His Soft Side - Bab 545 Hasil Cek Darah

Aurora Wu mengangguk, “Kami memang sempat berpacaran, namun sudah putus.”

“Mengapa putus?” tanya Chloe Jian kaget. Ia belakangan banyak kegiatan, jadi komunikasinya dengan Aurora Wu sangat sedikit. Alhasil, ia tidak begitu paham dengan urusan-urusannya.

“Dia punya istri, bahkan juga punya anak yang sudah berusia delapan bulan!” jawab si sahabat tenang.

Mata Chloe Jian sontak membelalak, “Sudah punya istri, masih memacarimu? Pria brengsek!”

Yang ditanya menggeleng, “Aku duluan yang mendekatinya. Ia dari awal sudah bilang bawa ia sudah menikah. Istrinya momong anak di kampung halaman.”

“Sudah tahu begitu, kamu masih—” Benak Chloe Jian penuh tanda tanya.

“Jangan buru-buru menanggapi, aku segera kelar bicara kok.” Aurora Wu melirik sahabatnya itu, “Kupikir aku tidak akan menyukainya. Ia hanyalah karyawan sebuah perusahaan kecil, ia tidak berduit dan punya kuasa. Kami awalnya hanya ngobrol, bagaimana pun kan kami teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak ketemu. Lalu, kami keluar berdua beberapa kali. Aku menyadari dia orang yang sangat perhatian dan baik hati, kemudian aku—”

“Kemudian kamu jatuh cinta padanya?” Chloe Jian mengusap kening, “Perasaannya sendiri bagaimana? Kok bisa-bisanya dia kencan denganmu tanpa memedulikan perasaan istri dan anaknya?”

“Aku tahu perbuatanku salah, namun akal sehatku waktu itu dikalahkan oleh rasa cinta. Setelah semuanya berlalu, aku baru menyesali semuanya. Jelas-jelas akhirnya bakal menyedihkan, namun aku malah terus melakukannya……” Nada bicara Aurora Wu merendah. Bibirnya juga tersenyum kecut.

Chloe Jian tidak tahu harus bereaksi apa. Rumah tangganya sendiri dulu dihancurkan oleh orang ketiga, sementara orang ketiga itu merupakan sahabatnya sendiri. Ia sangat bersimpati pada istri kekasih Aurora Wu, untung saja rumah tangganya tidak bubar!

“Chloe Jian, aku tahu kamu tidak setuju dengan perilakuku ini. Aku sendiri jgua tidak senang dengannya, jadi aku sepenuhnya memutuskan hubungan kami!” Aurora Wu tidak mungkin tidak menyadari perubahan ekspresi Chloe Jian. Ia daritadi berujar dengan pahit.

“Terus, mengapa kamu bilang “akmu kelar?” Baru saja menarik nafas lega, si wanita malah kembali tegang.

Bola mata Aurora Wu naik dan turun dengan tidak beraturan. Wanita itu tiba-tiba menghela nafas, “Chloe Jian, kamu boleh memarahiku dan memukulku. Aku tahu aku tolol, tetapi aku masih menyimpan pengharapan.”

“Sebenarnya apa yang terjadi sih?” Firasat tidak enak kembali muncul dalam benak si sahabat.

Aurora Wu gigit-gigit bibir dan mengerutkan alis. Seolah sudah membuat keputusana besar, ia lalu menjawab lantang: “Setengah bulan yang lalu, Drake Lin cerita mamanya masuk rumah sakit dan dia tidak punya uang. Ia sempat mengumpulkan donasi, namun ayahnya menyalahgunakannya. Berhubung pihak berwenang sekarang ingin menyelidiki penyalahgunaan itu, Drake Lin minta aku menutupi uang ini dulu. Aku tidak punya uang, namun melihat kepanikannya, aku membantu dia pinjam satu koma enam miliar rupiah sebagai penjamin.”

Mendengar penuturan itu, mata Chloe Jian membelalak lagi, “Pinjam ke siapa? Rentenir berbunga tinggi?”

Yang ditanya terdiam, lalu mengangguk, “Baru setengah bulan, total uang yang harus dikembalikan sudah mencapai angka dua miliar. Terus, tiga hari lalu, Drake Lin tiba-tiba menghilang.”

Chloe Jian gelisah, “Kok kamu tidak lapor polisi!”

Aurora Wu tersenyum pahit, “Lapor polisi? Apa gunanya lapor polisi? Aku menjamin pinjamannya dengan sadar, juga pasang badan buatnya. Yang bodoh dari aku adalah tidak meminta Drake Lin menuliskan surat hutang padaku……”

“Aduh kamu, aku tidak tahu harus berkata apa!” Chloe Jian menunjuk Aurora Wu dan menurunkan tangan dengan kesal, “Sekarang kita harus memikirkan bagaimana mengembalikan uang itu. Kamu berani menyentuh pinjaman berbunga tinggi sih!”

“Aku memang sedang memikirkan solusinya.”

“Masih kurang berapa? Sini aku genapkan!” tanggap Chloe Jian cemas. Meski ia sangat enggan untuk menerima dan meminjam uang dari Colten Huo, ia sepertinya harus bersikap berbeda sekarang. Aurora Wu punya keperluan mendadak, ia harus memberi “pertolongan darurat” sesegera mungkin padanya!

Si sahabat melambaikan tangannya, “Jangan, biar aku selesaikan masalahku sendiri!”

Kekesalan Chloe Jian makin menjadi, “Aurora Wu, apa yang kamu bicarakan? Bagaimana bisa kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kamu tidak akan melakukan sesuatu yang melanggar hukum, kan?”

Aurora Wu tidak bisa menahan tawa, “Jangan khawatir, mana mungkin aku akan melakukan sesuatu yang ilegal sih? Aku hanya akan menjual rumah yang nenek wariskan padaku saja kok!”

“Kamu, bagaimana kamu——” Chloe Jian bertambah kesal lagi, “Aku harus bilang apa padamu ya!”

Si sahabat menggeleng. Di tengah keheningan, ekspresinya tiba-tiba jadi linglung, “Chloe Jian, omong-omong, aku hamil!”

Saat makan siang, Colten Huo melihat Chloe Jian terus tidak berkonsetrasi. Ia akhirnya menepuk bahunya, “Sedang memikirkan apa?”

Si wanita menggaruk kepala. Matanya terfokus, namun jawabannya tidak sesuai pertanyaan, “Eh, apa? Aku tidak doyan terong.”

Si pria tertawa, “Ssiapa yang tanya kamu suka terong atau tidak? Aku tadi bertanya apa yang kamu pikirkan. Mengapa kamu bengong terus?”

Chloe Jian berkedip. Ia awalnya ingin bercerita pada Colten Huo, namun niatnya itu dikurungkan ketika melihat Andrew Chen di sebelah. Bagaimana pun juga ini urusan pribadi Aurora Wu, jadi biarlah ia bercerita ketika mereka lagi berdua saja. Wanita itu menggeleng dan beralibi, “Aku sedang menimbang habis ini mau pergi kerja atau tidak.”

Colten Huo memuram, “Semalas itu ya berlama-lama denganku?”

“Tidak kok!” debat Chloe Jian buru-buru. Ia juga mengulurkan tangan dan mengelus wajah tampan suaminya, lalu bermanja: “Aku ingin bersamamu tiap saat, namun siapa yang mengajari para murid kalau aku tidak pergi kerja? Aku ini guru yang bertanggung jawab! Lagipula, kamu kan sangat sibuk, jadi kehadiranku di sini pasti hanya akan memecah konsentrasimu. Lebih baik kita bekerja sendiri-sendiri, pasti kinerjanya jadi lebih efektif!”

Si pria berpikir sejenak, “Baiklah. Sehabis makan, istirahat dulu sebentar, lalu kamu pergi ke sekolah dengan diantar Andrew Chen. Aku akan menjemputmu nanti malam.”

Mendengar respon Colten Huo, Chloe Jian merasa lega. Ia sungguh ingin pergi ke Sekolah Musik Tianle untuk mengecek perkembangan insidennya.

Sekelarnya makan, ketika si wanita mau bergegas pergi, si pria menahan tangannya, “Aku tadi malam tidak tidur sama sekali. Temani aku istirahat sebentar yuk.”

Chloe Jian berpikir sejenak. Kelasnya nanti jam setengah tiga, terlalu dini buatnya untuk berangkat sekarang. Dengan pemikiran itu, ia mengangguk setuju. Sial, si wanita salah memahami maksud kata “istirahat” milik Colten Huo. Ia pikir ia hanya diminta menemaninya tidur, namun dirinya malah “dimakan”!

Pukul dua lewat seperempat, Chloe Jian memasuki ruang kerja dan berbaring di atas meja. Ia ingin memejamkan mata untuk beberapa menit. Colten Huo rasa-rasanya makin lama makin energik, jadi dirinya makin tidak sanggup untuk meladeni nafsu birahinya!

Baru berbaring sebentar, si wanita dibangunkan oleh dering telepon.

“Chloe Jian, kamu sedang bekerja?” Yang menelepon adalah Hakutaku Bai.

“Iya, ini sebentar lagi mau mengajar. Ada apa, Dokter Bai? Apa hasil cek darahku sudah keluar?” Si wanita mencubit kedua pipi biar lebih segar. Ia sebenarnya masih punya waktu seperempat jam buat berbaring, namun malah ditelepon pria yang satu ini. Hatinya sedikit kesal.

“Iya, tadi pagi baru saja keluar. Aku tadi ada operasi, jadi baru sempat meneleponmu sekarang.” Nada bicara Hakutaku Bai agak muram.

Chloe Jian jelas mendengarnya. Hatinya seketika jadi gelisah, “Dokter, Dokter Bai, apa hasil tes darahku tidak baik? Tunggu, mohon kamu tunggu sebentar. Biar aku siapkan hati untuk mendengar kata-katamu berikutnya.”

Hakutaku Bai tersenyum tipis, “Siapkan hati buat apa sih! Hasilnya sangat bagus, tenang saja!”

Si wanita menarik nafas lega. Sembari mengelus dada, ia bertutur lagi: “Mendengar nada bicaramu yang janggal, aku pikir aku menderita sebuah penyakit. Gila, deg-degan sekali tadi!”

“Kamu tidak punya penyakit, tetapi——” Dokter Bai menunduk dan menatap hasil cek darah yang ada di atas meja kerja. Tatapannya agak gelisah, “Apa kamu punya waktu untuk kemari hari ini? Agak sulit membahasnya di telepon.”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu