His Soft Side - Bab 452 Berkompetisi Sekali Lagi

“Jadi?” tanya Chloe Jian.

Sembari bertanya, Chloe Jian sekalian menyapukan pandangan pada Jennifer Li. Sejak mereka masuk, wanita ini terus menunduk dengan bahu yang bergetar. Jadi, wanita yang tadi pagi sangat ngotot dan nyolot pada dirinya ini sekarang sangat lemah dan terluka? Di lantai, Chloe Jian bisa melihat tetesan-tetesan air mata yang masih terus bertambah.

Bagus sekali, Jennifer Li sekarang cari orang sebagai tameng. Licik sekali ya!

“Kesempatan buat tampil ini milik Jennifer Li. Aku harap kamu pergi menemui kepala sekolah dan mengundurkan diri darinya!” ujar wanita itu dengan sinis.

Sudut bibir Chloe Jian sedikit terangkat karena terhibur dengan himbauan, atau lebih tepatnya paksaan, barusan. Jennifer Li dari luar sama sekali tidak terlihat seperti perempuan tidak berotak. Dilihat dari pakaian dan barang-barangnya, dia tidak terlihat seperti orang susah. Kok tingkahnya bisa memalukan begini ya?

“Vicky Fan, otakmu sudah dimakan babi ya?” Jordan Fang tidak bisa tahan diri lagi. Ia kemudian menoleh ke Jennifer Li yang lagi pura-pura lemah dan menyuruh dengan dingin: “Kamu juga keluar!”

Bahu si wanita bergetar hebat, badannya juga menciut.

“Kakak Besar Fang, mengapa kamu bicara begini?” Vicky Fan sangat marah. Ia merangkul Jennifer Li untuk mencegah wanita itu diusir.

“Cepat pulang, daripada malu-maluin keluargamu di sini! Jangan memaksakan kehendakmu sendiri deh!” perintah Jordan Fang dengan penuh emosi.

“Kakak Besar Fang, buat apa sih kamu melindungi wanita ini? Dia bagus di mana coba? Jennifer Li masih muda, cantik, lembut, dan perhatian. Mengapa kamu tidak mempertimbangkannya!” Volume suara Vicky Fan meninggi. Ia ingin membela keadilan buat Jennifer Li!

Chloe Jian menoleh ke si pria dengan alis terenyit. Ternyata, Jordan Fang kenal wanita konyol ini.

Menarik! Sungguh menarik!

“Kalau begitu, kalian berpacaran saja!” suruh Jordan Fang. Malas meladeni sepasang wanita menyebalkan itu lagi, ia langsung berjalan ke yang satunya lagi. Pria itu membuka tutup piano, duduk, dan mengelus setiap tuts sebagaimana yang dilakukan Chloe Jian tadi pagi.

Chloe Jian hanya melihatnya sekilas, lalu mengalihkan pandangan.

“Aku, aku wanita dan tidak lesbi, bagaimana aku bisa pacaran dengannya?” tanya Vicky Fan sebal. Tidak diladeni lagi oleh Jordan Fang, ia berlari ke hadapan Chloe Jian dan menunjuk-nunjuk wajahnya, “Heh, dengar tidak kata-kataku tadi? Sana temui kepala sekolah dan mengundurkan diri. Ini kesempatan Jennifer Li, bukan kamu!”

Chloe Jian pada dasarnya sangat tidak menyukai orang yang memaksakan kehendak. Melihat orang macam itu mendekatinya, Chloe Jian langsung mendorong Vicky Fan jauh-jauh dan berucap tidak senang: “Memang kamu siapa sampai aku harus patuh padamu?”

Yang didorong jatuh terjerembab di lantai. Wanita itu langsung berteriak kencang-kencang, “Ah, ah, ah, main tangan ya kamu! Berani-beraninya kamu!”

Tidak cukup sampai situ, Vicky Fan bangkit berdiri dan menabrakkan diri ke arah Chloe Jian. Karena jarak mereka sangat dekat, si wanita tidak berhasil menghindar dan mau jatuh. Beruntung, Jordan Fang langsung berlari ke arah Chloe Jian dan mendekpanya dalam pelukan. Di saat mereka beradegan romantis begitu, Vicky Fan malah jatuh menubruk piano dengan posisi kepala duluan. Jidatnya seketika benjol cukup besar.

Vicky Fan menangis tersedu, sementara Jennifer Li terhenyak karena tidak tahu harus berbuat apa.

Jordan Fang berteriak marah, “Cepat masuk dan bawa keluar dia!”

Dari luar, dua orang wanita berlari masuk. Keduanya merupakan kolega setia Vicky Fan. Melihat sahabatnya terduduk menangis dengan benjolan di jidat, mereka berdua langsung panik dan buru-buru memapahnya berdiri.

“Aku, aku, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja! Tunggu saja pembalasanku!” Sembari diseret keluar, Vicky Fan tidak lupa memberi peringaan pada Chloe Jian.

“Ini orang tolol dari mana sih?” tanya Chloe Jian keheranan pada Jordan Fang.

“Keluarga Fan.” Tatapan si pria jadi sedikit kecewa ketika menjumpai dekapannya kembali kosong. Pada saat bersamaan, ia juga mengernyitkan alis karena membayangkan Vicky Fan bakal melaporkan Chloe Jian pada kedua orangtuanya. Berhubung wanita tersebut adalah cucu kesayangan di keluarga itu, mereka berdua pasti bakal marah besar. Ia sedang mempertimbangkan apakah sepulang kerja ia perlu ke rumah kediaman keluarga Fang buat memberi klarifikasi……

Sesaat kemudian, ketika terpikir tentang status Chloe Jian sebagai istri Colten Huo, ia tersenyum lega. Chloe Jian sekarang sudah jadi anggota keluarga yang dihormati di seluruh penjuru kota. Orang-orang bisnis tidak ada yang tidak tahu nama besar suaminya itu, sementara orang-orang pemerintahan hormat pada keluarga Huo. Dengan keberadaan Colten Huo, mana berani keluarga Fan yang jauh lebih inferior itu berbuat macam-macam pada Chloe Jian?

Si wanita sendiri tidak berpikir jauh. Ia sudah merasa cukup dengan mengetahui asal keluarga wanita barusan, sisanya ia tidak tertarik dalami lagi.

Ketika menoleh ke piano lagi, Jordan Fang melihat Jennifer Li masih duduk di tempat semula. Ia menatapnya lekat-lekat, lalu mengernyitkan alis dengan kesal, “Mengapa kamu tidak keluar juga?”

Jennifer Li gigit-gigit bibir. Sembari berusaha menahan keputusasaan, ia menjawab: “Guru Fang, aku tidak senang!”

Jordan Fang tersenyum dingin, “Kamu berani bilang tidak senang padaku?”

Si wanita menunduk dengan muram. Ia masih ingin membela diri, “Kekalahan tadi itu di luar dugaan. Lagipula, duel satu kali itu tidak bisa membuktikan apa-apa!”

“Di luar dugaan?” Si pria mengangguk-angguk, “Baik, kalau begitu kamu maunya apa sekarang?”

Chloe Jian daritadi mengamati keduanya berinteraksi. Ia tiba-tiba terpikir sesuatu, yakni kepribadian Jordan Fang berbanding terbalik dengan Colten Huo. Kalau prianya ada di sini, Jennifer Li pasti sudah dimaki dengan berbagai kata kasar dan akhir-akhirnya diusir. Jordan Fang agak beda. Pria yang kedua ini sangat gentle, jadi walau lagi marah pun dia tetap bersikap bijak dengan mempertimbangkan aspirasi si lawan bicara.

“Aku ingin duel sekali lagi dengan guru Jian. Kali ini, masing-masing dari kami main bareng denganmu. Kita lihat siapa yang paling cocok berkolaborasi!” kata Jennifer Li sembari mendongak perlahan. Tatapannya penuh dengan keyakinan.

Jordan Fang mengernyitkan alis. Ia terlihat sangat tidak tertarik melanjutkan interaksi ini, jadi Jennifer Li mengalihkan pandangannya ke Chloe Jian, “Guru Jian, bagaimana tanggapanmu?”

Yang dipandang mengangkat bahu dengan santai, “Aku tidak masalah.”

Si pria berpikir sejenak sebelum akhirnya setuju, “Baik, siapa mau duluan?”

“Aku!” Mendengar persetujuan Jordan Fang, Jennifer Li langsung bergembira. Ia sudah lama sekali belajar dengannya, jadi ia tahu hati pria itu selalu hangat walau kadang ekspresinya dingin. Dengan sikap gentle-nya, Jordan Fang selalu adil pada dua pihak ketika menengahi suatu masalah.

Jennifer Li sendiri mengajukan permintaan ini karena super yakin pada kemampuannya sendiri. Meski Jordan Fang memang belum lama balik, namun mereka sudah punya kesempatan berlatih bersama beberapa kali sebelumnya. Situasinya jelas lebih menguntungkan dibanding situasi Chloe Jian, yang baru gabung Sekolah Musik Tianle kemarin.

Chloe Jian tahu apa isi pikiran Jennifer Li. Ia pertama menaruh tasnya di kursi pojok ruangan, lalu berdiri di sebelah piano. Dengan tangan dilipat, si wanita mengamati Jordan Fang dan Jennifer Li main piano empat jari.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu