His Soft Side - Bab 513 Pengabdian Adalah Usaha yang Sia-sia

Orang-orang berlalu lalang di jalan komersial. Ada banyak toko di kedua sisi, dan ada pula alun-alun melingkar di tengahnya. Di tengah alun-alun terdapat air mancur musikal, tetapi di siang hari, tidak ada musik yang ditampilkan, hanya ada beberapa seniman jalanan yang bermain biola atau bernyanyi di sekitar. Banyak orang yang duduk-duduk di sekitar sambil menikmati kesejukan dan makan di dekat air mancur.

Apa yang dilihat oleh Chloe Jian adalah sepasang kakak adik bersaudara. Mereka sepertinya tidak bisa masuk ke dalam pusat perbelanjaan, sehingga mereka menemukan tempat di sudut jalan dan membentangkan lembaran plastik di tanah, lalu duduk di atas lembaran plastik itu dan meletakkan sebuah kaleng di depannya dengan beberapa koin didalamnya.

Pandangan Chloe Jian tertuju pada sepasang bersaudara itu, karena mereka terlihat seperti anak kecil yang bahkan belum berumur belasan tahun, dengan pakaian yang meskipun sudah lama namun justru dicuci dengan sangat bersih dan juga terlihat rapi. Mereka tidak nampak seperti anak-anak yang sudah lama mengembara, tapi justru sebaliknya mereka sangat terpelajar, khususnya mata mereka yang sangat jernih dan bersinar.

Hanya saja kedua anak ini terlihat terlalu kurus dan terlihat kurang gizi. Keduanya terus tertunduk seperti memainkan sebuah gitar yang terlihat tua, tapi terawat dengan baik. Sesekali anak itu bermain dengan gitarnya, dan suaranya juga sangat bagus.

"Hei, kalian berdua pengemis bau, jadi kalian bisa bermain gitar atau tidak?" Seorang remaja laki-laki berdiri di jalan untuk waktu yang lama, memegang uang selembar dua puluh ribuan di tangannya dan terus menatap mereka sepanjang waktu dan melihat keduanya sudah terlalu lama tidak memainkan sebuah lagu. Ia lalu mengejek mereka dengan berkata: "Jika kalian tidak bisa memainkannya, jangan berpikir bahwa aku akan memberikan uangnya!"

Dengan ekspresi marah di wajahnya, anak yang lebih muda itu membusungkan lehernya dan berkata dengan marah: "Kami bukan pengemis!"

Anak laki-laki berpakaian modis di pinggir jalan itu melengkungkan bibirnya dan melemparkan selembar dua puluh ribuan dengan menghina: "Cih, siapa yang kalian bodohi? Bukan pengemis, tapi apa yang kalian lakukan di sini? Huh, buang-buang waktuku saja. Ku beri dua puluh ribu ini untuk imbalan kalian!"

Anak laki-laki kecil itu tiba-tiba tampak seperti ayam jago yang digoda. Dia mengambil selembar kertas dua puluh ribu itu, lalu melompat dan mengejar anak laki-laki yang modis itu, menyelipkan uang ke dalam tangannya dengan leher memerah yang tebal: "Ku bilang kami bukan pengemis, kami tidak menginginkan uang ini!"

Gadis kecil itu meletakkan gitarnya dan mengikuti anak laki-laki itu sambil buru-buru menariknya: "Kay Nuo, kembalilah, apakah kau lupa bagaimana ibu memberi tahu kita?"

"Kakak, tapi dia mempermalukan kita!" Kemarahan di wajah anak laki-laki itu tidak memudar.

Sebelum anak laki-laki itu berbicara, tiba-tiba terdengar teriakan kemarahan di sana: "Kalian berdua pengemis kecil, apa yang kalian lakukan dengan menarik anakku? Lepaskan tangan kotormu! Jika kalian melukai anakku, aku akan membunuh kalian!"

Chloe Jian melihat ke atas dan melihat seorang wanita paruh baya gemuk yang berpakaian mewah, dengan emas yang menjuntai di leher, telinga serta pergelangan tangannya datang dengan tergesa-gesa dan mendorong anak laki-laki itu hingga terjatuh ke tanah. Gadis kecil itu lalu bergegas membantunya.

Wanita paruh baya itu menatap kedua anak itu dengan ganas sambil berkata: "Enyahlah!"

Chloe Jian hanya bisa mengerutkan alisnya. Wanita ini benar-benar jahat, tidak heran anaknya begitu kasar.

Melihat hal ini, si gadis kecil mengangkat anak laki-laki itu, dan menemukan bahwa tangan dan lengan anak laki-laki itu tergores dengan pasir menempel dan darah mengalir dari lukanya, tetapi anak laki-laki itu justru hanya terdiam.

"Kay Nuo, ayo kita pulang." Gadis kecil itu menahan air matanya dan menarik anak laki-laki itu pergi.

"Kakak, kita tidak bisa pulang. Kita mencuri gitar ayah dan keluar untuk mendapatkan uang. Kalau tidak, kita tidak akan bisa keluar ketika ibu kembali dari rumah sakit besok." Anak laki-laki itu berkata dengan cemas.

"Tapi aku tidak bisa membiarkanmu. Tanganmu terluka dan kamu tidak bisa memainkannya. Tidak ada gunanya kita berada di sini." Meskipun gadis kecil itu adalah seorang kakak perempuan, dia tampaknya tidak memiliki ide apa pun. Dia meminta nasihat saudara laki-lakinya dalam segala hal.

Anak laki-laki kecil itu mengangkat tangannya dan melirik, ekspresinya berubah menjadi putus asa.

"Ayo pergi, jika ibu tahu kita telah mencuri barang ayah, dia pasti akan marah." Gadis kecil itu berbisik.

"Tapi, kakak, apa yang kita makan hari ini? Beberapa ribu ini hanya cukup untuk kita naik bus..." Anak laki-laki kecil itu mengambil kaleng dan melihatnya sekilas. Si sulung lalu menghela nafas: "Lupakan, kita masih bisa membeli roti kukus, ayo kita kembali. "

"Berjalan kembali?" Gadis kecil itu gemetar, dia menggigit bibirnya, berusaha tidak berbicara, berbalik dan kembali mengemasi barang-barangnya.

Pada saat itu, keduanya tiba-tiba menemukan seseorang berdiri di samping mereka. Mereka pikir bahwa seseorang itu mendesak mereka untuk pergi, sehingga mereka menyingkir dan mengalah.

"Bisakah kau menunjukkan gitar ini padaku?" Chloe Jian bertanya dengan lembut.

Keduanya menoleh pada saat yang sama, awalnya ingin menolak, tetapi mereka ragu-ragu ketika mereka melihat bahwa sang penanya adalah seorang kakak perempuan yang cantik.

"Kakak, apa kau tahu cara bermain gitar?" Tanya gadis kecil itu dengan takut-takut. Dia merasa wanita di depannya memiliki aura yang polos dan matanya jernih, tapi dia tetap waspada.

"Ya!" Chloe Jian tersenyum.

Gadis kecil dan anak laki-laki itu saling memandang. Anak laki-laki itu berpikir sejenak, dan dengan hati-hati menyerahkan gitar tersebut kepada Chloe Jian: "Kakak, gitar ini adalah warisan ayahku, dan ibuku sangat menyayanginya,kau bisa melihatnya dan berhati-hatilah sedikit,ya!"

Chloe Jian mengambil gitar itu dan menyentuhnya dengan tangannya. Alisnya yang hitam terlihat tidak dapat menahan kegirangan. Gitar ini tampak sudah tua tapi kondisinya masih bagus.

"Kakak, hati-hati!" Anak laki-laki itu memegang kedua tangannya, seolah-olah dia takut Chloe Jian akan mematahkan gitarnya, dan siap untuk menadahinya.

"Bisakah aku memainkannya?" Chloe Jian bertanya lagi, dan matanya tersenyum cerah.

"Eung." Anak laki-laki itu mengangguk.

Chloe Jian memetik gitarnya, mencoba nadanya, dan kemudian memainkan musiknya, kedua mata bersaudara itu lurus melihatnya: "Kakak, ayahku juga memainkan lagu ini."

"Apakah ayahmu mengajar musik?" Chloe Jian bertanya dengan sambil lalu. Dia mungkin juga mengetahui beberapa situasi mereka dari percakapan antara dua bersaudara itu sebelumnya. Ayahnya meninggal, ibunya dirawat di rumah sakit, dan keduanya bahkan tidak punya uang untuk makan.

"Eung, ayah saya dulunya guru yang mengajar musik di sekolah. Dia meninggal dunia karena kecelakaan mobil tahun lalu. Ibu saya sangat sedih hingga jatuh sakit dan terus menerus dirawat di rumah sakit…" kata gadis kecil itu dengan sedih.

"Jadi kalian berdua adalah anak-anak yang tidak tahu cara bermain gitar dan keluar untuk berakting?" Chloe Jian mengangkat alisnya.

"Kami tidak punya cara lain, ibuku sakit, uang keluarga telah habis, dan bahkan makan menjadi sebuah masalah ..." ucap gadis itu pelan.

"Keyla Nuo, apa yang kau bicarakan!" Anak laki-laki itu segera menghentikan gadis kecil itu dan menghentikannya untuk membahas uang, kemudian dengan serius berkata kepada Chloe Jian: "Saya bisa bermain gitar, ayah pernah mengajari saya, tetapi tangan saya sakit…"

Chloe Jian merasa bahwa meskipun anak laki-laki kecil itu masih muda, tapi bebannya cukup berat. Selain itu, nama kedua bersaudara itu juga terdengar bagus.

"Kay Nuo, Keyla Nuo, nama ini sangat bagus." Chloe Jian tersenyum: "Kalian berdua duduklah, aku akan memainkan lagu untuk kalian."

"Kakak, bisakah kau memainkan ‘The Mundane World’?" Gadis kecil itu bertanya dengan penuh semangat: "Ibu paling suka lagu ini. Ketika ayahku masih hidup, dia biasa memainkannya untuk ibu."

"Eung." Chloe Jian tidak takut kotor, dia duduk di lantai, bermain gitar dan bernyanyi bersamaan dengan bebas di jalanan komersial tempat orang datang dan pergi: "Betapa lucunya hidup, dan pengabdian adalah usaha yang sia-sia..."

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu