His Soft Side - Bab 272 Takdir yang Ajaib

Setelah selesai memainkan lagu itu, Chloe pun segera bangkit berdiri, ia mengangkat rok panjangnya dan berjalan turun dari atas panggung, Calvin menjemputnya di bawah panggung, Violet yang berdiri di sebelah Chloe pun bertanya, "Kenapa? Mau ke toilet?"

"Tuan Wang, maaf, aku agak sedikit tidak enak badan, apa boleh sampai di sini saja malam ini?" kata Chloe sambil tersenyum sungkan pada Calvin.

"Kenapa tiba-tiba tidak enak badan? Apa udara di sini terlalu pengap?" begitu mendengar perkataan Chloe, Violet pun segera mengulurkan tangannya dan memegang kening Chloe, lalu menggenggam tangan Chloe.

"Iya, sedikit pengap." tiba-tiba, Chloe pun merasa ada sepasang mata yang sedang menatap ke arahnya, ia tak berani membalikkan kepalanya, ia terus meminta Violet untuk segera pergi dari sini.

"Nona Jian, aku antar kalian pulang saja." kata Calvin, sejak ia melihat Chloe pertama kalinya, ia sudah merasa sangat kagum, kelihatan jelas sekali bahwa ia ingin mengejar Chloe.

"Tidak usah, terima kasih!" Chloe merasa punggungnya penuh dengan keringat, kepalanya seperti mati rasa, setelah ia menolak tawaran Calvin, ia pun segera menggandeng tangan Violet dan berjalan keluar.

Namun, mana mungkin Calvin akan menyia-nyiakan kesempatan sebagus ini, meskipun Chloe sudah menolaknya, ia tetap saja mengejar mereka berdua keluar.

Di waktu yang sama, di sebuah kamar di lantai dua, di sebuah jendela yang terletak tepat di atas lobby utama, berdirilah seorang pria yang menyilangkan tangannya, kedua mata pria itu menatap ke bawah, sorotan matanya sangat dingin dan tajam, wajahnya yang tampan itu tampak begitu dingin dan menakutkan.

"Kakak Keempat, sepertinya kehidupan Adik Jian jauh lebih berwarna setelah ia meninggalkanmu ya, hahaha......" tawa Robin sambil menyantap foie gras nya.

"Adik Jian? Wanita yang disukai oleh Saudara Keempat?" ada seorang pria lagi yang duduk di sana, usianya lebih besar dari Colten, penampilannya sangat rapi dan elegan, mengenakan kacamata, kelihatannya sangat sopan dan dewasa.

"Iya, Kakak Ipar Keempat!" Robin mengelap bibirnya dengan sangat puas, sambil mendendangkan lagu, "Kau adalah apelku, sebanyak apapun cintamu tetap saja tidak cukup bagiku......"

"Kenapa tidak bilang dari awal, kalau tidak aku pasti akan turun dan melihat bagaimana rupanya, tapi teknik bermain pianonya lumayan juga." pria itu menepuk meja dengan wajah yang sedikit kesal, lalu ia pun menoleh ke arah Robin dan berkata, "Hei, Robin, bisakah kau tidak menyanyikan lagu ini terus?"

"Tidak bisa!" Robin terus melanjutkan nyanyiannya, "Kau adalah pelangi terindah di hatiku, aku sangat ingin bersama denganmu di sini...... Wahai pria berkuda, kau begitu gagah......"

"Kak Luo, tuh." Robin memberi sinyal pada Harry Luo untuk melihat ke arah Colten, dengan pelan ia berkata, "Entah apa yang dilakukan Kakak Keempat pada Kakak Ipar Keempat, sampai Kakak Ipar Keempat pergi, tadi itu pasti ia tahu bahwa Kakak Keempat ada di sini, sampai-sampai Kakak Ipar Keempat ketakutan seperti itu dan langsung pergi lagi."

"Saudara Keempat, apa yang kau lakukan padanya? Seharusnya, dengan wajahmu ini, seluruh gadis pasti tidak akan bisa menolakmu, tapi ia malah kabur, pasti kau telah melakukan tindakan yang keterlaluan! Satu lagi, orang berambut pendek di sebelah Adik Ipar itu wanita kan? Sepertinya hubungan mereka berdua sansgat baik, tapi kenapa bisa ada wanita yang memotong rambutnya sampai sependek itu?" kedua mata Harry bersinar terang.

Namun Colten sepertinya sama sekali tidak mendengarkan perkataan Robin dan Harry, ia mengambil jaketnya yang berada di atas kursi, lalu berjalan keluar.

Di saat bersamaan, Chloe sudah duduk di dalam mobil Violet, ia memegangi dadanya, wajahnya tampak sangat pucat, kepalanya penuh dengan keringat, ia tampak sangat lemas.

Setelah Violet membuat Calvin pergi, ia pun masuk ke dalam mobil dan melihat Chloe, seketika ia pun merasa sangat khawatir, "Chloe, apa kau mau ke rumah sakit?"

Chloe melambai-lambaikan tangannya, ia mengambil botol minum dari dalam tasnya, lalu meminumnya dengan lahap, setelah itu barulah ia berkata, "Tidak usah, aku tidak apa-apa. Kak Violet, ayo cepat pergi dari sini!"

Violet pun segera menyalakan mesin mobilnya, tapi ia tetap tidak tenang dan bertanya, "Ada apa sebenarnya?"

"Kak Violet, dia datang!" kata Chloe dengan suara berat.

"Siapa? Colten Huo?" Violet pun panik tiba-tiba, "Kau bilang Colten Huo datang kemari?"

"Hey, hati-hati!" Chloe yang melihat Violet tiba-tiba menginjak rem mobilnya pun segera memegangi pegangan pintunya dengan erat.

Lalu, mobil di belakangnya pun juga menekan klaksonnya dengan kesal.

Violet menjulurkan lidahnya, lalu mengendalikan kecepatan mobilnya, dan tersenyum pada Chloe, "Haha, tiba-tiba saja aku mendengar nama idolaku disebut, aku sampai terkejut, sorry!"

"Kak Violet, aku ingin pergi besok." Chloe malas untuk mengomentari kekaguman Violet terhadap Colten, ia pun segera mengatakan apa rencananya sambil mengerutkan keningnya.

"Ke mana? Terus bersembunyi darinya?" Violet memajukan bibirnya, dengan kesal ia berkata, "Sejak kapan kau menjadi pengecut seperti ini? Kalau ada masalah, selesaikan saja langsung, untuk apa lari?"

"Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya!" Chloe menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, ia mengangkat kepalanya dan bersandar pada kursi mobil, suaranya terdengar sangat bimbang.

"Kau tidak tahu bagaimana cara menghadapinua, atau kau sudah jatuh cinta padanya?" kata Violet sambil melirik ke arah Chloe.

"Mana mungkin?!" mendengar perkataan Violet, Chloe pun segera menurunkan tangannya dan melihat ke arah Violet dengan terkejut, ia segera mengelaknya, "Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya! Dia sudah bersikap seperti itu kepadaku, kalau aku jatuh cinta padanya, bukankah aku terkesan sangat murahan?"

"Baiklah, kau tidak jatuh cinta padanya!" Violet mengangkat kedua pundaknya, lalu tertawa, "Aku yang jatuh cinta padanya!"

"Aku tidak mau bicara denganmu!" Chloe melotot ke arah Violet sejenak, lalu menoleh ke arah luar jendela.

Setelah sampai di rumah, waktu tepat menunjuk pada pukul setengah delapan, Chloe dan Violet sudah sempat makan di tempat Calvin sore tadi, sekarang mereka juga tidak lapar, Chloe kembali ke kamarnya, tapi ia tidak membereskan barang-barangnya, karena ia sudah mempertimbangkannnya di perjalanan tadi, ia merasa apa yang dikatakan Violet memang benar, untuk apa ia bersembunyi? Ia kan tidak bersalah!

Apalagi, meskipun Colten memang ada di restoran itu tadi, bukan berarti ia datang untuk mencari dirinya, Chloe meraba-raba wajahnya sendiri, bibirnya pun tersenyum, ia merasa dirinya telah salah sangka, kalau begitu, lebih baik ia menghadapinya langsung saja dengan berani.

"Hey, Chloe, kalau, kalau ya, kalau Colten benar-benar menemukanmu, apa kau akan ikut dengannya?" entah sejak kapan Violet berdiri di depan pintu Chloe.

"Mana mungkin ia bisa menemukanku di sini?" kata Chloe dengan penuh percaya diri, Aurora Wu saja tidak tahu tentang hubungannya dengan Violet, ia tidak percaya bahwa Colten akan bisa menemukannya di sini.

"Mungkin saja kan, terkadang takdir itu memang sungguh ajaib!" kata Violet sambil mengedipkan matanya.

"Kalau ia benar-benar bisa menemukanku di sini, aku akan mengakui kalau itu memang takdirku!" jawab Chloe dengan kesal.

"Aku juga ingin melihat bagaimana takdir kalian, hahaha." Violet sangat senang, "Aku selalu merasa akan ada sesuatu yang akan terjadi, aduh, tidak bisa, tiba-tiba aku punya ide cemerlang, aku harus menulisnya, istri yang melarikan diri, ternyata bisa melihat bayangan sang boss yang sombong di tempat yang sangat asing, sampai-sampai sang istri ketakutan dan segera kabur, siapa tahu nanti malam saat membuang sampah, tiba-tiba ia menyadari bahwa ada seseorang yang pindah ke rumah sebelah, dan ternyata orang itu adalah sang boss yang selalu diimpi-impikan oleh wanita itu, aduh, drama yang romantis sekali!"

"Kuberi kau tiga detik, segera pergi dari hadapanku!" Chloe mengangkat sandalnya dan ia lemparkan ke arah Violet.

Violet pun langsung menundukkan kepalanya dengan gesit dan berhasil menghindari sandal Chloe, ia tertawa terbahak-bahak lalu menendang sandal Chloe itu.

Chloe merasa sangat tidak tenang setelah mendengar perkataan Violet tadi, tapi ia segera menepuk-nepuk kepalanya, lalu berkata pada dirinya sendiri, "Dasar bodoh, kenapa kau percaya pada omong kosong Violet! Mana mungkin ada kebetulan seperti itu di dunia ini!"

Tiba-tiba, handphonenya pun berdering, Nenek Liao sang tetangga sebelah yang meneleponnya.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu