His Soft Side - Bab 414 Memang Kita Berdua Babi?

Dari mana Robin Cheng tahu rencananya sukses? Ya dari telepon Colten Huo yang tiba-tiba begini di tengah malam. Kalau tidak terjadi apa pun, tidak mungkinlah pria itu akan menghubunginya dan bertanya apa yang ia katakan pada Chloe Jian.

“Robin Cheng, kamu tunggu saja konsekuensinya!” Meski tidak mendapat jawaban yang diinginkan, Colten Huo sudah semakin yakin bahwa Robin Cheng orang di balik semua ini. Chloe Jian selalu ada di sebelah, jadi ia bisa memperjelas semuanya pelan-pelan.

Robin Cheng, yang dibuat ketakutan oleh Colten Huo, menurunkan ponsel dan menyeruput bir. Kalau bilang tidak takut, ia bohong. Ia paham betul dengan keganasan Colten Huo, dia sama sekali tidak sungkan dalam menyiksa orang!

Meski begitu, siapa suruh Kakak Keempat jahat dan memperbudak dirinya coba? Kalau ia mau balas dendam, itu sesuatu yang super duper normal.

Apalagi, ia kan memang jago provokasi……

Pada saat bersamaan, Colten Huo mematikan telepon dengan penuh emosi. Ia menghabiskan beberapa batang rokok, lalu kembali ke kamar tidur dan duduk di sisi ranjang. Dari sana, ia mengamati Chloe Jian yang tertidur lelap.

Si pria mengelus rambut si wanita dan merapikan helaian-helaian yang menutupi wajahnya. Bekas tangisan masih terlihat jelas pada kedua mata Chloe Jian. Dengan posisi tidurnya yang meringkuk dan dahinya yang terlipat, tidurnya terlihat sangat tidak tenteram.

Sama sekali tidak mengantuk, Colten Huo ingin kembali ke ruang kerja dan melanjutkan pekerjaan. Waktu ia baru jalan dua langkah, ponselnya tiba-tiba bergetar.

Sekarang sudah tengah malam dan kamar diterangi cahaya rembulan. Di luar jendela, batang-batang pohon bergerak sedikit karena tertiup angin sepoi-sepoi. Colten Huo menunduk dan menatap ponselnya, kemudian refleks mengernyitkan alis sehabis membaca nama si penelepon. Tatapannya mengandung luapan emosi yang macam-macam.

Si pria lalu menengok ke Chloe Jian. Meski ponselnya hanya getar saja, ia takut wanitanya tetap terbangun dengan gangguan ini. Ia pun menekan tombol “tolak panggilan”.

Orang seberang jelas tidak langsung menyerah. Berselang beberapa menit, ponsel si pria kembali getar lagi. Kali ini, Colten Huo memutuskan buat angkat.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi ketika Chloe Jian bangun. Ia merasa kepalanya agak pening, matanya juga agak bengkak. Wah, tangisannya semalam sepertinya kelewat parah……

Chloe Jian duduk di ranjang dan mengikat rambut. Suasana hatinya terasa sangat tidak baik.

Sementara itu, Colten Huo sudah tidak di kamar. Si wanita paham betul dengan kebiasan hidup si pria. Dia selalu bangun pukul enam, pergi berolahraga pagi, kemudian berangkat kerja pukul setengah delapan.

Hidup prianya itu benar-benar simpel dan sederhana. Dia sama sekali tidak mengikuti hidup mewaah orang-orang kaya yang suka dimuat di media. Dengan kesederhanaan dan cintanya yang mendalam ini, Colten Huo benar-benar kandidat suami yang diidamkan semua wanita.

Jadi, sebenarnya apa sih yang masih perlu ia kesalkan?

Tetapi, sekalinya teringat kejadian semalam, hati Chloe Jian kembali resa. Ia tahu tingkahnya ini sangat manja dan menyebalkan, namun…… namun, ia tidak bisa menahannya.

Chloe Jian habis itu terbayang kebersamaan Colten Huo dan Melisa Chen. Apa mereka dulu saling mencintai secara mendalam seperti si pria dan dirinya sekarang? Apa Colten Huo pernah menatap Melisa Chen dengan tatapan yang sama ketika menatap dirinya? Terus, apa Colten Huo sangat terpukul dengan kematian Melisa Chen ketika persalinan sampai tidak mau punya anak dengan dirinya?

Chloe Jian berpikir dirinya bisa gila kalau terus memikirkan ini……

Ah, dirinya sekarang juga sudah gila, buktinya dia bertingkah aneh begini. Kok bisa-bisanya dia cemburu pada orang yang sudah meninggal sih!

Si wanita turun dari ranjang. Ketika ia baru berdiri, tulang-tulangnya langsung bergemeretak semua. Chloe Jian memegang pinggangnya, aduh pegal sekali!

Jelas lah ia pegal, semalam kan ia dipaksa berhubungan seksual oleh Colten Huo. Ia tebak, pria itu pasti sebal karena ia awalnya melawan melulu, jadilah gerakannya kasar dan intimidatif.

Sehabis mandi, Chloe Jian turun ke lantai bawah dengan satu tangan memegangi pinggang dan satu tangan lainnya memegangi tangga. Vila mereka yang sangat megah terasa sangat sepi. Colten Huo memang tidak suka dengan keramaian, makanya di rumah sebesar ini hanya ada satu hingga dua asisten rumah. Para pengawal pribadi juga berjaganya di luar vila. Yang di dalam tetap ada, namun tidak bisa berjalan kesana-kemari seenaknya.

Saat ini, Chloe Jian turun buat cari makanan. Ia pagi ini super lapar, entah apa disebabkan karena menangis parah semalam atau tidak.

Berhubung sekarang sudah pukul delapan, Chloe Jian mengira Colten Huo sudah berangkat kerja. Alhasil, ketika melihatnya masih duduk di meja makan sambil baca koran bisnis, si wanita kaget.

Si pria sendiri juga menyadari kehadiran si wanita. Colten Huo pagi ini hanya mengenakan t-shirt hitam dengan celana panjang abu-abu. Ia terlihat sangat santai, namun tetap mempesona dan berkarisma. Siapa pun yang melihatnya pasti bakal kesulitan mengalihkan pandangan!

“Sudah lapar?” Colten Huo menaruh koran dan menyapa Chloe Jian dengan ramah. Pria itu lalu bangkit berdiri dan menyodorkan sekotak susu yang habis dihangatkan buatnya.

Si wanita tidak menerima sodorannya, untung si pria tidak marah dan hanya menaruh susu di meja. Colten Huo lalu pergi mengambilkan satu per satu menu sarapan dari dapur, sementara Chloe Jian duduk sembari menatap makanan-makanan yang terus bertambah.

“Pangsit bening, siomay, bakpau kepiting, bakpau custard……” tutur Colten Huo sambil merapikan letak menu-menu sarapan. Dari dimsum ala Guandong, roti ala Tianjin, mie dingin, bahkan mie biang-biang semuanya lengkap!

Dihadapkan dengan meja makan yang penuh begini, Chloe Jian tidak kepikiran buat lanjut marah-marah pada Colten Huo. Ia bertanya tidak paham: “Ada tamu yang datang pagi-pagi begini?”

“Tidak ada!” Si pria mengeluarkan menu terakhir, yakni kwetiau goreng. Melihat sudah tidak ada ruang lagi di meja makan, ia memegangi mangkuk kwetiau itu dan bertutur sambil senyum: “Semua ini hanya buat kita berdua.”

Chloe Jian protes, “Kalau pun kita babi, kita tetap tidak bisa makan sebanyak ini!”

Si pria memuram, “Kok ada orang yang menyamakan dirinya sendiri dengan babi sih?”

Si wanita protes lagi sembari menunjuk satu per satu menu sarapan: “Kalau begitu coba beritahu aku, bagaimana kita berdua harus menghabiskan makanan sebanyak ini! Kamu memang kaya raya, tetapi ya jangan menyiapkan sarapan dengan berlebihan begini.”

“Kamu makan yang kamu suka saja, sisanya biar aku yang urus!” Colten Huo memindahkan piring salah satu menu ke atas piring satu menu lainnya. Ia lalu menaruh piring kwetiaunya di ruang yang akhirnya kosong. Ketika mendongak dan menjumpai Chloe Jian belum mulai makan juga, ia mengernyitkan alis, “Cepat makan, nanti dingin loh.”

Selera makan si wanita lama-lama tergugah. Ia memapah pinggangnya dan duduk, lalu mulai menyantap pangsit bening sebagai makanan pertama.

“Pinggangmu kenapa?” tanya si pria.

“Menurutmu saja!” jawab Chloe Jian judes dengan wajah ketus. Orang ini pura-pura bodoh atau bagaimana sih, jelas-jelas ini karena dia memaksanya berhubungan semalam!

“Pasti karena kamu tidurnya terlalu liar, jadi keseleo,” balas Colten Huo dengan wajah sok serius.

Chloe Jian malas menanggapinya. Ia menunduk dan fokus makan.

Habis kenyang, Chloe Jian meletakkan sumpit dan bangkit berdiri. Wanita itu berjalan ke pintu ruang makan tanpa menatap Colten Huo sama sekali.

Si pria buru-buru menyusul dan memegang tangan si wanita yang lagi dipapahkan ke pinggang: “Sakit sekali ya?”

“Tidak sakit, sama sekali tidak!” jawab Chloe Jian tidak acuh. Ia melepaskan tangan Colten Huo dan mundur demi menjaga jarak di antara mereka.

“Masih marah denganku?” Colten Huo sangat kebingungan. Ia masih belum paham mengapa wanitanya marah-marah begini.

“Tidak!” bantah Chloe Jian.

Melihat Chloe Jian jalan lagi dengan susah-payah, si pria langsung membopongnya ke lantai atas tanpa peduli dia bersedia dibeginikan atau tidak.

“Woi, turunkan aku!” keluh Chloe Jian.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu