His Soft Side - Bab 301 Difoto Oleh Paparazi

Colten Huo tidak melanjutkan topik Chloe Jian, tetapi dekat ke arahnya dan menciumnya, "Biarkan aku menunggu begitu lama, haruskah kamu memberiku sedikit ganjaran?"

Chloe Jian dengan cepat mendorong dada Colten Huo dengan tangannya dan tidak membiarkan dia mendekat, "Kamu merokok!"

“Ini hookah, baunya sangat hambar!” Colten Huo meraih tangan Chloe Jian, muka tampannya terus mendekati mukanya.

"Itu juga tembakau!" Chloe Jian tidak ingin dibodohi. Kemarin Colten Huo merokok cerutu kemudian menciumnya, waktu itu dia hampir tersedak. Dia benar-benar benci pada bau asap.

“Ini benar-benar tanpa asap, lagi pula, ini rasa mint loh, kalau tidak percaya kamu bisa mencoba dulu.” Colten Huo mencoba membujuknya.

“Hei, ada begitu banyak orang di sekitar sini!” Chloe Jian tidak bisa menandingi Colten Huo, jadi dia berbalik dan ingin berlari, tetapi Colten Huo tiba-tiba meraihnya dan langsung menciumnya.

Chloe Jian secara tidak sadar ingin melawan, tetapi pada saat yang sama dia juga menemukan bahwa memang tidak ada bau asap di mulutnya, hanya sedikit bau mint, dan kening yang berkerut mulai perlahan santai .

Ciuman ini tidak terlanjut terlalu lama. Lagi pula, masih ada banyak orang yang menonton di sekitarnya, Colten Huo juga tidak ingin ditonton. Dia merasa sudah senang, sehingga dia melepaskan Chloe Jian, "Ayo. "

Colten Huo mengambil tangan Chloe Jian dan berjalan ke mobil yang diparkirnya di pinggir jalan. Setelah naik ke dalam mobil, dia memandang wajah Chloe Jian yang memerah, dia memicingkan matanya, "Mengapa wajahmu masih begitu mudah memerah?"

“Aku tersipu atau tidak kamu juga ingin mengatur ya?” Chloe Jian meloloti Colten Huo.

“Kamu sama lucunya dengan ketika aku pertama kali melihatmu.” Colten Huo mengulurkan tangan dan meremas wajah Chloe Jian, dan berkata sambil tersenyum.

"Pertama kali melihatku? Bukankah waktu itu -" Chloe Jian bertanya dengan penasaran, dia benar-benar penasaran, bagaimana dia bisa menangkapnya dengan sangat cerdik pada waktu itu?

“Bukan!” Tatapan Colten Huo sangat lembut, dan dia mencium Chloe Jian lagi, kemudian berkata, “Lebih awal dari itu, foto yang ada di dompetku juga difoto ketika pertama kali melihatmu.”

Chloe Jian berpikir sejenak, kemudian matanya tiba-tiba berbinar, "Oh aku tahu, kalau begitu aku seharusnya juga pernah melihatmu sebelumnya, karena ketika aku pertama kali tiba di Gunung Huang, aku selalu merasakan ada seseorang membuntutiku!"

“Apaan membuntuti, kamu berkata seperti aku adalah orang jahat!” Colten Huo tidak puas.

"Kamu memang jahat!" Chloe Jian berkata, "Kalau tidak kenapa kamu memotret aku secara diam-diam?"

“Karena kamu cantik, dan sangat baik hati!” Colten Huo berkata dengan pelan.

“Cantik sih semua orang tahu, tetapi bagaimana kamu tahu aku baik hati?” Chloe Jian bertanya dengan heran, dan dia menyentuh wajahnya, “Apakah wajahku mengatakan bahwa aku adalah orang yang baik hati?”

“Siang ini kamu ingin makan apa?” Colten Huo tidak menjawab Chloe Jian, tetapi dengan cepat mengganti topik pembicaraan.

Dia tidak akan pernah mengatakan padanya bahwa ketika dia masih sakit parah, tetapi masih mengikutinya, dan akhirnya meminta bantuannya. Ini semua karena pada hari-hari itu ketika dia mengiikutinya, dia melihat Chloe Jian tidak hanya akan membantu orang tua dan anak-anak yang berkeliaran, tetapi juga membeli makanan untuk kucing dan anjing-anjing yang di pinggir jalan ...

Chloe Jian memandang Colten Huo dengan aneh. Dia bisa merasakan bahwa Colten Huo tidak ingin melanjutkan topik ini. Setelah memikirkannya, dia mengikuti kata-katanya dan berkata, "Kamu yang memutuskan saja."

“Oke.” Colten Huo menyalakan mobil.

Ketika mobil melaju jauh, ada seseorang keluar dari sebuah toko yang ada di depan pintu komplek. Dia adalah seorang pria muda dengan rambut acak-acakan, kurus dan pendek, mengenakan kacamata bingkai hitam, tetapi yang paling mencolok adalah lehernya, yang sedang menggantung sebuah kamera SLR, karena kameranya terlalu besar, jadi dia terlihat semakin kurus.

"Tanpa diduga, aku tidak berhasil menjumpa Erwin Cheng, tetapi dapat memotret foto Colten Huo, aku benar-benar beruntung. Kali ini Weibo pasti akan meledak karena berita ini!" Pria itu melihat foto-foto di kamera dengan satu per satu, matanya menyipit sambil tersenyum, terlihat sangat puas.

Namanya Joevin Zhao. Dia adalah seorang paparazzi yang berspesialisasi dalam memotret selebritas secara diam-diam. Rahasia banyak selebritas terungkap oleh tim mereka. Kemarin dia mendapat kabar bahwa artis yang sangat terkenal baru-baru ini muncul di daerah perumahan yang sederhana ini, jadi dia datang ke sini untuk menunggunya, tetapi tidak menunggu sampai Erwin Cheng muncul, dia malahan berjumpa Colten Huo.

Siapa Colten Huo, Colten Huo adalah pewaris keluarga Huo, seorang tokoh mitos di bidang bisnis, dan memiliki penampilan tampan yang lebih memesona daripada artis. Dia memiliki sangat banyak penggemar wanita di Weibo dan Post Bar. Tetapi dia selalu rendah hati, jarang ada foto yang dipos ke internet, apalagi berbicara tentang kehidupan pribadinya. Hari ini, Joevin Zhao mampu memotret foto ciumannya dengan seorang wanita. Dia sudah bisa memprediksi bahwa jika berita ini dipos, maka pasti akan menyebabkan kejutan besar.

Joevin Zhao sangat bangga dan segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi editor surat kabar.

Pada saat yang sama, Colten Huo dan Chloe Jian selesai makan, dan Colten Huo bertanya kepada Chloe Jian apakah dia ingin pergi bekerja di Ming’s Corp lagi.

“Pergilah, kalau tidak, bagaimana jika kamu ketagihan wanita cantik lain?” Chloe Jian sengaja bereskpresi dingin.

"Tenang, aku hanya mengenali seorang wanita cantik, yaitu kamu. Aku tidak akan melirik wanita lain!" Colten Huo sedang dalam suasana hati yang baik dan mengulurkan tangan untuk mencubit wajah Chloe Jian.

“Kenapa terus mencubit wajahku, aku bukan roti!” Chloe Jian menepuk tangan Colten Huo.

“Kapan kamu akan mulai bekerja?” Colten Huo tersenyum, dan kemudian memegang tangannya Chloe Jian.

"Besok?" Chloe Jian berpikir sejenak dan menyipitkan matanya sambil tersenyum: "Besok Kamis, setelah dua hari kerja bisa istirahat lagi."

“Terserah kamu!” Colten Huo juga tersenyum, “Oh iya, Nyonya Bernard pernah menelepon aku dan bertanya mengapa telepon kamu tidak bisa dihubungi.”

"Nyonya Bernard? Apakah mereka telah kembali dari Prancis?" Chloe Jian mengangkat alisnya, "Oh iya, waktu itu dia mengatakan akan kembali ke sini setelah sebulan di sana."

“Jika kamu punya waktu, kamu ingat meneleponnya kembali, katanya Caroline sangat merindukanmu.” Colten Huo menyesap teh, melihat jamnya, lalu mengangkat kepalanya dan bertanya kepada Chloe Jian, “Sudah selesai makan?”

“Sudah.” Chloe Jian juga minum, kemudian dia mengangkat teleponnya dan menghubungi nomor telepon Nyonya Bernard.

Setelah membayar dan masuk ke dalam mobil, Chloe Jian menutup teleponnya. Colten Huo berbalik untuk melihatnya, kemudian Chloe berkata dengan mencibir mulutnya: "Aku dimarahi, dia mengatakan aku tidak memperlakukannya sebagai teman, dan aku tidak memberi tahunya bahwa rumah kita terjadi masalah besar! "

“Lalu?” Colten Huo bertanya.

“Lalu dia minta aku untuk pergi ke rumahnya pada akhir minggu ini,” Chloe Jian mengangkat bahu.

"Sabtu ini aku tidak sibuk. Aku akan pergi denganmu." Colten Huo mengulurkan tangan dan menggosok kepala Chloe Jian, dan mengacak-acak rambutnya yang panjang.

“Huh.” Chloe Jian meremas sudut mulutnya, menopang dagunya dengan tangannya, dan memiringkan kepalanya untuk melihat Colten Huo.

"Kenapa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti ini?" Colten Huo mengendarai mobil, dan sambil melirik Chloe Jian.

"Aku sedang memikirkan Lola," kata Chloe Jian dengan mencibir mulutnya.

“Ada apa dengannya?” Colten Huo bertanya dengan santai.

“Kamu tidak akan tertarik dengan masalah ini!” Chloe Jian tidak berniat untuk memberi tahu Colten Huo, karena dia tidak mengenal Lola Luo, dan dia biasanya sangat dingin, jadi dia secara intuitif merasa bahwa Colten Huo tidak akan tertarik untuk mendengarkan gosip ini.

“Aku tertarik dengan semua hal tentang kamu!” Kata Colten Huo.

Chloe Jian ragu-ragu sebantar, kemudian memberi tahu Colten Huo tentang insiden yang terjadi pada Lola Luo, pada waktu itu ketika Bibi Chen pergi untuk memasak, dia juga tahu lebih detail ketika mengobrol dengan Lola Luo dan Aurora Wu. Namun, semakin dia tahu, semakin dia marah.

"Hei, aku merasa Lola benar-benar kasihan. Dalam dirinya, dia dengan baik mengekspresikan kalimat itu, “Karakter menentukan nasib”." Chloe Jian menghela nafas.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu