His Soft Side - Bab 419 Dianggap Sebagai Mesin Uang

“Petinggi Ming’s Corp? Kamu berkhayal? Kamu tidak paham level pendidikannya?” Lola Luo tersenyum dingin. Insiden kegugurannya ini sudah memberinya banyak waktu buat berpikir soal banyak hal, termasuk soal relasinya dengan keluarga.

“Kakak Besar, Alvaro Luo adalah adikmu sendiri. Masak kamu merendahkannya begini?” Fredella Zhang sepenuhnya ada di pihak Alvaro Luo.

Lola Luo terdiam sambil menahan amarah.

Ibu Luo, yang berdiri di sebelah, awalnya mau bicara, namun menahan diri karena mempertimbangkan suasana hati Lola Luo yang tidak baik. Sementara itu, Ayah Luo duduk depan meja teh sambil sesekali menyeruput teh hitam hangat.

Di sisi yang lain, Albert Qin dan kawannya hening saja. Ada banyak orang di ruang ini, namun suasana kesatuan tidak begitu terasa.

Fredella Zhang memberi kode mata pada Alvaro Luo. Si pria memahami maksudnya dan menunjukkan ekspresi terluka, “Kakak Besar, kalau kamu tidak senang aku minta bantuan temanmu, ya sudah sebentar lagi aku telepon dia untuk membatalkan. Bagaimana pun juga kita adalah keluarga, aku sebagai adik tidak ingin menyusahkanmu.”

Sebelum si kakak sempat memberi tanggapan, satu per satu saudara keluarga Luo mulai menyalahkan Lola Luo.

“Lola Luo, temanmu adalah istri CEO. CEO Huo sangat kaya, perusahaannya pasti banyak. Sebagai teman baiknya, asal kamu buka mulut, ia pasti akan membantumu. Bagi CEO Huo, memberikan satu pekerjaan di perusahaan sebanyak itu adalah suatu hal mudah kok. Keluarga kita ini hanya punya Alvaro Luo sebagai andalan, kalau kamu tidak membantu adikmu sendiri lantas siapa yang membantunya?” Yang bicara sekarang adalah tante Lola Luo. Ia berusia empat puluh tahunan. Tatapannya baik dan bersahabat, namun nada bicaranya amat menyiratkan pandangan yang menitikberatkan laki-laki dan menganggap ringan perempuan.

“Benar. Lola Luo, kamu biasanya paling nurut, mengapa kali ini beda?” timpal seorang pria paruh baya. Ia adalah paman si wanita. Ia punya dua anak dan keduanya perempuan, sementara ia terus berharap punya putra……

“Kalau tidak ada urusan lagi, kalian semua pulanglah. Aku sangat lelah, aku mau istirahat.”

Meski paham betapa tidak rasionalnya kata-kata para anggota keluarga senior barusan, Lola Luo tidak terpikir argumen apa pun. Ini membuat hatinya jadi agak panas.

“Paman dan Tante, kalian semalam naik kendaraan terus kan? Kalian pasti lelah, istirahatlah dulu di hotel,” ujar Ibu Luo.

“Baik. Kami masih menetap untuk beberapa hari lagi di Kota Qinghu, kalau ada waktu nanti kami kemari lagi.” Paman Luo memakai tas tenteng. Bersama Tante Luo, ia menyuruh dua putri mereka yang berusia belasan tahun untuk pamit.

“Biar aku antar!” Papa Luo menaruh gelas tehnya di meja dan bangkit berdiri. Ia lalu menghampiri mereka sekeluarga dan pergi keluar sama-sama.

Lola Luo kini menatap Albert Qin. Wanita itu menyuruh datar: “Albert Qin, pulanglah.”

“Lola Luo, aku ingin menemanimu di sini!” tawar si pria.

“Kakakku tidak butuh ditemani orang sejenismu!” komen Alvaro Luo dengan penuh emosi.

“Apa maksud “orang sejenismu?”? Jaga kata-katamu!” Pria muda di sebelah Albert Qin sangat tidak senang. Ia adalah teman si pria, namanya Gabriel Lu. Berhubung semalam dipukul, Albert Qin sudah ditelepon oleh Ibu Lu untuk tidak datang ke rumah sakit. Sayang perintahnya tidak dihiraukan, jadi mau tidak mau Gabriel Lu menawarkan diri untuk menemani. Ia tidak mau temannya diapa-apakan lagi!

“Memang kata-kataku salah? Kakakku sudah menikahimu berapa lama sih, kok bisa-bisanya dijahati sampai begini? Kamu adalah pria, tapi kamu tidak sanggup melindungi istrimu. Tidak usah hidup di dunia lagi kamu!” Kata-kata Alvaro Luo bertambah kasar.

“Alvaro Luo, tutup mulut!” bentak si kakak perempuan. Si wanita sudah bertekad untuk tidak mengungkit massa lalu lagi. Ditatap tajam oleh Lola Luo, Alvaro Luo kembali menoleh ke Albert Qin dengan dingin. Lola Luo lalu bicara datar: “Albert Qin, pulanglah. Berikan aku waktu buat memikirkan bagaimana masa depan kita.”

“Lola Luo, aku tahu aku sudah membuatmu menderita, namun ketahuilah bahwa perasaanku padamu tidak pernah berubah! Aku tidak akan menyetujui perceraian!” Si pria agak terpancing. Ia sungguh tidak paham dengan semuanya. Yang terus mengusik Lola Luo adalah mamanya dan dia tidak pernah berbuat apa-apa, namun mengapa Lola Luo terus menyalahkan dirinya? Mamanya rada sialan sih ini!

“Nanti kita bicarakan lagi.” Lola Luo sungguh kelelahan. Tubuhnya semula sudah lemah karena mengeluarkan sangat banyak darah, lalu dua hari ini ia harus meladeni kritik Ibu Luo dan para anggota keluarga senior. Duh, ia rasa ia lama-lama bisa depresi.

“Albert Qin, kamu pulanglah. Kami masih mau menunggu di sini, biarlah kami bujuk Lola Luo untuk tidak menceraikanmu.” Ibu Luo terlihat jelas tidak mau anaknya bercerai dari Albert Qin. Ia selalu memperlakukan menantunya itu dengan ramah, bahkan meski kemarin dimaki-maki oleh Ibu Qin.

Dengan kata lain, dari awal, yang tertarik pada Albert Qin bukan Lola Luo, melainkan Ibu Luo……

Hati Lola Luo terasa pedih. Ia benci dengan ketidakberdayaannya ini!

“Jalanlah, Albert Qin,” ajak Gabriel Lu. Ia tahu kronologis masalah temannya dan Lola Luo. Keluarga Qin memang agak ribet, jadi masalah ini butuh waktu panjang buat dituntaskan.

Albert Qin ragu-ragu sejenak, lalu melangkah ke sisi ranjang Lola Luo. Dengan sigap, Alvaro Luo langsung menghalangi jalannya.

“Lola Luo, kalau kamu tidak ingin melihatku, baiklah aku pergi. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku,” kata si pria sambil memendam kekesalan. Ia tidak mau berselisih lagi dengan Alvaro Luo. Urusan keluarganya sendiri sudah amat memusingkan, apalagi kalau dia tambah masalah coba?

Berhubung pandangannya ditutupi Alvaro Luo, Albert Qin tidak bisa melihat ekspresi Lola Luo. Tidak mendengar reaksi apa pun setelah beberapa detik, ia berbalik badan dan keluar ruangan.

Setelah Albert Qin pergi, Ibu Luo angkat bicara, “Lola Luo, Albert Qin pria yang baik. Ia sudah mengakui kesalahannya padamu, janganlah menghukum dia."

Lola Luo daritadi memejamkan mata dan sudah memulai istirahat. Mendengar perkataan mamanya ini, ia membelalakkan mata dan menatapnya dengan penuh amarah: "Ma, aku sudah minta padamu buat tidak ikut campur urusan pribadiku lagi. Kamu tidak merasa sakit hatikah melihatku tersiksa begini?”

“Lola Luo, kamu bicara apa sih? Mama mana mungkin berpikir buat menyakitimu?” Ibu Luo belum pernah melihat putrinya bertingkah begini. Dalam memorinya, Lola Luo sangat lembut dan penurut. Ketika diarahkan ke kiri ia bakal ke kiri, ketika diarahkan ke kanan ia bakal ikut juga. Lola Luo selalu patuh padanya dari kecil, mengapa sekarang tiba-tiba menunduhnya berniat jahat?

“Iya tuh Kakak, masak bicaramu begitu sih? Mama kan selalu mengharapkan yang terbaik buatmu.” Alvaro Luo lama-lama kehilangan kesabaran pada kakak perempuannya.

“Sebenarnya yang terbaik buatku, atau yang terbaik buat kamu yang beban ini dan keluarga Luo?” tanya si wanita dengan senytum dingin. Dengan volume meninggi, ia lalu mengeluarkan semua isi hatinya, “Aku sudah lelah dengan semua ini! Selama aku ribut dengan Albert Qin, pernahkah kamu menentang tindakan dan kata-katanya? Kalau aku tidak kalian anggap sebagai mesin uang, mungkinkah aku akan menderita dan direndahkan begini? Memang aku inferior dibanding orang lain? Aku tidak inferior sama sekali, yang inferior adalah kalian. Kalau tidak ada kalian, mana mungkin nasibku jadi begini?”

“Kakak Besar, kamu sudah gila ya? Kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Kita adalah keluarga, kok kamu mengatai-ngatai kami begitu? Masak keguguranmu kamu anggap salah kami?” Volume suara Alvaro Luo ikutan tinggi.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu