His Soft Side - Bab 259 Dia Berkata Dirinya Sedang Terperangkap?

“Chloe, aku tidak ingin berpisah lagi!” Dengan erat Ocean memeluk Chloe dan dirinya berusaha menahan agar dirinya tidak menginginkan dia disini.

Chloe sendiri mulai tidak begitu paham apa maksud dari perkataan Ocean, dia merasa dirinya sendiri akan pingsan, sekujur badannya panas seperti seakan-akan ingin meledak, dari sudut pandangnya dia dapat melihat Colten sedang melihat dirinya yang sedang dipeluk oleh Ocean, seketika seperti ada hawa yang dingin yang memasuki tubuhnya, dengan jelas tatapan itu melihat seperti seekor binatang buas yang siap menerka.

Namun ketika Chloe berpikir bahwa dia akan datang untuk mengigit lehernya, dan dirinya berusaha untuk tidak membiarkan Ocean melakukan ini namun dia melihat Colten berbalik dan pergi.

Ketika dia memutuskan untuk pergi, terdapat sebuah tatapan seperti pisau, Chloe sendiri tahu jika hati dia pasti telah mati.

Ini adalah hal yang terbaik, bukankah dirinya sendiri selalu merasa takut dengan perasaannya, dia selalu merasa sikap dia mendekatinya memiliki tujuan tersendiri, dia yang seperti ini bukankah dengan maksud menyukai dirinya?

Maka dari itu dengan menggunakan kesempatan ini untuk berpisah dengannya, dirinya tidak perlu merasa tidak tenang seperti ini, untuk dia yang terlebih dulu mengenalnya, dengan kenyataan jika 6 tahun yang lalu dia telah menyukainya, dirinya sendiri tidak perlu tahu.

Tetapi, hatinya merasa sangat sakit? Sangat lesu, jadi apa yang sebenarnya terjadi? Sore ini setelah dia meminum obat, flunya sudah baikan dan juga tidak demam, tetapi mengapa sekarang dirinya merasakan panas seolah-olah ingin meledak?

Chloe hanya merasakan kakinya terasa berat seperti timah lalu dia mengulurkan tangannya tetapi tangannya lemah dan tidak memiliki tenaga dan pada saat ini dia menyadari bahwa Colten yang pergi tiba-tiba berhenti dan dari jauh memalingkan wajahnya melihat ke arahnya, Chloe melihat tatapan mata yang memerah, wajahnya pucat dan kelihatannya dia benar-benar marah.

Kemudian seketika dirinya melihat dia melepas jaketnya, lalu menghempaskannya ke lantai kemudian dengan langkah kaki yang besar berjalan kemari.

Sepertinya yang terlihat, Chloe melihat Colten sudah berjalan masuk, lalu sebuah serangan hebat menarik lengannya dan menariknya keluar tetapi sekujur tubuh Chloe sakit, kedua kakinya seperti bukan miliknya sendiri, setelah Colten menariknya kedua lutut itu terjatuh ke lantai.

Dengan sekejap Colten memeluk Chloe, dia melihat mukannya memerah, suhu badannya sangat menakutkan, matanya seketika dipenuhi dengan amarah, “Sialan!”

Colten menoleh ke arah Ocean dan dengan langsung memberikan pukulan persis di sudut bibirnya, Ocean yang terluka bukanlah lawan yang sebanding dengan Colten, pukulan ini membuat dia mundur beberapa langkah dan membuatnya terjatuh ke sofa, karena tertindih lukanya sendiri membuat dia merasa kesakitan.

“Tuan, jangan menggunakan kekerasan, jikalau ada masalah bicarakanlah baik-baik, atau tidak akan kulaporkan ke pihak kepolisian!” Karyawan yang melihat konflik masalah dengan segera berjalan ke arahnya tetapi setelah melihat aura Colten, membuat dia bersembunyi ketakutan dan tidak berani mengeluarkan suara.

Para tamu di kafe mulai menghampiri dan juga orang-orang yang berjalan diluar juga melihat ke sana, Chloe yang melihat Colten bergerak maju ingin memukuli Ocean, dengan sekuat tenaga untuk menghentikannya, “Jangan!”

Namun karena Chloe ingin menghentikan Colten ini membuat dia semakin marah, baginya sekarang Chloe ingin melindungi Ocean!

“Ayo pergi, aku mohon padamu!” Chloe melihat wajah Colten, dirinya mengetahui bahwa dia sudah salah paham ditambah dirinya yang tidak bisa menjelaskan semua ini, juga dirinya tidak bisa membuat dia dikerumunin seperti ini, dengan kondisi di sekitar universitas yang ramai ini, dirinya sungguh tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di internet.

Colten dengan dinginnya melihat ke arah Ocean, dia memeluk Chloe kemudian berbalik badan dan pergi.

“Kotak!” Chloe mengulurkan tangannya hendak mengambilnya.

Tanpa ragu Colten mengambilnya dan dengan langkah yang besar melangkah keluar.

Pada saat ini, Chloe tidak bisa berpikir jernih dan tanpa sadar memegang erat kemeja Colten, lalu dia memasukan ke mobil kemudian merasakan wajahnya dingin seperti air yang mengalir dari atas kepalanya kemudian sekujur tubuhnya lalu seketika berteriak, “Ah, apa yang kamu lakukan!”

Tetapi Colten tidak menghiraukan Chloe, lalu memerintahkan orangnya, “Mengemudi mobil!”

Seorang pria asing duduk di kursi mengemudi memakai tuxedo hitam menginjak pedal gas dan mobil itu melaju dengan cepat.

Chloe yang disiram air dingin ini, membuat kepala yang pusing sedikit tesadar dan menyeka wajahnya dengan air dengan mata yang sedikit tertegun, seketika mobil tersebut menjadi hangat, sambil memeluk tangannya dengan bergetar dirinya merasa malu.

Colten mengabaikan Chloe dan pria asing yang mengemudi mengambil tissue kepada Chloe pada saat lampu merah, setelah meraihnya Chloe menghapus air matanya dan tidak melihat Colten karena dia merasakan sekujur tubuhnya mengalir hawa dingin dan amarah.

Dia masih marah karena di belakangnya dia malah bertemu secara diam-diam dengan mantan pacarnya yang dimana ini seperti membuat kehormatannya sebagai seorang pria tercoreng.

Tetapi kenapa dia tiba-tiba berbalik? Dan sangat kebetulan sekali dia muncul di Qingda?

Dengan semua pertanyaan ini juga tubuhnya ini merasa tidak nyaman, juga wajah Chloe yang disiram Colten dengan air membuat dirinya merasa canggung, hal ini membuat dia duduk di dalam mobil hingga mobil berhenti.

Setelah turun dari mobil, Colten menarik Chloe yang tidak memperhatikan tentang kondisi badannya yang sedang sakit dan membawanya menuju lift lalu, Chloe merasa kakinya seperti kapas dan dirinya harus menggunakan tenaga agar bisa berdiri tegak dan tidak jatuh ke tanah.

Setelah masuk rumah, Colten langsung mendorongnya ke kamar mandi kamarnya lalu mengambil shower dan memandikannya.

“Ah!” Air dingin yang mengalir ke kepala Chloe, yang membuat sakitnya terasa di kepalanya seperti akan meledak dan berteriak untuk menghindarinya.

Colten malah menahan dia, pada saat ini air dingin ini seperti menjadi sebuah jarum yang menusuknya, dan membuat hati Chloe seakan-akan ingin meledak.

“Kamu bajingan!” Tidak tahu dari mana tenaga ini berasal, ketika Chloe menghempas tangannya secara kebetulan tangan itu menampar wajah Colten dan dia sendiri tidak menghindarinya.

“Aku bajingan?” Colten sangat marah dan matanya seperti akan mengeluarkan sebuah api lalu menghempaskan showernya sambil memegang dagu Chloe dan menekannya ke dinding lalu sambil mengeretakkan gigi lalu berkata: “Cinta lamamu memberikan obat kepadamu apakah itu tidak bajingan? Ataukah kamu hanya ingin menghidupkan cinta lamamu, sudah jelas dia telah memberikan obat dan kamu juga tidak menentangnya?”

Chloe seketika tersentak, wajah merahnya memudar, tatapannya begitu panik, dan bibirnya bergetar, “Apa yang kamu katakan? Obat apa? Aku tidak mengerti maksudmu!”

“Apakah kamu masih memiliki urat malu untuk bertanya apa maksudnya ini?” Colten mencibir dan membentak, melihat ke mata Chloe lalu berkata : “Bukankah kamu terlahir seperti sebuah pedang, kenapa tidak bisa menahan rasa kesepian ini?”

“Aku tidak!”Chloe kedinginan dan sakit, dia memandang Colten dengan terkejut, bahkan dia tidak membantah atas ketidakadilan dan penghinaannya, pada saat ini dalam benaknya seperti “Berdengung” dan tidak berhenti mengulangi apa yang dikatakannya, yang dimana dia berkata bahwa dia diberikan obat?

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu