinkan orang di sekitarnya dicelakai.

Kehangatan di tangan tersalurkan pelan-pelan, dan ketakutan Christy Mu pelan-pelan mulai mereda.

"Kamu tinggal di sini sebentar." Ericko Ye menggenggam tangan Christy Mu pelan. Setelah melihat wanita itu mengangguk, Ericko Ye baru berdiri dan berjalan ke arah seorang penjahat, meraih kerah penjahat lalu menyeretnya ke toilet.

"Byur——" seember air dingin mengucur turun, setelah itu, terdengar bunyi batuk. Si penjahat sudah bangun.

Selanjutnya Ericko Ye menyeret orang itu keluar lagi, lalu membuangnya ke samping. Orang itu sangat jelas mengenal Ericko Ye, menundukkan kepala, tidak berani melihat Ericko Ye.

"Katakan, kenapa menyandera dia?" Ericko Ye menunduk lalu bertanya dengan dingin pada orang itu.

Orang itu berkata dengan suara kecil, "Aku lihat dia seorang diri, juga lumayan kaya."

Ericko Ye menendang perut orang itu, sedangkan pria itu mengaduh sakit.

"Lebih keras."

Pria itu memeluk perut, lalu menghindar ke samping dan suaranya berubah jauh lebih besar, "Kita sudah mengamatinya selama beberapa hari. Dia selalu sendiri, selain itu baju-baju yang dia pakai semuanya bermerek. Pasti orang yang kaya, jadi kami ingin mencuri."

"Bagaimana melakukannya?"

"Kita ..." orang itu menelan air liur, lalu berkata dengan gugup, "Setelah dia pulang dan masuk ke dalam lift, kami pun masuk dan melihat dia berhenti di lantai ini. Setelah dia pergi, kami langsung naik ke lantai ini menunggu dia pulang."

Christy Mu baru tersadar, pantas saja tadi dia merasa ada yang mengikutinya. Awalnya dia kira hanya perasaannya saja. Tidak disangka mereka benar-benar mengikuti dari belakang.

"Setelah dia menyuruhmu pergi dengan membawa uang, kenapa masih berada di sini." Ericko Ye bertanya dengan geram dan tangan terkepal, seperti kapan saja dapat menonjokkannya ke wajah pria ini.

Orang itu melihat rekannya yang terbaring di lantai lalu berkata dengan gagap, "Dia ini sangat bokep. Melihat wanita cantik langsung ... Akh——"

Suara jeritan terdengar. Ericko Ye menendang dada pria itu, lalu menatap orang itu dengan dingin dan berkata dengan pelan, "Aku mau dengar kebenarannya."

"Yang ... yang aku katakan itu semuanya benar ... benar ... akh——"

Setiap tendangan Ericko Ye sangat kuat. Setelah beberapa tendangan, orang itu sudah agak sekarat, tapi masih tetap tidak mau jujur, "Tuan Ye, aku mengatakan yang sebenarnya, benar."

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Seharusnya Brian Zhang sudah sampai.

Christy Mu mau berdiri untuk buka pintu, tapi melihat Ericko Ye menggerakan tangan turun, menyuruhnya duduk. Biar Ericko Ye yang buka pintunya.

Ericko Ye berbalik dan berjalan ke arah pintu. Pria yang tadi napasnya kesulitan itu melihat ada kesempatan datang, dan langsung mengeluarkan pisau yang tadi digunakan untuk mengancam Christy Mu ke arah Ericko Ye.

"Ericko, hati-hati." Christy Mu berteriak.

Ericko Ye bahkan tidak membalikkan kepala dan langsung menendang ulu hati pria itu. Pria itu terjatuh dengan keras ke atas lantai.

"Huh, selemah ini saja sudah mau menyerang?" Ericko Ye menoleh lalu tertawa dingin, kemudian melanjutkan jalan menuju pintu.

Ternyata benar, Brian Zhang di luar.

Brian Zhang tahu dia sudah berbuat salah, dan tidak berani mengangkat kepala memandang bos. Setelah masuk dan melihat lantai yang berantakan, juga dua orang pria yang terbaring di atas lantai, hatinya menjadi malu.

"Tuan muda." Brian Zhang memanggil dengan takut.

Ericko Ye menatapnya dengan dingin, lalu berjalan ke samping penjahat yang sama sekali tidak ada energi lagi itu, dan mengambil pisau yang pria itu pegang.

"Sebenarnya aku tadi bisa langsung menancapkan pisau ke tubuhmu. Tapi apa kamu tahu kenapa aku tidak berbuat begitu?"

Emosi dalam diri Ericko Ye sangat besar. Para pria pun dibuat tidak berani berkutik.

Ericko Ye memukul wajah pria itu lalu menyindir, "Karena aku tidak ingin darah kotor kalian mengotori lantai ini, tapi bukan berarti aku tidak bisa membunuh orang."

"Tuan Ericko, aku benar-benar tidak berbohong. Kami benar-benar melihatnya cukup kaya, ingin mencuri sedikit uang miliknya."

Melihat pria itu masih tidak mau buka mulut, Ericko Ye berkata dengan dingin pada Brian Zhang, "Tarik dia keluar lalu potong-potong hingga hancur dan beri makan ikan di laut. Kesabaranku tidaklah begitu banyak, bagus juga. Ada kamu yang menjadi contoh, temanmu ini seharusnya tahu apa yang harus dilakukan. Brian, kenapa masih diam?"

Brian Zhang langsung tersadar dan segera menarik pria itu keluar.

Pria itu mendengar keputusan kejam Ericko Ye. Awalnya dia mengira Ericko Ye tidak akan begitu kejam, tapi begitu mendengar dirinya sebentar lagi sudah akan menjadi potongan daging, dia langsung ketakutan dan berkata, "Sebentar, sebentar, baik, aku katakan."

Brian Zhang berdiri, melihat ke arah Ericko Ye, lalu melepaskan pria itu kembali ke lantai lagi.

"Bukankah bagus kalau begini dari tadi? Kamu juga tidak perlu mendapat begitu banyak penderitaan tubuh. Ayo mulai." Ericko Ye melangkah ke samping, lalu memutar-mutar pisau di tangannya, seperti bisa kapan saja melempar pisau itu dari tangannya.

Orang itu berlutut di lantai, lalu berkata dengan terengah-engah, "Beberapa waktu sebelumnya, kami berdua kalah banyak dalam perjudian, memiliki hutang yang sangat banyak. Setiap hari ada orang yang datang menagih hutang. Tiba-tiba, ada orang yang datang mencari kami, katanya bisa membayar semua hutang-hutang kami, tapi menyuruh kami untuk melakukan satu hal ..."

"Lanjutkan."

"Katanya, di kompleks ini ada satu wanita single dan sangat kaya. Orang itu menyuruh kami mencuri, memperkosanya, bahkan mengirim foto padanya ..."

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu