His Soft Side - Bab 39 Kakiku Sakit, Gendong!

Mendengar perkataan Robin, Colten menyipitkan matanya tajam. Ia mengulurkan tangannya untuk meraih gelas yang masih berisi dari tangan Chloe, "Minuman ini terlalu keras, berhenti meminumnya!"

Melihat tangannya tiba-tiba kosong, Chloe cemberut dan merangkul Colten, "Kenapa kau menyebalkan sekali! Aku tidak mudah mabuk, biarkan aku minum sedikit lagi!"

Begitu mencium wangi badan Chloe, Colten pun menahan nafasnya, jarak tubuh keduanya sangat dekat, seketika, ia Colten ingin memeluk tubuh Chloe dengan erat, namun saat ia melihat ke wajah Robin yang sedang tertawa, wajahnya pun berubah dingin kembali.

"Ayo kita pergi!" Di sini benar-benar berisik, lagipula selalu saja ada orang yang mengintip-intip, Colten meletakkan gelasnya, lalu menarik Chloe beranjak pergi dari sana.

"Kakak Keempat, aku hanya bisa membantumu sampai di sini!" kata Robin.

Colten menghentikan langkah kakinya sejenak, tak lama, ia pun segera pergi dari sana.

Jarak antara tempat duduk mereka dengan pintu sangatlah dekat, tak lama, mereka pun berjalan sampai ke taman bunga, setelah Chloe menyadari tak ada lagi minuman di tangannya, ia pun menarik tangan Colten dan mulai merengek, "Aduh, aku tidak mau pergi, aku mau minum wine!"

"Minum di rumah saja!" kata Colten lembut.

"Bohong!" Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya, "Sampai di rumah nanti pasti kau tidak akan memberiku minum!"

"Tidak bohong kok!" Colten menatap Chloe, malam ini ia terlalu aktif, benar-benar berbeda dengan dirinya di pagi hari yang diam itu, sehingga membuat Colten tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Ya sudah, kali ini aku percaya padamu, kalau kau bohong, berarti kau itu anjing kecil lho!" Angin di taman bunga itu sedikit kencang, Chloe merasa kepalanya agak sedikit pusing.

"Iya, kalau aku berbohong berarti aku ini anjing!" Colten melepas jaketnya, lalu memasangkannya pada Chloe, setelah menggandengnya berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Chloe terdiam lagi, Colten membalikkan kepalanya, ia melihat Chloe yang sedang berdiri diam di tempat sambil cemberut, begitu melihat Colten membalikkan kepalanya, ia pun membuka kedua tangannya.

"Gendong!" serunya manja.

Di bawah sinar rembulan, seruan manja ini terasa bak embun pagi yang menetes pada daun teratai di musim panas, tetesan embun itu menetes pada hati Colten, lalu masuk dan merembes ke dalam hatinya.

Seketika itu, Colten pun merasa sebuah sudut kecil yang ada di hatinya meleleh, ia menatap Chloe, wajahnya yang merah muda, kedua matanya yang besar, bibirnya yang cemberut, benar-benar sangat lucu.

Melihat Colten tidak menjawab, Chloe pun memeluknya dan mengangkat kepalanya, ia membuka kedua tangannya dan berkata dengan manja, "Kakiku sakit, gendong!"

Tiba-tiba, terdengar suara tawa dari tempat yang tak jauh dari sana.

Colten melihat ke arah asal suara itu, ia pun melihat Robin yang sedang mengintip mereka berdua dari semak-semak dan mengedipkan sebelah matanya pada Colten. Colten tidak menghiraukannya, ia membungkukkan badannya, lalu menggendong Chloe seperti menggendong seorang putri, dengan gampangnya, ia membawa tubuh Chloe berjalan keluar pintu.

Kedua tangan Chloe memeluk leher Colten, Chloe melihat wajah Colten yang dingin itu, ia tak henti-hentinya mengelus-eluskan kepalanya pada leher Colten seperti seekor kucing, nafas Colten pun berubah menjadi sangat cepat, jakunnya juga tak berhenti bergerak ke atas dan ke bawah.

Chloe tersenyum pelan di telinganya, "Haha, wajahmu merah!"

Pembantu Keluarga Bai sudah mengeluarkan mobil Colten dari tempat parkir, dan sekarang sudah berhenti di depan pintu utama, Colten pun menurunkan Chloe, lalu membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Chloe di kursi depan, namun Chloe masih enggan melepaskan leher Colten, bibirnya terus cemberut dan bergumam tidak jelas.

"Anak pintar, kuantarkan kau pulang ya!" kata Colten lembut, di tengah hembusan angin malam, ia pun menyadari bahwa jantungnya sedang berdetak kencang.

Di saat yang bersamaan, Robin sedang melihati Colten menggendong Chloe pergi dari sana dari taman bunga milik Keluarga Bai, baru saja ia hendak mengunggah sebuah status di Moments Wechatnya, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari belakangnya.

"Sue? Siapa yang mengganggumu?" tanya Robin dengan bingung, begitu ia membalikkan kepalanya, ia langsung melihat Sue yang matanya sangat merah.

"Apa hebatnya wanita itu kalau dibandingkan denganku, kenapa Kak Colten menyukainya, bukan menyukaiku?" Sue merasa ia sama sekali tidak bisa menggandeng tangan Colten, tapi kenapa Chloe bisa membuat Colten membungkukkan badannya dan menggendongnya pergi dari sana, hatinya merasa tidak adil.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak menyukaiku? Baik latar belakang keluargaku, maupun wajahku, aku juga tidak kalah dari Kakak Keempat!" kata Robin sambil tersenyum.

"Kenapa aku harus suka padamu, kau kan bukan Kak Colten!" Sue mengerutkan keningnya, tak tahu kenapa Robin tiba-tiba berkata seperti itu.

"Makanya, kalau begitu kenapa Kakak Keempat harus suka padamu? Kau kan bukan Adik Jian!" kata Robin cemberut, di dalam hatinya ia berpikir, wanita yang manja ini benar-benar menyebalkan.

Sue tercengang, baru saja ia ingin membalas ucapan Robin, namun Robin sudah pergi, Colten sudah pergi tanpa pamitan dengan yang lainnya, sebagai asisten pribadi Colten, ia harus membantu Colten membereskan semuanya.

Colten membawa mobil dan mengantarkan Chloe pulang, tak manja dan merengek-rengek seperti saat di rumah Keluarga Bai tadi, Colten pun menyadari bahwa Chloe sangat diam sepanjang perjalanan ini, ia mengira Chloe tertidur pulas, namun begitu ia menoleh ke arahnya, ia malah melihat Chloe sedang melihat ke depan dengan mata terbuka lebar.

"Apa yang sedang kau lihat?" Colten juga melihat ke arah pandangan Chloe tertuju. Namun, rumah Keluarga Bai terletak di daerah orang-orang kaya, di sekitar sini hanya ada perumahan dan villa, jarang ada mobil yang berlalu-lalang, oleh karena itu selain pepohonan di tepi jalan, tak ada lagi yang bisa ia lihat.

"Huh! Aku tidak boleh bicara!" Chloe mengacungkan telunjuknya dan meletakkannya di depan bibirnya, dengan berbisik ia berkata, "Nanti polisi lalu lintas bisa keluar."

"Kenapa?" tanya Colten bingung.

"Kan aku minum wine tadi." kata Chloe dengan yakin, "Kalau habis minum wine naik mobil, bisa dipenjara, aku tidak mau dipenjara!"

Colten pun tersenyum, namun ia melihat Chloe membungkukkan badannya, lalu Colten pun bertanya dengan tegang, "Kenapa?"

"Pusing." Chloe memegangi kepalanya, alisnya yang cantik itu pun mengkerut ke dalam.

"Menyandarlah ke kursi sebentar, jangan bicara, kalau sudah sampai nanti aku akan memanggilmu." Colten memegangi tangan Chloe.

Chloe ingat, sudah lama sekali ia tidak minum sebanyak ini, saat ini kepalanya sangat amat pusing, seperti sedang berada di atas kapal.

Suasana dalam mobil itu sangat tenang, Colten memandangi Chloe yang memejamkan kedua matanya, nafasnya stabil, ia terus menggenggam tangan Chloe, tangan kecilnya yang lembut itu, mana mungkin tega ia melepaskannya, sudah bertahun-tahun, tangan ini hanya pernah muncul dalam tangannya saja......

Saat mobil itu berhenti di perumahan tempat Chloe tinggal, jarum jam sudah menunjuk pada pukul sepuluh malam.

Colten melepaskan sabuk pengamannya, berbalik dan melihat ke arah Chloe yang tidurnya tampak tidak nyenyak itu, aroma tubuh Chloe yang khas itu memenuhi seisi ruangan mobil yang sempit itu, Colten mengulurkan tangannya, menyetuh wajah Chloe yang merah itu, lembut, lembut seperti buah persik.

Tanpa sadar, Colten pun teringat pada kejadian kemarin malam, saat ia berdiri di samping ranjangnya dan melihat wajah cantiknya yang sedang tidur.

Colten pun tak bisa menahan niatnya untuk mendekatkan wajahnya, menyentuh bibir merah muda Chloe dengan lembut, empuk, wangi, seperti aroma bunga anggrek.

Tidur Chloe sangat tidak nyenyak, ia merasa ada sebuah aura panas yang mendekat ke wajahnya, ia langsung mengerutkan kedua alisnya, lalu membuka matanya, melihat ke arah pria yang ada di hadapannya itu, namun tak lama, ia menutupnya lagi, dan membalikkan kepalanya, katanya, "Ocean Xu, jangan ikuti aku terus, aku sudah bilang aku tidak akan menyukaimu!"

Ocean Xu? Bisa-bisanya ia mengira bahwa dirinya adalah pria lain?

Colten mengerutkan alisnya, hatinya merasa sedikit kesal, namun ia malah memegang dagu Chloe dan membalikkan kepala Chloe ke arahnya lagi, lalu ia pun membungkukkan tubuhnya, mencium bibir Chloe itu, aroma bunga anggrek yang kuat masuk ke dalam hidungnya, aroma wangi yang sangat menggoda itu membuat dirinya semakin tergoda.

Ia tak ingin melepaskannya lagi, awalnya, ia hanya mencium bibir Chloe yang lembut bak kelopak bunga itu dengan pelan, namun ia pun tak bisa menahan diri dan mulai memperdalam ciumannya......

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu