His Soft Side - Bab 497 Tidak Menyangka

Tetapi Melisa menyadari Colten tidak memperhatikan dia, sehingga tatapan senang itu juga menghilang, lalu mengepalkan tangannya dan menggigit bibirnya sampai biruan.

" Melisa, apa kamu tidak mau duduk di sini?" Setelah pria ini menyadari ekspresi Melisa berubah, dia juga berhenti berjalan.

Melisa menahan rasa sedihnya dan tidak berdaya, lalu dengan senyum berkata, "Tidak, kalian teman baik bertemu, pasti banyak yang ingin dibahas, aku pergi jalan-jalan saja agar tidak ganggu kalian."

"Baik, nanti aku pergi mencarimu, jangan pergi jauh." Kata pria itu, kemudian pergi bersama Colten.

Melisa menatap Colten yang tinggi ini dan tatapannya tidak bisa dijelaskan dengan perkataan.

Di dalam ruang tamu, Sherin sudah dipukul sampai bingung, hanya bisa dengan wajah bengkak duduk di lantai, lalu menatap ke depan dan tidak ribut lagi.

Tuan Besar Ming duduk di samping sambil sesak nafas, kemudian pelayan bergegas memberi dia rokok, akhirnya tenang kembali.

Orang yang melihat sudah mulai bubar dan keributan ini berakhir dengan cara seperti ini.

Saat ini, Chloe duduk di kursi panjang taman, dua tangan memegang roknya, tatapan melihat ke depan dan wajah sangat pucat.

Nathan berjalan sampai samping Melisa, lalu dengan perhatian bertanya, "Kenapa?"

Tadi dia juga memperhatikan perubahan ekspresi Chloe, tentu saja merasa kaget, jadi datang ke sini bertanya.

"Tidak apa-apa." Chloe menundukkan kepala, lalu dengan sepasang tangan menutup wajahnya dan dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya saat ini.

Nathan tidak bertanya lagi, dia mengerti Chloe pasti memikirkan hal yang repot atau hal yang aneh, dia tidak ingin katakan, dia juga tidak bisa memaksa.

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Bolehkah aku berbincang denganmu?"

Suara ini sangat familiar juga asing, Chloe bergegas menolehkan kepala, benar Melisa berdiri di sana.

Melisa melihat Chloe sedang melihatnya, jadi menunjukkan senyum yang baik dan bertanya, "Bolehkah aku duduk di sini?"

Nathan berdiri, Chloe menganggukkan kepala, Melisa tersenyum lalu mengangkat gaunnya dan duduk di kursi panjang.

"Pemandangan malam ini sangat indah!" Melisa menengadahkan kepala melihat bulan, seperti sedang berbincang padanya.

Chloe tidak ada mood dengannya membahas pemandangan ini, jadi terus terang bertanya, "Nona Chen, ada apa?"

Melisa tiba-tiba bertanya, "Apa dulunya Nyonya Huo kenal denganku?"

"Tidak kenal!" Ekspresi Chloe menjadi kaku, sebenarnya bersama Melisa duduk di sini, hatinya merasa tidak senang, hanya terpikir adegan Colten memeluk Melisa, bahkan berpikir apa hubungan mereka sangat akrab dam akrab sampai mana?

Terpikir sampai sini, ekspresi Chloe menjadi jelek.

"Nyonya Huo, apa dulunya kamu pernah mendengar namaku?" Pertanyaan Melisa, sambil memerhatikan ekspresi Chloe dan di dalam hatinya menebak kenapa saat Chloe melihatnya, ekspresinya menjadi berubah?

"Tidak ada!" Chloe menggelengkan kepala.

Melisa menggerakkan alisnya, "Jadi kenapa kamu tahu aku bermarga Chen? Tadi Colten atau Mike tidak mengatakan nama panjangku."

Setelah mendengar ini, Chloe dengan kaget melihat Melisa, ekspresi menjadi kaku, "Apa yang ingin kamu katakan?"

Dalam hati Melisa merasa sangat gelisah karena reaksi Chloe yang sangat besar bahkan kelewatan.

"Jangan salah paham, aku tidak ada niat jahat, aku hanya ingin tahu, Nyonya Huo dari mana tahu namaku, apa Colten pernah katakan?" Dalam hati Melisa ada harapan, lalu menatap mata Chloe agar bisa melihat perubahannya.

Asalkan terpikir Colten tidak melupakan dia, bahkan pernah membahas tentangnya atau menyimpan foto dia, dalam hati Melisa pasti berdebar dengan cepat.

"Bukan!" Chloe mengerutkan dahi, dia tidak suka saat Melisa mengatakan nama Colten, matanya akan bersinar dan ini membuat dia teringat pesan dari Robin.

Melisa tidak mati, maka waktu itu dia berpisah dengan Colten, apa karena susah melahirkan atau bayi meninggal dalam kandungan? Jadi Colten tidak menginginkan anak?

"Bukan?" Melisa tidak percaya.

"Robin yang mengatakan namamu." Penjelasan Chloe, karena tidak ingin Melisa salah paham bahwa dia yang mengatakan namanya.

"Robin?" Melisa mengerutkan dahi, tatapan terlihat sangat kecewa, kemudian dengan penasaran bertanya, "Kenapa Robin membahas masalahku padamu? Apa yang dia katakan?"

"Tidak ada, dia hanya memberi aku melihat foto, lalu mengatakan nama setiap orang." Kata Chloe dengan sederhana, dia tidak ingin membahas masalah ini lagi, dia merasa tujuan Melisa tidak begitu mudah.

"Begini ya......" Melisa tentu saja tahu Chloe tidak ingin katakan lagi, jadi tidak bertanya lagi, meskipun sangat penasaran, mengapa Chloe bisa menggunakan ekspresi ketakutan melihatnya seperti bertemu dengan hantu.

Mereka tidak berbicara lagi, suasana menjadi tegang.

Di dalam aula villa sangat terang, di kejauhan sana ada yang berjalan sini-sana, Melisa melirik ke sana, lalu mencari topik pembicaraan dan memuji Chloe, "Nona Jian, kamu benar-benar cantik, tidak heran Colten bisa menikah denganmu."

Chloe tersenyum, "Terima kasih."

Tetapi dalam hati Chloe merasa sangat aneh, dia sudah menikah, kenapa Melisa memanggil dia Nona Jian?

Chloe tidak ingin berbincang dengan Melisa, jadi berdiri dan dengan senyum terpaksa berkata, "Nona Chen, maaf, aku tidak enak badan, jadi pamit dulu."

Melisa ikut berdiri, dia lebih tinggi dari Chloe, jadi dengan cara menundukkan kepala melihat Chloe, lalu dengan nada perhatian bertanya, "Tidak enak badan ya? Perlu aku panggilkan dokter?"

"Tidak perlu! Pamit dulu!" Selesai menyapa, Chloe juga pergi.

Melisa yang di belakang Chloe, juga menyipitkan mata.

"Kak Chen, aku ingin pulang." Setelah Chloe berjalan beberapa langkah, dia baru menengadahkan kepala melihat Nathan.

Nathan mengeluarkan ponsel, "Aku bilang pada Tuan Huo dulu."

Setelah telepon diangkat, Nathan memberikan ponsel pada Chloe, Chloe berkata, "Colten, aku tidak enak badan, ingin pulang dulu."

"Tunggu aku, aku segera keluar!" Kata Colten, telepon juga berdering suara, seharusnya suara dia berdiri dari sofa.

"Tidak perlu, bukannya kamu bilang pesta malam ini sangat penting? Kamu kerja dulu, aku suruh Kak Chen antar aku pulang." Kata Chloe, dia tidak ingin karena dirinya mengganggu pekerjaan Colten.

"Meskipun pesta ini sangat penting, tetapi tidak sepenting kamu, tunggu aku, aku segera datang!" Kata Colten dan ingin menutup telepon

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu