His Soft Side - Bab 509 Mana Berani Mereka Memukulinya?

Pada momen ini, di sebuah apartemen berdekorasi mewah dan mahal di Kota Qinghu, Robin Cheng baru saja mematikan komputer setelah bekerja sepanjang malam. Ia meregangkan pinggang dengan sangat kelelahan. Ketika pria itu baru mencari makanan buat mengganjal perut dan tidur, bel pintu tiba-tiba berbunyi.

Robin Cheng melihat jam. Pukul delapan…… Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bergumam, “Siapa sih yang datang pagi-pagi begini!”

Walau mengeluh, ia tetap bergegas buka pintu.

Ketika pintu terbuka, Robin Cheng mengamati sosok tamunya dan tertegun, “Kamu—”

Si wanita punya tinggi yang hampir sama dengan si pria karena lagi mengenakan sepatu hak tinggi. Wajahnya kurus, rongga matanya cekung, sementara pipinya tirus. Dengan riasan dalam kadar yang ideal, ia terlihat sangat cantik. Terlebih lagi ia mengenakan rok pendek, jadi dua kakinya yang mulus dan panjang bisa diamati oleh orang.

Kalau dulu, begitu bertemu sosok yang sangat cantik, mata Robin Cheng pasti akan terpaku padanya. Tetapi, hari ini, ia malah sangat terkejut seperti lagi melihat hantu.

“Ada apa, kita kan baru sebentar tidak ketemu? Kevin, apa kau tidak mengenalku?” Melisa Chen ikut tercengang melihat mimik wajah Robin Cheng.

“Eh? Mana mungkin!” Robin Cheng bangkit dari lamunan. Ia buru-buru membuka jalan masuk buatnya, “Shelby, kapan kamu kembali?”

Yang ditanya mengangkat bahu, “Kemarin! Aku kemarin mengunjungi rumah Darine Zheng untuk pesta koktail.”

Ketika menyebut nama Darine Zheng, nada bicara Melisa Chen jadi agak bersedih. Wanita itu mengganti sepatu dengan sandal rumah. Lalu, dengan gerak-gerik yang dibuatnya sedikit lebih alami, ia mengamati tiap perabotan di rumah si pria. Wanita itu sontak menggeleng kagum: “Kevin, seleramu masih belum berubah setelah bertahun-tahun. Seleramu sangat tinggi!”

Sayangnya, si pria tidak menanggapi pujiannya. Hati Robin Cheng lagi gelisah karena Melisa Chen barusan bilang habis ikut pesta koktail di rumah kediaman keluarga Zheng. Kalau ia tidak keliru, Colten Huo punya urusan bisnis dengan keluarga tersebut. Itu berarti Colten Huo semalam pasti ikut pesta juga, kalau begitu……

Robin Cheng menatap Melisa Chen dengan tubuh yang bergidik. Ia juga mengangkat tangan untuk menyeka keringat dingin dari dahi.

Si wanita pada saat ini lagi menoleh, jadi kebetulan bisa menjumpai tatapan aneh dan gerakan menyeka keringat si pria. Ia mengernytikan alis, “Kevin, apa kamu gugup?”

“Ah? Bagaimana mungkin!” Robin Cheng tentu tidak mau mengaku. Ia sekarang sama sekali tidak mengantuk lagi. Pria itu dalam hati berpikir, kalau Melisa Chen pergi ke pesta koktail memang kenapa? Dia tidak pasti berjumpa dengan Colten Huo kok. Lebih-lebih, Colten Huo pun bisa jadi tidak mengajak Chloe Jian!

“Kamu punya bir kah?” Melihat pria tersebut bengong-bengong sejak ia masuk, Melisa Chen memutuskan bertanya begini padanya.

“Bir?” Yang ditanya mengecek jam dan berkata dengan heran, “Kamu mau minum bir pagi-pagi begini? Ini gaya hidupmu sebagai supermodel?”

Melisa Chen menaruh tas dan tersenyum, “Suasana hatiku lagi tidak baik. Aku ingin mencari orang buat menemaniku minum-minum.”

“Mengapa tidak baik?” Robin Cheng bertanya sembari berjalan ke meja bar.

“Aku bertemu Colten Huo semalam.” Nada bicara si wanita menjadi lebih kecewa, “Dan istrinya.”

Si pria seketika menggigil.

“Kevin, Kevin?” Melihat tangan Robin Cheng yang lagi bergerak menuang bir tiba-tiba berhenti, Melisa Chen bertanya kaget dan berjalan mendekat. Aduh, pria ini lagi kenapa sih!

“Hah?” Robin Cheng berbalik badan dan menjumpai Melisa Chen tiba-tiba berada persis di belakangnya. Karena kaget, tangannya yang lagi pegang bir gemetar dan isi birnya tumpah keluar. Karena berdiri terlalu dekat darinya, tumpahan bir mengenai si wanita. T-shirt putihnya seketika basah oleh larutan merah……

“Ahh!” Melisa Chen berteriak dan mundur selangkah.

“Ah, maafkan aku, maafkan aku!” Robin Cheng segera menaruh bir dan gelas di meja.

“Aku basah kuyup, Kevin. Kamu lagi memikirkan apa sih?” Si tamu agak terpancing emosi, namun langsung menahan hasrat buat marah-marah.

“Kamu bawa pakaian ganti?” Merasa bersalah, si tuan rumah jelas tidak mempermasalahkan nada kesal si tamu.

“Tidak. Bajuku bagaimana ini, lengket-lengket dan berlendir,” keluh Melisa Chen.

“Kamu bisa pinjam pakaianku dulu!” Robin Cheng membawa Melisa Chen ke kamar dan memilihkan baju buatnya.

Melisa Chen tidak keberatan, namun berhubung tubuhnya terasa lengket, ia izin sejenak: “Aku mandi dulu deh. Pinjam kamar mandimu ya.”

“Oke! Di lemarinya ada handuk baru.” Si pria jelas lebih tidak kebertan. Sekarang, pikirannya penuh dengan pertanyaan apakah Colten Huo bakal buat perhitungan dengannya atas cerita bohongnya pada Chleo Jian.

“Kevin, bel pintu bunyi ya?” Ketika hendak memasuki kamar mandi, Melisa Chen tiba-tiba mendengar pintu diketuk. Berhubung Robin Cheng lagi lingung, ia berbaik hati buat mengingatkan.

“Hah? Oh!” Si pria garuk kepala, “Sepertinya makanan aku pesan sudah datang.”

Tanpa banyak berpikir, Robin Cheng berjalan menuju pintu. Ia terlalu linglung sampai langsung membuka pintu tanpa mengecek lubang intip terlebih dahulu……

“Hai!” Sekalinya melihat si tuan rumah, wanita di depan pintu tersenyum manis sambil melambai.

Robin Cheng mengedip-ngedip, lalu mengedip lagi. Ia kemudian baru mengenali wanita dengan t-shirt putih, celana jeans, dan rambut kuncir kuda di depannya adalah Chloe Jian. Kalau begitu, pria di sebelahnya adalah—

Leher Robin Cheng seketika terasa kaku. Waktu ia menoleh ke pria tersebut, wajahnya yang juga kaku menjumpai Colten Huo lagi tersenyum dingin.

“Kakak, Kakak Keempat, kamu, bisakah kamu tidak tersenyum……” Si pria bicara dengan terbata-bata. Di punggungnya terasa ada aliran dingin yang menjalar sampai ke ujung kepala.

“Kamu tidak mempersilahkan kami masuk?” Chloe Jian berjalan ke samping Robin Cheng. Dari sana, ia bisa melihat sebuah tas wanita di atas sofa. Si wanita langsung mengangkat alis, “Lagi ada tamu?”

“Tidak, tidak!” Robin Cheng merasa lidahnya kaku sampai tidak bisa bicara dengan lancar.

Colten Huo merangkul Chloe Jian memasuki apartemen si pria. Sepasang sepatu hak tinggi di lorong jalan sangat menarik perhatian mereka. Di dalam apartemen, mereka juga mendengar suara air dari kamar mandi. Seseorang pasti lagi mandi di sana.

Chloe Jian berkedip, “Sepertinya kita datang pada saat yang tidak tepat!”

“Bikin perhitungan mana peduli waktunya tepat atau tidak!” Si tamu pria berperilaku sangat kasar. Ia menatap Robin Cheng dengan dingin dan kembali berbicara, “Harusnya kamu paham kana pa maksud kata-kataku?”

Si tuan rumah menggaruk kepala dengan canggung. Ia pura-pura tidak paham, “Kakak Keempat, aku, aku mana mungkin paham maksudmu?”

Chloe Jian mengepalkan tinju dan mendekati Robin Cheng selangkah demi selangkah. Seberkas senyum sinis muncul di wajah cantiknya, “Robin Cheng, aku merasa rugi sudah mempercayaimu, sebab kamu adalah pembual besar! Kamu membuatku murung beberapa waktu belakangan. Coba katakan bagaimana perhitungan yang harus kubuat!”

“Hah, perhitungan apa? Aku tidak paham kalian lagi bicara apa!” Robin Cheng memutuskan lanjut bersandiwara. Chloe Jian sendiri sudah menghapus bukti pesannya dari dulu. Tanpa punya bukti, mana berani mereka memukulinya?

Sial, Robin Cheng kali ini salah perhitungan……

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu