His Soft Side - Bab 117 Bertemu Seseorang Enam Tahun Lalu

Chloe Jian dengan patuh menaiki mobil, dia masih dalam ketakutan, dia benar-benar tidak berani memikirkannya, jika itu benar terjadi, apa yang harus dia lakukan?

Dia tidak berdaya dan sendirian, ibunya masih menunggu kiriman uang darinya di rumah sakit. Dia juga tidak bisa menyinggung orang berkuasa seperti Daniel Pu, jadi jawabannya pun sudah jelas.

Colten Huo menyalakan mobil, membuka kantong kertas yang diberikan Daniel Pu dan melihat-lihat isinya. Di dalam terdapat tujuh atau delapan kantong kecil, sepertinya disediakan banyak jenis sarapan.

“Makan!” Colten Huo berkata sambil menyerahkan salah satu kantong kepada Chloe Jian.

“Aku tidak makan!” Chloe Jian dongkol, dia menghindari tangan Colten Huo, menghindari kantong kertas itu.

“Kalau tidak makan, bagaimana ada tenaga melatih otakmu?” Colten Huo mencibir, lalu dia mendorong sebuah roti ke mulut Chloe Jian.

Chloe Jian tidak pernah mendengar sesuatu yang baik dari mulutnya, tetapi dia tidak dapat menemukan apa pun untuk membantahnya. Hanya bisa mengekspresikannya dengan menggigit roti itu dengan kasar. Gigit sekali lepas, makan sekali gigit. Dia sadar makanan dari Mythology Hotel ini cukup lezat, hanya dengan dua atau tiga suapan dapat dia habiskan.

Chloe Jian menunduk lagi, melihat-lihat ke dalam kantong kertas. Membuka setiap kantong kertas dan melihat bahwa makanan tersebut sangat indah. Dia menggigit memakan setiap makananya, menghabiskan makanan yang lezat, dan melemparkannya kembali yang kurang lezat.

Colten Huo telah mengemudi mobil keluar dari tempat parkir. Memandang Chloe Jian, mulutnya terangkat sedikit.

"Jangan hanya memperhatikan dirimu sendiri, jangan lupa aku juga belum sarapan!", kata Colten Huo.

"Kamu tidak perlu melatih otakmu lagi, ngapain sarapan, ini semua milikku!" Chloe Jian kesal terhadap lidahnya yang pedas beracun, menutupi kepala, dan “glek glek glek” meminum susu dengan rakus, tidak ingin menanggapinya.

“Wah piciknya!” Colten Huo terhibur dengan kata-kata Chloe Jian. Di depannya lampu merah, dia menghentikan mobil dan meraih untuk mencubit wajah Jane. Dia mengambil roti dari kantong kertas dan melempar masuk ke mulutnya.

“Hei, yang itu sudah kugigit!” Chloe Jian melihat Colten Huo kebetulan mengambil roti yang dia gigit lalu lempar kembali. Ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi tak percaya dan malu, bahkan dia tidak peduli pada fakta bahwa pipinya baru dicubit.

“Aku tidak jijik denganmu!” Colten Huo selesai makan hanya dengan dua suap. Lampu hijau menyala, dan mobil meneruskan laju ke depan.

Mendengar ini, Chloe Jian memalingkan kepalanya, mengerutkan kening. Setelah beberapa saat, dia bergumam: "Bukankah semalam kau baru menghina saya kotor?"

Colten Huo melirik Chloe Jian, melihat wajah kecilnya suram. Alisnya naik, "Kamu begini ingat dendam?"

“Ya, saya bahkan ingat semut yang saya besarkan ketika saya kecil, diinjak orang sampai mati!” Kata Chloe Jian dengan tenang.

“Mana ada orang yang memelihara semut!” Colten Huo mencibir.

“Jangan mengubah topik pembicaraan!” Jane memelototinya.

Tidak tahu mengapa, meskipun Chloe Jian dan Colten Huo tidak saling kenal cukup lama, tapi setiap kali mereka bersama, selama dia tidak mengekspresikan muka dinginnya, mereka selalu bisa rukun secara alami.

Bahkan jika pertengkaran berlanjut, terkadang sampai ada perselisihan sengit seperti tadi malam. Sebelumnya Colten Huo selalu sangat toleran padanya, semalam adalah pertama kalinya Colten Huo menggunakan tangannya.

Memang dia tidak terluka, tetapi ketika dia mencengkram Chloe Jian, Chloe Jian takut sampai berpikir bahwa dia akan mematahkan lehernya. Perasaan itu masih teringat dengan jelas, membuat perasaan Chloe Jian tentang Colten Huo benar-benar rumit sekarang.

Di satu sisi dia harus bergantung padanya, di sisi lain dia takut padanya. Berdekatan dengannya selalu membuat perasaanya campur aduk.

“Apakah kamu takut padaku?” Colten Huo mungkin bukan orang yang perhatian, tetapi dia cukup sabar terhadap Chloe Jian. Jika tidak, dia tidak akan ngotot mengejarnya. Bahkan setelah dia berulang kali ditolak Chloe Jian.

Dia bisa melihat bahwa setelah apa yang terjadi semalam, Chloe Jianmengelak pandangan dari matanya. Tubuhnya menggigil Ketika disentuh, terlihat jelas menolak untuk bersentuhan dengannya.

Chloe Jian meliriknya sekilas, menundukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku tidak akan melukaimu. Tadi malam aku yang salah. Aku seharusnya tidak menggunakan kekerasan. Aku tidak akan melakukannya lain kali!" Colten Huo menelan ludah, matanya tertuju pada jalan di depan, dan suaranya menggema di ruang kecil ini. Suaranya pelan, seolah senar bergetar di atas air.

Chloe Jian tertegun sesaat, apakah dia sedang meminta maaf padanya? Apakah pria seperti ini juga bisa meminta maaf?

“Nih!” Colten Huo menatap mata Chloe Jian yang tertegun, dan lekukan sudut mulutnya melunak, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan menjangkau Chloe Jian.

Chloe Jian merasa melihat cahaya berkedip di sudut matanya. Dia menoleh dan melihat tali merah tergantung di jari lentik Colten Huo. Sebuah cincin unik tergantung di bawah tali merah, cincin itu bergetar lembut, ketika mobil bergerak maju.

"Ini bukan milikku, aku membantu orang lain menyimpannya." Chloe Jian mengambil cincin itu, menggosok pola yang terukir pada cincin itu dengan jari-jarinya, dan berkata dengan lembut.

"Hah," Colten Huo menanggapi.

Chloe Jian tidak menunggunya untuk bertanya, dan dia mulai berbicara sendiri, "Aku pergi bermain ke Gunung Huang enam tahun yang lalu, dan aku bertemu seseorang. Aku membantunya dan dia memberiku ini."

“Orang apa?” Huo Liancheng menelan ludah, suaranya rendah.

"Laki-laki!" Chloe Jian tersenyum, "Dengan janggut besar, aku bahkan tidak tahu seperti apa tampangnya."

Colten Huo tiba-tiba memalingkan kepalanya untuk melihat Chloe Jian, tetapi dia melihat tali merah di tangannya. Memegang cincin itu sampai setara tinggi dengan matanya, memiringkan kepalanya, dan menatap cincin itu dengan seksama. Sinar matahari pagi menembus kaca mobil menyinari wajahnya, dua baris bulu mata kecil seperti kipas berbayang di bawah matanya, dan bulu-bulu di wajahnya terlihat halus seperti buah persik.

“Dia memberimu?” Colten Huo Tarik pandangannya Kembali ke jalan dan bertanya lagi.

"Iya, tapi jika aku bertemunya lagi, aku akan mengembalikannya." Chloe Jian melepaskan ikatan benang merah dan meletakkannya di lehernya. Dia mengenakan cincin itu dengan ibu jari dan memasukkan jari telunjuk kirinya, lalu tertawa: "Ini dibuat untuk pria, terlalu besar untuk saya, jadinya hanya bisa digantung di leher sebagai jimat."

“Jimat?” Colten Huo mengangkat alis, “Apakah cincin ini memiliki efek?”

"Menurutku ada!" Chloe Jian tidak melanjutkan topik ini. Dia meletakkan cincin itu di pakaiannya, menatap ke arah mobil, dan bertanya-tanya: "Mengapa mendung, tadi ada matahari."

Pandangan Colten Huo bercahaya senang dengan lembut menyapu dada Jane, dijarak oleh baju, dia masih bisa melihat bentuk cincin itu, menempel pada lekuk tubuhnya yang naik turun tanda bernapas, tangannya memegang setir dengan erat.

Tidak lama kemudian, Colten Huo menghentikan mobil. Chloe Jian melihat bahwa dia benar-benar mengemudikan mobil ke tempat dia tinggal, dan bertanya dengan enggan, "Ngapain menyetir ke rumah saya?"

“Ganti baju, ambil dokumenmu!” Colten Huo mematikan mobil, mengeluarkan kunci, dan keluar dari mobil. DIa berjalan ke posisi penumpang depan, menarik pintu, menarik tangan Chloe Jian di satu tangan, dan mengambil kantong kertas di tangan lainnya, menarik pergi dari mobil.

“Dokumen apa yang kamu inginkan?” Chloe Jian berjalan dua langkah, mengingat tasnya masih di kursi belakang, dan berbalik untuk mengambil tas itu.

Colten Huo tidak berbicara. Dia tampak lapar. Dia membuka kantong kertas, mengeluarkan makanan sisa Chloe Jian dan memasukkannya ke mulut satu per satu, kemudian meminum susu melalui sedotan yang digunakkan Chloe Jian.

Kelopak mata Chloe Jian bergetar. Dia ingin menghentikannya, tetapi ketika kata-kata itu di depan mulutnya bersiap untuk keluar, dia menahannya lagi.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu