His Soft Side - Bab 412 Aku Ingin Punya Anak!

Setelah kelar video call dengan David Zheng, Colten Huo kesulitan berkonsentrasi dengan berkas. Otaknya dipenuhi adegan Chloe Jian mengedipkan mata tadi. Wanita ini terhitung lama panasnya, tetapi belakangan menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Chloe Jian dulu selalu menolak buat “begituan”, tetapi sekarang dia sendiri yang berinisiatif menggoda.

Sekali memikirkan Chloe Jian, sudut bibir Colten Huo terangkat berulang kali.

Tidak peduli enam tahun lalu atau pun sekarang, ia tetap dibuat terpesona oleh wanita ini. Baginya, Chloe Jian adalah wanita yang menerangi jalanan panjang yang ia lalui sendiri. Dengan kehadirannya, ia tidak merasa kesepian lagi.

Colten Huo melepaskan kacamata. Ia saat ini benar-benar tidak bisa fokus baca berkas lagi, jadi ia bangkit berdiri.

Sekeluarnya dari kamar mandi, Chloe Jian langsung menabrak sebuah “tembok”. Sebelum ia menyadari benda apa itu, kepalanya sudah ditahan dari belakang dan bibirnya sudah dikecup. Si wanita langsung berusaha mendorong Colten Huo sekuat tenaga.

Tidak cukup dengan ciuman, Colten Huo memeluk Chloe Jian. Wanita itu mengenakan piyama tidur warna putih dengan rambut yang digerai pada bahu. Si wanita tidak mengenakan apa-apa di dalam piyama, jadi lekuk-lekuk tubuhnya terlihat sangat alamil. Ah, gairah bercinta Colten Huo jadinya makin panas……

“Berkas sudah kelar diurus?” Chloe Jian agak bingung dengan tingkah Colten Huo yang terburu-buru. Di meja kerjanya, setumpuk berkas masih menunggu buat diurus.

Jakun si pria naik turun. Ia menatap leher wanitanya dan menjawab serak, “Malas urus lagi.”

Chloe Jian berjalan ke meja dandan. Sembari berjalan, ia membalas, “Bukannya kamu gila kerja? Ternyata kamu bisa malas juga ya.”

“Dibandingkan kamu, apa yang menarik dari berkas coba?” Si pria sudah tidak tahan lagi! Ia mengulurkan tangan dan memeluk Chloe Jian dari belakang.

Si wanita berhasil menghindari pelukan itu. Ia mendorong prianya, “Sana mandi dulu!”

“Kecup aku dulu.” Colten Huo merasa sekujur tubuhnya lagi dibakar api. Ia sekarang sudah tidak tahan buat menindih Chloe Jian, mana peduli dia dengan mandi?

“Muah.” Chloe Jian berjinjit dan mengecup pipi Colten Huo. Ia lalu berujar, “Sudah puas kan? Sana mandi!”

“Kok sebentar sekali sih?” Si pria mengelus pipi seolah mau membersihkan bekas ciuman, kemudian menunjuk bibir, “Kecup ini!”

“Tidak mau!” Si wanita tidak ingin menuruti permintaan si pria. Ia sengaja tidak mau membuat semua hal jadi mudah buatnya. Chloe Jian berkedip sebelah mata lagi, “Kalau tidak mandi-mandi juga, hari tiba-tiba sudah terang nih.”

Colten Huo malas dengan pancingan emosi Chloe Jian. Ia melangkah cepat ke kamar mandi. Sebelum masuk, ia menengok dulu dengan tatapan mengancam, “Kamu tunggu saja, sebentar lagi aku buat kamu menangis!”

Wajah Chloe Jian seketika memerah. Ia menjawab sebal, “Dasar pengancam!”

Ponsel si wanita tiba-tiba bergetar. Ia dapat sebuah pesan baru.

Chloe Jian mengambil ponsel dari meja dandan dan membuka pesan itu. Yang mengirim pesan adalah Robin Cheng. Ia mengernyitkan alis, ada urusan apa Robin Cheng mengontaknya selarut ini?

Ketika membaca isinya, wajah si wanita berubah drastis. Ia bahkan tidak sadar Colten Huo sudah keluar dari kamar mandi.

“Lagi lihat apa?” Pria itu tadi keluar dengan mengenakan handuk. Melihat Chloe Jian lagi menatap ponsel dengan raut yang aneh, ia langsung bergegas menghampirinya. Wanita itu sama sekali tidak sadar dengan kedatangannya.

Tiba-tiba mendengar suara Colten Huo, Chloe Jian kaget dan refleks mengunci ponselnya. Ia menunduk buat menenangkan diri sejenak, lalu baru menatap prianya sambil senyum: “Bukan apa-apa, hanya pesan yang Aurora Wu kirim padaku.”

Si pria bisa melihat ada yang tidak biasa dalam pandangan si wanita. Meski begitu, ia tidak berpikir panjang. Ia pikir Chloe Jian hanya lagi mengkhawatirkan sahabatnya saja.

“Kok masih diam saja?” Colten Huo duduk di sisi ranjang. Melihat Chloe Jian masih terdiam, ia melipat dahi.

“Heh?” Meski suasana hatinya jadi tidak baik karena pesan singkat tadi, Chloe Jian tetap berusaha menampilkan ekspresi ceria.

Lipatan di dahi Colten Huo makin tajam, “Aku sudah mematuhi perintahmu untuk mandi, masak kamu tidak mau memberi layanan plus-plus?”

Si wanita baru sadar apa maksudnya. Wajahnya seketika memerah, “Eh, kamu menjebakku ya!”

Mulutnya protes, tetapi ia menghampiri Colten Huo dan berjongkok di depannya.

Waktu terus berjalan. Keduanya bergerak aktif dalam momen intim ini……

Ketika “permainan” sudah mau kelar, Colten Huo tiba-tiba melepaskan diri dari tubuh Chloe Jian. Si wanita relfeks memeluk dan bersusah-payah mengecup dagunya. Wanita itu bertutur dengan suara rendah: “Jangan berhenti!”

“Diam! Sebentar saja kok.” Colten Huo pikir Chloe Jian hanya merasa seks mereka barusan terlalu nikmat. Ia balas mengecupnya, melepaskan tangan si wanita dari leher, dan mengambil bungkus kondom yang ada di kepala ranjang.

“Aku ingin punya anak!” ujar Chloe Jian serius. Ia berucap begini sembari menahan tangan si pria biar tidak pakai kondom.

Seperti mendengar sesuatu yang absurd, Colten Huo bertanya bingung pada si wanita, “Cloudy, ada apa denganmu? Kita kan sudah sepakat untuk tidak punya anak.”

“Kamu tuh yang bilang, aku tidak bilang!” balas wanita itu kesal.

Colten Huo tersenyum tipis sembari mengelus hidung Chloe Jian, “Punya anak itu melelahkan, harus hamil sepuluh bulan dulu pula. Aku tidak ingin kamu menderita!”

“Yakin alasannya itu?” tanya si wanita curiga.

“Aku tidak suka anak kecil, mereka menyebalkan!” Colten Huo melepaskan tangan Chloe Jian, duduk, dan memakai kondom seperti rencana awal.

Chloe Jian kali ini tidak menghalangi lagi. Wanita itu hanya menatap punggung kekar si pria. Butiran-butiran keringat yang menetes turun dari punggungnya terasa seperti butiran air mata dalam hatinya……

Si wanita tiba-tiba teringat pesan singkat Robin Cheng barusan. Isinya hanya sebaris, yakni “Melisa Chen meninggal dalam persalinan”, namun berhasil membuat Chloe Jian kepikiran banyak hal. Salah satunya, ia terpikir foto Colten Huo memeluk Melisa Chen dulu. Dua orang ini terlihat jelas sebagai sepasang kekasih. Itu berarti…… anak yang dikandung Melisa Chen adalah anak Colten Huo.

Jadi, apa prianya ini bersikeras tidak mau punya anak karena takut tragedi Melisa Chen terulang lagi? Sebesar itukah efek seorang Melisa Chen pada Colten Huo?

Setelah memakai kondom dan siap dengan ronde kedua, si pria melihat wanitanya sudah tidak senafsu tadi. Wajahnya bahkan seperti wajah orang yang lagi memikirkan sesuatu, matanya juga bergerak kemana-mana. Berhubung dirinya benar-benar menginginkan lanjutan “permainan”, pria itu memutuskan menepuk wajah Chloe Jian, “Cloudy, fokus sedikit dong!”

Chloe Jian seketika menoleh pada Colten Huo. Wajah pria di hadapannya semula sudah tampan, lalu sekarang jadi makin tampan karena berkeringat. Ia juga sangat suka dengan aroma hormon yang dikeluarkan tubuhnya sehabis “bermain”.

Namun, Chloe Jian kemudian terbayang adegan Colten Huo memeluk Melisa Chen. Pria ini pernah berkeringat di atas tubuh wanita selain dirinya. Lebih-lebih, wanita itu pernah dicintainya dalam-dalam. Wah, ia bisa-bisa hanya difantasikan sebagai Melisa Chen oleh Colten Huo!

Hati Chloe Jian seketika jadi geram. Ia sekarang benar-benar kehilangan gairah. Wanita itu mendorong Colten Huo, duduk, dan bersiap bangkit berdiri, “Aku tidak mau melakukannya lagi!”

“Apa maksudmu?” tanya si pria dengan wajah muram dan tangan yang menahan bahu si wanita.

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu