His Soft Side - Bab 453 Piano Empat Jari

Tidak bisa dibantah, penampilan Jennifer Li dan Jordan Fang cukup bagus. Meski begitu, di mata orang yang paham, masih terjadi banyak kesalahan sepanjang penampilan. Pantas saja Jordan Fang semarah ini dengan Jennifer Li, dia banyak melakukan kekeliruan kecil yang sebenarnya bisa dihindari!

Sekelarnya bermain, pengharapan muncul lagi dalam tatapan si wanita. Ia merasa penampilannya barusan jauh lebih bagus dari semua penampilan terdahulu. Atas dasar itu, ia yakin Chloe Jian kali ini bakal kalah.

“Sekarang giliranmu!” Si wanita bangkit berdiri dan tersenyum sinis demi mengumbar ancaman.

Chloe Jian menghampiri Jordan Fang dengan santai, lalu duduk di sebelahnya. Si pria kemudian bertanya, “Bisa mulai?”

Si wanita menaruh jari-jari di tuts dan mengangguk, “Bisa.”

Yang barusan dimainkan Jennifer Li dan Jordan Fang adalah lagu Carmen Overture. Biar adil, pasangan yang kedua juga memainkan lagu serupa.

Sama seperti Chloe Jian tadi, Jennifer Li berdiri di samping sambil melipat tangan. Dalam benak, ia yakin mereka berdua tidak bakal mampu bermain dengan kompak karena baru latihan bareng sekali. Habis Chloe Jian kalah sebentar lagi, kesempatan tampil di pertunjukkan jadi miliknya.

Terpikir ini, Jennifer Li melirik ke arah pintu. Ia barusan diam-diam mengirim pesan pada Yuna Wang dan lain-lain. Dalam pesannya, ia meminta mereka mengajak orang-orang untuk menyaksikan pertarungan edisi dua ini. Ia sangat percaya diri.

Kali ini, ia bakal buat Chloe Jian kalah dengan telak dan memalukan!

Di luar, sudah ada beberapa orang yang berdiri sambil melirik ke dalam. Salah satu di antaranya adalah Monica. Wanita itu sebenarnya sudah siap-siap pulang, namun akhirnya ikutan orang-orang jalan ke ruang piano. Ini karena ia sekilas mendengar orang-orang itu berbisik soal pertarungan Chloe Jian dan Jennifer Li yang lagi berlangsung.

Mereka semua barusan cukup kagum dengan penampilan Jennifer Li. Sekarang, mereka sangat menantikan penampilan Chloe Jian.

Musik intro mulai terdengar, lalu Jordan Fang dan Chloe Jian mulai memainkan piano. Tidak ada satu penonton pun yang bersuara, semuanya fokus mendengarkan.

Begitu bagian pertama lagu kelar, wajah semua orang kaget sekaligus kagum. Jennifer Li sendiri juga sudah menurunkan tangannya dan menampilkan wajah setengah tidak percaya.

“Tidak, tidak, tidak mungkin!” Wanita itu tergagap dengan wajah pucat.

“Jago sekali!”

“Kalian sangat kompak, ini benar-benar pertama kalinya kalian main bareng? Aku tidak percaya!”

“Dewa jelas cocoknya main dengan dewa. Kita yang biasa-biasa ini cuma bisa menonton!”

Mereka semua mengucapkan pujian dengan berbisik-bisik. Alasannya, mereka takut mengganggu permainan bagian lagu berikutnya.

Di antara mereka, ada pula yang mulai bersimpati pada Jennifer Li. Dalam satu hari dia kalah dua kali, bayangkan betapa menyedihkannya! Rasa malu ini diperparah dengan keyakinan wanita itu akan kemenangan, juga dengan hadirnya banyak orang sebagai penonton.

Haduh, keluarga Li pasti bakal malu juga!

Jari-jari Chloe Jian kecil dan lembut, sementara jari-jari Jordan Fang panjang dan bertenaga. Mereka berdua sama-sama talenta dunia piano yang sulit ditemukan. Hanya dengan melihat kedua puluh jari mereka saja, semua orang bakal terpesona sampai kehipnotis.

Ketika lagu sudah sampai akhir, mereka berdua memencet satu per satu tuts yang jadi bagian masing-masing. Semua orang di depan ruang piano terdiam. Mereka masih larut larut dalam keindahan lagu, mereka sangat kecewa lagunya kelar!

Prok! Prok! Prok! Pada akhirnya ada yang tepuk tangan.

Monica membuka pintu, lalu tersenyum lebar, “Aku menantikan penampilan kalian tiga hari lagi!”

Yang lain juga ikutan memuji, “Dewa Jian dan Dewa Fang, kalian benar-benar baru sekali berlatih bareng? Kok bisa-bisanya sekompak ini sih? Kalian sepertinya soulmate deh!”

Ada pula yang berdecak kagum tanpa henti.

Choe Jian tersenyum dan menjawab malu: “Hush, jangan singgung masa lalu ah!”

Jordan Fang menoleh ke si wanita, lalu berujar datar: “Hari ini anggap pemanasan saja. Besok pagi datang dan kita latihan lagi yah, dah!”

Pria itu bangkit berdiri dan pergi.

Tidak lama kemudian, orang-orang juga ikutan pergi. Satu-satunya orang yang tersisa adalah Jennifer Li. Wanita itu berdiri kesepian dengan wajah pucat dan tubuh yang gemetar. Ia terlihat seperti daun coklat yang ada di tanah dan ditiup kesana-kemari oleh angin.

Monica memutuskan menghampirinya. Melihat situasi ini, ia menyipitkan mata dan bertanya: “Guru Li, kamu belum mau mengakui juga selisih kemampuanmu dengan Guru Jian?”

“Aku, aku dan dia punya selisih apa? Dia cuma menang dalam menikahi pria kayak saja kok!” debat si wanita dengan penuh emosi. Wajahnya lalu dipenuhi air mata, tatapannya menyiratkan perasaan rendah diri dan tidak terima.

Melihat Jennifer Li menangis, Monica bertutur serius: “Kamu iri padanya, benar kan kata-kataku?”

Yang diajak bicara berteriak, “Tidak!”

Monica tersenyum dingin, “Jelas-jelas iri! Kamu harus paham, semua orang punya keberuntungan masing-masing. Ia bisa menikahi seorang pria tampan dan kaya karena ia punya keberuntungan buat itu. Kalau kamu tidak punya, ya jangan iri padanya! Kamu sendiri juga bisa lihat, ia lebih kuat dibanding kamu dalam banyak hal. Oleh karena itu, marah-marahmu ini sangat tidak penting. Di dalam masyarakat, yang bakal dipandang memanglah yang kuat. Kalau kamu mau dipandang, perkuatlah dirimu sendiri!”

Jennifer Li menangis tersedu, entahlah ia dengar nasehat Monica atau tidak. Sepanjang ia hidup dua puluh tahun lebih, ia selalu dipuja dan dipuji banyak orang. Semua orang memandangnya sebagai dewa, sementara hari ini ia dikalahkan dua kali oleh Chloe Jian. Hatinya tidak sanggup menerima realitas pahit ini!

“Pikirkan ucapanku baik-baik. Sekolah Musik Tianle adalah tempat orang-orang pandai. Kamu punya talenta dan aku tidak mau mematikannya, jadi kamu masih boleh bertahan. semoga kamu tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua ini!” ujar Monica.

Bisa membesarkan Sekolah Musik Tianle sendirian, Monica jelas wanita yang hebat dan berkepala dingin. Ia paham betul harus bersikap adil dan memandang semua orang secara setara. Dengan cara ini, para pekerja baru bisa hormat padanya dan bersedia mengerahkan kemampuan terbaik.

Kelar bicara, Monica berbalik badan dan pergi. Di ruang piano, Jennifer Li terbujur lemah di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.

Sementara itu, sekeluarnya dari ruang piano tadi, Chloe Jian terus berlari karena waktu sudah cukup malam. Kira-kira, ia baru akan bisa sampai rumah pukul delapan. Ia kan mau baikan dengan Colten Huo hari ini, keterlambatan jelaslah akan berefek negatif pada rencananya itu!

Saat Chloe Jian masuk mobil, Jordan Fang tiba-tiba ikutan masuk juga. Si wanita melipat dahi, “Ngapain kamu?”

“Aku hari ini tidak bawa mobil, jadi mau ikut mobilmu! Ayolah, boleh kan?” tutur Jordan Fang yang duduk di kursi penumpang depan.

“Sana naik taksi online saja!” usir Chloe Jian.

Si pria menyipitkan mata: “Kamu bisa pura-pura tidak kenal aku. Masak bantuan kecil begini kamu tidak bersedia berikan?”

Chloe Jian menatap Jordan Fang dengan risih. Mereka bagaimana pun masih harus berlatih bareng beberapa hari ini sih, jadi ia tidak patut bersikap dingin padanya. Setelah berpikir sejenak, tanpa wanti-wanti apa pun, wanita itu langsung menginjak gas sekuat tenaga.

Brem! Mobil Buick-nya melaju bagai panah.

Kalau tidak buru-buru memegang pegangan tangan samping, tubuh Jordan Fang pasti sudah terpelanting ke depan.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu